Chapter 1

866 88 9
                                    

Gema tembakan saling sahut-menyahut di dalam sebuah rumah bordil. Banyak penjaga-penjaga tergeletak di lantai bersimbah darah di mana-mana.

Serangan membabibuta mengakibatkan para tahanan yang didominasi pemuda-pemuda yang dijadikan budak lari melindungi diri.

Satu diantara penyerang yang berusaha menumbangkan para penjaga, terdapat sosok perempuan jangkung yang kini masuk ke salah satu ruang tahanan guna bersembunyi. Kemeja putihnya telah kotor oleh bercak darah. Paling banyak mengotori di bagian bahu kiri akibat tembakan salah satu penjaga yang berhasil menyerangnya disaat lengah.

Dia mendesis merasakan denyutan nyeri pada lukanya. Hanya saja itu semua harus ditahannya dalam-dalam saat mendengar langkah kaki mendekat. Perempuan itu beringsut mendekati lemari. Langsung masuk ke dalam tanpa pikir panjang.

Betapa mengejutkannya dia mendapati sosok pemuda yang ternyata juga bersembunyi di dalam lemari. Perempuan itu lantas membekap mulut si pemuda menyadari akan berteriak melihat kehadirannya. Jari telunjuk sang perempuan berada di bibir, mengisyaratkan pemuda itu untuk tidak berteriak manakala mendengar dobrakan pintu yang berhasil membuat keduanya diam berkutik.

"Aku melihatnya masuk kemari tadi, aku yakin dia pasti bersembunyi disekitar sini."

Dua orang pria itu mulai berpencar mencari keberadaan si perempuan. Setiap sudut ruangan berhasil disisir penjaga itu, kecuali di dalam—

"Buka lemari itu."

Si perempuan menggeram menahan emosi. Ditatapnya sosok pemuda di depannya yang tengah menangis ketakutan. Pistol di genggamannya hanya tersisa satu peluru, jika dia menggunakannya sekarang, dia akan kalah telak kalau sampai meleset.

Cklek

Begitu pintu lemari dibuka, perempuan itu langsung menendang kuat salah satu penjaga hingga membuat satu penjaga lagi ikut tersungkur akibat hantaman rekannya yang mendapat dorongan kuat dari sang perempuan. Dia bergegas melarikan diri, tak sadar kalau kini tengah menggenggam tangan pemuda yang bersamanya di dalam lemari untuk ikut kabur dari tempat itu.

"Mark, lantai tiga, cepat!" teriaknya memerintah melalui earphone walkie talkie di telinga kanannya.

Perempuan itu terus membawa si pemuda ikut melarikan diri bersamanya. Sampailah saat akan menuruni anak tangga, keduanya dicegat oleh lima orang penjaga. Perempuan itu menarik si pemuda supaya berada di balik punggungnya. Keduanya mundur perlahan-lahan dengan waspada. Namun, dari arah belakang datanglah dua orang penjaga yang ikut mengepungnya.

"Mau ke mana lagi, huh, Nona Navenda yang Terhormat?"

Kalimat penuh ejekan itu membuat perempuan bernama Navenda melayangkan tatapan membunuh. Ia tak suka dengan orang yang berlagak meremehkannya. Tapi dilihat dari jumlah lawannya, Navenda tidak bisa gegabah meninju mereka semua. Ditambah bahu kirinya terluka, membatasi semua pergerakan yang kemungkinan besar jika dia nekat, Navenda bisa langsung dikalahkan dalam sekali serangan.

"Sial," umpatnya pelan. Navenda merasakan rematan pelan pada lengan kemeja yang digulungnya. Pemuda di belakangnya ini juga menjadi salah satu alasan Navenda tidak bisa bergerak sembarangan meringkus lawan-lawannya.

"Anda adalah orang yang bos kami hormati, tapi kali ini Anda tak jauh berbeda dengan sampah. Anda ingin langsung menyerahkan diri atau—ARGHHH!"

Empat kali bunyi tembakan berhasil menumbangkan empat penjaga. Pelaku yang melakukan itu tak lain tak bukan adalah salah satu tangan kanan kepercayaannya, Mark.

Navenda lekas menarik pergelangan si pemuda mendapat kesempatan untuk menyingkir. Ia melirik sekilas ke arah Mark dengan memberi isyarat melalui matanya agar pemuda itu menyelesaikan sisanya. Mark mengangguk patuh, lanjut menembaki tiga orang penjaga yang hendak melarikan diri. Navenda pun pergi dari rumah neraka itu bersama sosok pemuda di belakangnya.

Kini keduanya telah berada di dalam mobil. Navenda bersandar sembari bernapas penuh kelegaan dengan dipenuhi keringat bercucuran di seluruh tubuhnya.

Navenda melirik pemuda di sampingnya yang tengah menundukkan wajah memainkan jemari-jemari lentiknya sendiri. Ia baru menyadari pemuda itu mengenakan pakaian tipis menerawang membentuk tubuhnya yang ramping.

 Ia baru menyadari pemuda itu mengenakan pakaian tipis menerawang membentuk tubuhnya yang ramping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menyadari tatapan Navenda, pemuda itupun menoleh canggung. Dia menaikkan pakaiannya yang hampir melorot memperlihatkan tulang selangkanya.

Navenda meraih jas kerjanya yang tersampir di belakangnya. Ia memakaikannya pada pemuda itu. Empunya kembali menunduk, tak lupa mengucapkan terima kasih dengan suara pelan atas kepekaan Navenda yang menyadari ketidaknyamanannya.

Navenda tersenyum tipis melihatnya. Saking tipisnya mungkin tidak akan ada yang sadar kalau Navenda sedang tersenyum. Pemuda di sampingnya ini benar-benar sangat menarik.

....

Hola, kembali lagi bersama saya wkwkwk. Update book di new akun khusus femdom and malesub, semoga suka yaw.

Untuk tokoh tidak akan saya beri visualisasi, kalian bisa membayangkannya sendiri oke menurut kesukaan masing-masing.

Start: Minggu, 30 Juni 2024

One Reason; It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang