a piece of tale III

192 11 2
                                    

::: What If Series :::

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

::: What If Series :::

[Jino bukan lagi anak tunggal?]






























"Papa..."

"Mm? Masuk Jino."

Dini hari menunjukan waktu hampir tengah malam telah tiba. Lelaki berusia tujuh tahun itu sedang berdiri di depan ruangan kerja Jungwon dengan secarik kertas yang ia genggam di telapak tangan kanannya.

"Ada apa Jino?"

Jino sedikit mamar dengan langkahnya, dikarenakan nada sang ayah yang terlewat sangat dingin itu dan tatapan yang begitu sangat sulit di artikan. Apakah Jino akan habis malam ini?

"Jino kenapa kamu belum tidur?"

"A-anu pa..."

"Kenapa?"

Pria kecil itu menyerahkan secarik kertas di hadapan Jungwon, Jungwon mengambil lembaran putih itu yang terpampang jelas tinta merah dengan menoreh kertas tersebut di angka tujuh puluh lima.

"Papa, Jino janji gak akan malas belajar lagi, itu nilai Jino yang terakhir untuk pas dalam rata-rata papa, Jino akan berusaha lagi. Jangan beritahu mama ya..."

Jungwon menghela nafas, ia berjongkok di hadapan putra sulungnya itu, ia tersenyum tipis, ternyata yang dipermasalahkan oleh Jungwon malam ini bukanlah nilai, melainkan kenapa di jam rawan seperti ini anak kecil masih saja membuka matanya?

"Sini." Jungwon merentangkan tangannya, Jino pun langsung menghamburkan diri kepada Jungwon. Tunggu sebentar, lelaki kecil itu menangis di tengah hujan yang deras di tengah malam.

"you got it my little boy! Papa sama mama tidak pernah untuk menuntut Jino buat dapat nilai yang terbaik, anak papa tetap yang terbaik."

"T-tapi pa... Jino enggak pernah dapat nilai sejelek itu."

"Karena Jino lupa belajar waktu itu."

"Jino... tidak bisa kita mengejar standar orang lain dengan batas kemampuan kita, memangnya papa sama mama pernah nuntut Jino buat dapat nilai bagus?" Tanya Jungwon, Jino menggelng dengan wajah yang memerah karena menangis.

"Sudah ya, ayo tidur. Tidak baik bergadang malam-malam."

"Papa, tapi..."

"Stt, kalo ketauan mama nanti mama marah besar kalau Jino gak tidur-tidur."

Jino mengangguk, Jungwon tersenyum lantas ia menyeka hidung sang anak yang hampir lima menit ia habiskan untuk menangis itu. Mengusap wajah sang anak dengan sayang, sekaligus memeluknya kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mine | Yang Jungwon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang