05

33 3 0
                                    

Paginya seperti biasa di kelas MIPA 2 kalau mata pelajaran Bu Difa—guru PKN semua siswa harus memakai atribut dengan lengkap. Kebetulan jadwal mengajar Bu Difa di kelas ini hari selasa dan jum'at. Untuk itu siswa harus menaati peraturan yang ada. Jika salah satu atau beberapa atribut yang tidak lengkap maka terpaksa Bu Difa mengeluarkan siswa tersebut agar tidak mengikuti pelajarannya. Bahkan dicoret alfa di absensinya.

Hal tersebut sebenarnya tidak berpengaruh untuk siswa nakal, namun pembawaan Bu Difa yang wajahnya sangar sekaligus killer membuat seluruh siswa MIPA 2 bergerak patuh demi terhindar dari amukan singa betina.

Seperti trio cowok populer yang tak lain Jay, Jake, dan Sunghoon. Mereka kadang-kadang bertingkah nakal, kadang juga membolos pelajaran jika malas belajar. Akan tetapi mereka bisa menjelma menjadi murid yang teladan dan penurut seperti sekarang.

"Alhamdulillah, gue lengkap semua atributnya. Murid berprestasi kayak gue cocok banget rapih gini," ucap Jake dengan cengiran khasnya.

"Lu kristen anjirr, sok banget ngucap gitu." Sunghoon berujar dengan nada rendah agar Bu Difa yang sedang fokus pada laptopnya tidak mendengar obrolannya.

"Lupa, hehehe. Tapi gue oke kan, baju di masukin gini tampang gue kayak orang bener," kata Jake memuji dirinya sendiri.

"Paling habis pelajaran Bu Difa keluar lagi tuh seragam," sindir Jay yang berada di samping Jake.

"Iya tuh. Otak doang encer, tapi soal tampilan no okay banget." Setelah mengatakan itu Sunghoon kembali menghadap depan takut Bu Difa memergoki dirinya.

"Tinggal bilang Bad apa susahnya, pantes remidial bahasa inggris mulu." Jake berdecih remeh.

"Tapi soal penampilan si Sunghoon lebih oke dari lo, Jake. Walaupun otak nya macet kalo buat mikir, tapi soal rapih dia juaranya." Jay berkata seolah membela Sunghoon. Membuat cowok yang menyandang status gebetan adik kelas itu menoleh sedikit lalu memberi acungan jempol pada Jay.

Jake mendengkus. "Lo lebih urakan daripada gue, Jay."

"Iya iya, gue tau."

"Jay Jake, stop buat ngobrol. Bu guru nya udah mau mulai pelajaran tuh." Dan ujaran Isa membuat tiga sejoli itu bungkam.

Di depan Bu Difa menjelaskan perihal HAM. Beliau menjelaskan dengan sangat rinci, walau materi tersebut berulang-ulang dari SMP tapi tetap saja, dimata guru perfeksionis seperti Bu Difa itu harus detail dalam menerangkan agar siswa gampang memahami isi materi.

"Untuk itu Ibu akan memberi tugas kelompok. Di mana kalian harus membuat makalah tentang hak asasi manusia. Ingat, makalah harus kalian sendiri yang buat bukan copy paste dari google. Deadline hari Selasa depan. Nanti kalian harus presentasi, Ibu ingin membuat kolom penilaian kalian dengan keaktifan public speaking."

"Mengingat ini sudah semester dua, Ibu menyarankan kalian harus belajar dengan sungguh-sungguh."

"Mengerti?!"

"Mengerti Bu!"

"Okay, kalo begitu ibu akan bagikan kelompok kalian sekarang." Bu Difa sibuk mengubek isi tasnya. Lalu tak lama beliau mengeluarkan toples mini yang berisi beberapa gulungan kertas. Dapat diyakini jika sistem kelompok akan terbagi dengan mengambil gulungan tersebut.

"Ibu akan bagikan satu-satu gulungannya. Tapi, khusus untuk anak cowok. Karena sistemnya berpasangan. Kebetulan kelas MIPA 2 itu sepadan, genap pula. Cewek maupun cowok sama jumlahnya. Jadi, ibu enggak pusing buat milih kelompok."

Dengan cekatan Bu Difa memberikan kertas gulungan pada lima belas siswa. Sistemnya setiap gulungan yang para cowok terima itu ada namanya para cewek. Soal Isa si murid baru, Bu Difa sudah mencatat nama gadis itu dalam absensinya. Makanya beliau mengatakan kalau kelas MIPA 2 itu genap berpasangan antar siswa dan siswi, karena kehadiran Isa yang menggenapkannya.

JAYFRANDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang