☆ judul lama: love story ☆
Tentang jiwoong dan hao yang nyembunyiin hubungan mereka. mereka udah nikah dan memutuskan merahasiakan semuanya, bahkan teman dekatnya. Hao masih belum siap hadapi fans jiwoong yang agak bar-bar.
"Sampai kapan hubungan ki...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ayo, Kak, pulang," ajak Hao yang baru saja selesai merapikan barang yang berserakan ke tempat semula.
Jiwoong membenarkan kencing kemeja yang terbuka, karena tadi cuaca sangat panas. Jiwoong capek dan jadwalnya hari ini penuh, tidak ada jeda. Jiwoong tidak masalah, asalkan ada Hao yang menemaninya. Kalau tidak ada Hao, mungkin Jiwoong bosan dan tidak mau kerja.
"Iya. Aku mau istirahat, capek."
Jiwoong dan Hao melangkahkan kaki keluar dari ruangan. Tidak lupa, Hao menutup ruangannya. Mereka pergi ke parkiran yang letaknya ada di lantai dasar—tidak jauh dari ruangan yang mereka tempati. Mereka sudah biasa pulang bersama dan orang-orang tidak curiga dengan mereka. Mereka anggap Jiwoong dan Hao hanya rekan kerja. Mereka juga mengira Hao mengurus semua keperluan Jiwoong.
Namun, ketika mau ke parkiran, seseorang datang dengan memakai celana pendek di atas lutut dan kemeja putih yang menerawang. Hao menatap datar ke orang itu, Sakura. Hao tidak menyangka Sakura masih ada di agensi.
"Hai Jiwoong. Hai Hao," sapa Sakura ramah.
"Hm. Ada perlu apa?" tanya Jiwoong cuek sambil menatap mantan kekasihnya.
Sakura merapikan rambutnya. "Aku mau ajak kamu makan malam. Udah lama kita gak makan bareng."
Jiwoong menghela napasnya. "Sori, aku gak bisa. Aku capek dan aku gak mau berurusan sama kamu lagi, Ra. Kita udah putus," jawab Jiwoong dengan ekspresi tidak suka ke Sakura.
Sakura berdecak sebal. "Kenapa, sih, kamu selalu nolak ajakan aku? Aku gak mau kita asing setelah putus. Aku ingin habiskan waktuku sama kamu, Woong."
"Kak Sakura, kalau Kak Jiwoong gak mau, jangan dipaksa. Buat orang risih aja," julid Hao sembari menatap datar wanita ular itu.
Sakura menunjuk wajah Hao. "Kamu gak usah ikut campur urusan aku. Kamu itu siapanya Jiwoong? Inget, kamu itu hanya manager. Jangan harap kamu bisa dapetin Jiwoong, karena level Jiwoong bukan kamu. Dasar gak tau diri."
Jiwoong mengepalkan tangannya ketika sakura berbicara seperti itu kepada hao. Andaikan sakura tau kalau jiwoong dan hao sudah nikah, pasti sakura kesal.
"Justru karena aku manager, aku berhak lindungi artis aku, Kak. Kak jiwoong tadi udah bilang, dia nolak ajakan kakak. Kakak harus ngerti dong. Jangan seenaknya sendiri." Hao sudah teramat kesal dengan Sakura. Selalu cari perhatian ke jiwoong. Gimanapun juga, jiwoong ini suami hao.
"Ra, plis jangan paksa aku. Aku udah gak mau berurusan sama kamu. Kita fokus aja ke karir masing-masing. Jangan ganggu aku."
"Tap—"
"Kak Sakura!" teriak seseorang yang berjalan cepat ke arah Sakura. Dia adalah Chaewon, orang yang menyukai sakura.
Sakura memutar bola matanya malas. "Ngapain kamu di sini? Jangan ikut campur. Mending kamu pulang sana," usirnya tanpa memikirkan perasaan chaewon.
"Kak, mending kakak pulang aja. Aku baru aja ditelepon sama orang tua kakak, kakak disuruh pulang," ucap chaewon menunjukkan pesan dari ayahnya.
Chaewon dan sakura itu teman ketika sma. Chaewon juga dekat dengan keluarga sakura, begitu juga dengan keluarga sakura. Chaewon juga tau kalau sakura pernah berpacaran dengan jiwoong. Saat itu, chaewon sudah suka dengan sakura.
"Sial," umpat Sakura, kemudian berjalan meninggalkan tempat dan pergi ke parkiran Barat. Di sini parkiran dibagi jadi dua, barat dan timur.
"Kak, Hao, aku pergi dulu."
"Ya, hati-hati, won," pesan Hao tersenyum manis.
"Oke."
Setelah mereka pergi, jiwoong dan hao pergi ke parkiran Timur. Hao senang karena ada chaewon yang datang buat beritahu kalau sakura disuruh orang tuanya pulang.
Setiba di mobil, hao membuka pintu penumpang buat jiwoong. Jiwoong masuk ke mobil dengan diikuti hao di samping. Sopir menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran.
"Kamu kok tadi berani banget sama sakura?" tanya Jiwoong mengecup pipi gembul hao. Untungnya jendela mobilnya tidak terlihat dari luar.
"Ya habisnya dia ngeselin tau. Mana maksa kakak. Jadi, gak salah dong aku bicara kayak tadi?"
Jiwoong mengusap rambut suaminya. "Gak salah kok. Malah aku seneng kamu berani kayak gitu."
"Iya, kak. Oh ya, mampir ke supermarket dulu, ya. Bahan makanan di rumah udah pada habis."
"Oke, Sayang."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.