BAB 49 ( PUTUS )

28 3 0
                                    

" Aku bener-bener gak mau hidup lagi."

* Zeeva *

*
*
*
*

Satu minggu, dua minggu sudah berjalan sejak insiden malam itu yang masih membuat Zeeva ketakutan memikirkannya sampai sekarang dan selama itu juga Zeeva setiap harinya terus dibuntuti oleh Dava. Awalnya Zeeva berpikir bahwa mereka tidak sengaja bertemu, tapi ternyata pria itulah yang sengaja mengejar-ngejarnya tanpa tahu malu dan pantang mundur.

Hal itu membuat gadis berambut coklat dan pendek itu kesal bukan main dan ingin rasanya dia lenyap sekarang juga. Untungnya karena jadwal kampus Zeeva hari ini lumayan padat, dia berpikir bahwa Dava tidak mungkin menyusulnya kemari. Tetapi, imajinasinya ternyata salah. Pria bernama Dava itu sekarang sudah ada di hadapannya sambil melambaikan tangan.

" Zeeva! " Dava melambaikan tangannya membuat Zeeva mematung di tempatnya dan menggenggam erat tali tasnya karena gugup.
" Eh, dia senior yang baru lulus beberapa bulan yang lalu,kan? "
" Iya, bener. Ngapain dia kesini? "
" Katanya dia udah lama pacaran sama anak sejurusan sama kita. Dia,kan ganteng banget. Anak sultan!"
" Wajar,sih. "
" Ngapain lo berdiri lama-lama di situ? " Sekali lagi, Dava berteriak pada Zeeva membuat semua orang meliriknya heran.

Sial. Kenapa harus bertemu dengan Dava lagi,sih? Zeeva berdecak kesal. Saat dia melihat Dava berjalan ke arahnya, Zeeva buru-buru menghindar namun ketika dia berjalan ke kanan Dava malah menghadangnya dengan tubuhnya. Dia berjalan ke kiri, pria itu juga ikut ke kiri sampai tiba-tiba dia mendekatkan wajah dan tubuhnya pada Zeeva, gadis itu mundur beberapa langkah ke belakang dan pinggangnya di tarik ke dalam dekapannya Dava.

" Lepasin gue! " Sinis Zeeva.
" Gak akan. Gue dateng ke sini buat jemput lo pulang. Yuk, "
"  Cih, " Zeeva mendorong tubuh Dava menjauh darinya dan memperbaiki penampilan cantiknya. " Gak usah sok baik. Yang nyuruh lo datang siapa? Bisa gak,sih gak usah ikutin gue mulu? "
" Engga. Gue kangen banget soalnya. " Ketika Dava ingin memeluk Zeeva, gadis itu malah menghindar.
" Lo kangen tapi gue gak. Gak usah sok bersikap seakan lo cinta sama gue. Benci gue liatnya tau gak lo? "

Dava tersebut lebar bukan main mendengar ucapan Zeeva sampai dia tertawa terbahak-bahak sambil berkacak pinggang sedangkan Zeeva masih mendongak menatapnya dengan tatapan maut.

" Serius? Kalau suatu hari nanti gue pergi jauh, lo yakin bisa baik-baik aja? "
" Yakin. Yakin banget. Jadi lebih baik lo pergi sekarang juga dan jangan ganggu hidup gue lagi. "
" Engga mau. "
" Minggir. " Sekuat mungkin, Zeeva yang kecil itu terus mendorong tubuh tinggi Dava karena pria itu yang terus menahannya.
" Gue belum selesai ngomong. "
" Gue gak peduli. Gue mau Balik. Minggir gak?! "

Ditengah Zeeva yang masih sibuk mendorong dan bergelut dengan Dava, pria itu malah memeluk Zeeva dengan erat dan tidak memberi celah untuk gadis itu lepas darinya. Zeeva terkejut bukan main, bahkan orang-orang di sekitar mereka saja sampai dibuat heran dan kaget.

" Lima menit, gue butuh 5 menit aja buat bisa liat lo hari ini. " Bisik Dava.
" Lo bisa bahagia dengan 5 menit itu sedangkan gue? Lo gak bisa mikir gue gimana? " Kedua mata Zeeva mulai berkaca-kaca.
" Gue bisa buat lo bahagia. Ah, jadi teringat Lebaran,kan gue. "
" Jangan pernah lo sebut nama kakak gue! "
" Kenapa? Salah? Bocil yang taunya makan, tidur,sama nangis doang kayak lo tau apa tentang kenyataan? Dari pada lo gue lebih tau semuanya.
" LEPAS!! "

Zeeva mendorong Dava menjauh darinya dengan napas yang terengah-engah dan mata yang memerah. Dia ingin menangis, tapi lagi-lagi Zeeva berusaha untuk tidak terlihat lemah kali ini.

" Kenyataan apa yang lo maksud,hah?"  Sinis Zeeva
" Suatu hari nanti, lo pasti bakal tau. " Dava menghela nafas panjang lalu tersenyum lebar menatap Zeeva yang begitu tertekan. " Lo sakit? Kayaknya kesehatan lo makin menurun. Pacar lo, peduli sama lo,kan? Atau, dia gak peduli sama sekali? Yah, selera lo rendah banget. Ck,ck,ck. Mungkin lo yang lagi sakit gagal ginjal aja mungkin dia nggak tau,kan? "
" Udah? Udah selesai bicaranya? Lo denger,ya baik-baik. Mau gue sehat, atau gak di peduliin itu bukan urusan lo. Kalau gue kasih tau pun gak ada yang berubah. Pada akhirnya gue tetep mati. " Zeeva berjalan mendekati Dava dengan kepala yang mendongak. Menatap penuh kebencian. " Gue gak butuh perhatian dari siapapun termasuk lo, paham? "

Secret 8,3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang