Ruangan yang didominasi berwarna gelap dengan pencahayaan temaram. Melodi lampau mengalun syahdu pada piringan hitam yang melantun, mengisi keheningan ruangan tersebut dengan sesosok pria dewasa duduk di kursi yang berada di tengah-tengah ruangan itu sembari fokus pada buku bacaannya.
Ketukan pintu menghentikan kegiatan membacanya. Tatkala pintu dibuka, wajah pria itu berubah sumringah akan kedatangan si pelaku pengetukan.
"Navenda putriku!" serunya berseri-seri. Bahkan dia telah berdiri meninggalkan kursi kekuasaannya guna menghampiri sang anak, Navenda.
"Apakah kedatanganmu ke mari karena telah berubah pikiran dan mau menerima tawaran Ayah soal perni—"
"Aku menolak," putus Navenda cepat.
Pria itu, Ernanda, memandang sang putri dengan sorot datar. Keceriaan di wajahnya sirna, tergantikan dengan raut ketidaksukaan oleh jawaban sama seperti yang pertama kali Navenda katakan saat ditawarkan untuk menikahi omega pilihan pria itu.
"Tapi kau tenang saja, aku sudah punya calonku sendiri. Aku akan menikah dengannya, untuk itu aku datang ke mari sekaligus ingin mengenalkannya dan minta restu padamu," lanjutnya mantap. "Masuklah, Omegaku."
Tatapan tajam Ernanda beralih menatap ke ambang pintu. Menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri entitas asing yang diagungkan sang anak akan menjadi calon pendampingnya, masuk dengan langkah keraguan. Ernanda menelisik sosok omega calon Navenda dengan kekehan renyah. Merasa sangat terhibur oleh kelakuan putri semata wayangnya itu.
Hanan hanya bisa menunduk gelisah di sebelah Navenda sembari memainkan jemari-jemarinya takut.
"Omega kalangan bawah, huh? Seleramu mencari pasangan benar-benar kacau," hina Ernanda lantang. "Dia bahkan tidak cocok menjadi Luna-mu, Venda! Seorang alpha dominan tak seharusnya bersanding dengan omega yang tidak memiliki latar belakang jelas!"
Bolehkah Hanan mengutarakan perasaannya sekarang? Kalimat penuh cemoohan dari ayah Navenda berhasil melukai hatinya. Ia tak pernah menyangka kalau pria itu akan menghina harga dirinya seperti itu secara blakblakan. Ini tidak seperti apa yang dikatakan Navenda semalam ketika mengajaknya menikah berlandaskan balas budi.
Ia sadar posisi bahwasanya bukanlah seseorang dari kalangan atas, yang orang tuanya berpangkat tinggi, memiliki rumah megah bak istana kerajaan, lalu uang yang tak pernah ada habisnya. Untuk sekali ini, Hanan merasa memang tak sepatutnya Ia menyetujui ajakan Navenda yang ingin meminangnya.
"Dia sedang hamil anakku."
Baik Ernanda ataupun Hanan, keduanya sama-sama menatap Navenda dengan sorot keterkejutan. Terlebih bagi Hanan yang kini berdiri kaku, tertegun oleh ucapan dusta sang alpha.
Navenda tersenyum tipis kepada Hanan. Tangan kirinya bergerak menarik lembut pinggang ramping itu. Tubuh Hanan semakin tak dapat digerakkan tatkala merasakan pergerakan halus mengelus perut ratanya.
"Oh Tuhan," keluh Hanan dalam batin.
"Di sini, di dalam sini, ada anakku. Aku akan tetap menikahinya sebagai bentuk pertanggungjawaban. Ingin kau setuju atau tidak, itu urusanmu. Aku sudah datang dengan iktikad baik memperkenalkan calonku. Aku pergi."
Navenda menggenggam telapak tangan Hanan. Membawanya keluar meninggalkan Ernanda yang diselimuti perasaan ketidaksukaan.
Saat ini di dalam mobil, suasananya begitu canggung. Tak ada percakapan setelah keluar dari kediaman Ernanda.
"Maaf telah berkata kamu hamil."
Hanan menoleh cepat dengan kedua mata membulat. Astaga, malah dibicarakan lagi! Namun, sedetik kemudian Ia merileksasi ekspresinya. Tersenyum canggung seraya menggeleng tak masalah.
"Aku mengerti, Venda. Hanya saja ... uhm ... mengapa kamu menolak pernikahan dengan omega yang dipilihkan oleh ayahmu? Maksudku ... daripada memilihku, akan lebih baik jika kamu menikah dengan pilihan ayahmu. Aku tidak ada apa-apanya selain aib untuk keluarga besarmu, Venda. Benar yang dikatakan Tuan tadi, kamu tidak bisa menikahi omega yang tidak memiliki latar belakang jelas. Aku bahkan tidak punya namaku sendiri, dan juga, aku seorang pelacu—"
"Kamu memang pelacur," sela Navenda cepat. Membuatkan Hanan bungkam bersamaan berubahnya atmosfer di dalam mobil secara perlahan.
Hanan menunduk dalam, berusaha terlihat biasa saja meskipun itu mungkin percuma. Dadanya mendadak sakit bak dihantam batu berukuran raksasa.
"Kamu adalah pelacur setelah kita menikah. Dan pastinya pelacurku ini akan menjadi ibu untuk anak-anakku," tuturnya lagi yang kali ini kembali mengundang atensi Hanan guna menatapnya. Navenda tersenyum penuh ketulusan. Lalu Ia meraih tangan Hanan untuk digenggam. "Masih terlalu awal untuk melibatkan cinta, apalagi aku tidak pernah berhubungan dengan omega manapun, tapi aku serius jika ingin menikahimu. Aku tidak peduli pada latar belakang. Aku hanya ingin kamu yang menjadi Lunaku, dan aku yakin kamu adalah pilihan terbaik yang dikirim oleh Moon Goddess untuk alpha yang hidupnya monoton ini."
Bulir bening itu jatuh dari pelupuk mata Hanan. Perkataan Navenda barusan membuatnya tersentuh. Hanya saja Hanan tak tahu harus bereaksi seperti apa. Mau dikatakan bahagia, tentu Hanan merasa sangat bahagia, tapi di satu sisi, perasaan ketidakpantasan masih senantiasa melekat dalam dirinya.
Ia masih bimbang. Meragukan dirinya di atas pilihan mutlak Navenda, yang seharusnya mungkin tak perlu repot-repot Hanan pikirkan.
"Ibu, jangan melamun. Tidak baik untuk anak kita."
Hanan menoleh pada Navenda dengan raut kaget. "Kita belum punya anak, Venda," protesnya lelah.
Alpha perempuan itu terkekeh renyah oleh respon polos sang omega. "Ingin mencicil membuatnya?"
"Venda ...." Hanan berseru lirih, tapi wajahnya telah merah merona. Ia membuang muka melihat perempuan itu menaik-turunkan alisnya, menggoda dirinya. "Sudah, ayo pulang."
"Baiklah, Ibu~"
Hanan berpura-pura tidak mendengarkan. Ia masih enggan menatap Navenda yang saat ini cekikikan.
Dasar alpha itu, tak tahu situasi!
KAMU SEDANG MEMBACA
One Reason; It's You
Fanfic"Aku tidak pernah melihatmu sebagai seorang budak, karena kamu adalah istri manisku sekaligus Luna dari alpha kesepian ini." - ↪Female Dominant × Male Submissive ↪Married Life, omegaverse, romance © Pin, edited by me