𝓙𝓾𝓷𝓲 2022

11 2 1
                                    

Masih dengan dunia fiksi yang ku bayangkan. Mencintai seseorang diam-diam lalu berakhir hidup bahagia bersama. Aku duduk di hamparan pasir pantai menikmati deburan ombak yang tiada henti memberikan ketenangan. Terus memperhatikan setiap keindahan alamnya. Tidak henti-hentinya merasa kagum setiap hasil desain yang Tuhan berikan.

"Kak, serius amat lihat pemandangannya." Belum lihat wajahnya saja aku sudah sangat hapal dengan suara anak perempuan tersebut, Delia Anandita. Gadis itu bergabung menikmati suara deburan ombak pantai.

"Aku tau kenapa kakak nyaman banget di sini. Terasa tenang, terus damai banget, ya, gak berisik sama isi kepala," ujarnya memberikan pendapat.

Aku masih diam menikmati suara deburan ombak pantai, Ku lirik sekilas wajah gadis itu, lalu aku mengadah melihat awan-awan yang terus berjalan.

"Kak, tadi di panggil Ibu untuk beli es krim di depan," ucapnya lalu meninggalkan aku sendirian di pinggiran pantai.

"Baik, bilang Ibu 'aku segera datang.' " amanahku kepada Delia.

Aku segera bangkit menyusul Delia yang sudah terlebih dahulu berjalan. Tanpa sengaja aku berpapasan dengan seorang remaja lelaki sedang memegang es krim di kanan kirinya dan menggendong adik perempuan di sebelah kirirnya.

"Del, itu siapa? Kok aku jarang lihat, ya." Aku masih diam menatap kedatangannya.

"Bang, es krimnya dua." Lelaki tersebut memesan dua es krim, mungkin saja untuk kedua adiknya. Setelah menunggu antrian; akhirnya bagian es krimku segera datang.

"Kayaknya cucunya ibu. Entahlah aku tidak begitu mengenalnya," ucap Delia tidak mengacuhkan.

Tanpa sadar aku tersenyum simpul. Akhh kali ini pasti pipiku memerah. Lelaki itu tertawa ketika melihat adik perempuannya memakan es krim begitu belepotan.

Kegiatan berjalan dengan lancar. Saat pertama kali aku melihat wajah dan senyumannya. Saat pertama kali aku meletakan hati kepadanya. Saat pertama kali doa yang ku sebut diantara sepertiga malam. Aku yakin kita bakal berjumpa kembali dengan secepatnya, dengan versi terbaik kita.

Setengah tahun kemudian ...

Aku kembali bertemu dengannya setelah setengah tahun tidak bertemu. Hatiku senang bukan main, mataku diam-diam mencari sosoknya berdiri. Di acara nikahan ini kita kembali bertemu, dia tersenyum ramah menyapa jajaran tamu undangan. Tidak mau kalah saing aku pun begitu. Oh Tuhan ... terima kasih sudah mempertemukan kita kembali di waktu yang cukup singkat.

"Kalau suka bilang, jangan diam-diam aja. Dia mana tau kalau kakak suka sama dia, iya, kan?" – Bella Himeka Rumi, gak afdol jika gak ganggu aku untuk sehari.

"Mulut kau bisa diam?!" sentakku.

"Apa! Si Ela suka abang baju pink!" teriaknya tanpa malu.

Bukan hanya aku doang, kan yang malu lihat tingkah Bella?

"Bangsat!" maki Delia. Nah, Delia telah mewakili isi hati aku untuk memaki Bella.

Aku tau kita berteman, tapi kali ini aku undur diri menjadi teman Bella.

"Aku izin pamit pulang duluan," izinku lalu aku pamit meninggalkan mereka berdua.

Setelah itu kita tidak pernah bertemu untuk satu tahun lamanya. Perasaanku masih sama terhadapnya. Cintaku masih sama terhadapnya. Entah ini tahun ke berapa aku tidak berjumpa dengan lelaki remaja tersebut. Sampai akhirnya aku menginjak kelas 3 SMA, dia dan aku kembali berjumpa. Saat itu Ibu pembimbing aku mengadakan perjalanan keluar pulau. Ini adalah perjalanan pertama yang aku rasakan. Naik bis, naik kapal, melihat candi-candi cina dan banyak hal-hal yang belum aku pernah rasakan. Sangat nikmat, menyenangkan, dan nyaman.

My Crush in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang