Anggota Baru di Rumah Budhe

1 1 0
                                    


Pagi hari yang cukup berbeda bagi Hana. Pekerjaannya bertambah, sebab esok hari Raza-Anak laki-laki Budhe Rum akan pulang ke Indonesia setelah 15 tahun merantau di Inggris.

Hana tak banyak tau tentang Raza. Wajah hingga suaranya bahkan sudah Hana lupakan. Ia hanya ingat, Raza adalah bocah laki-laki nakal yang biasa mengganggu Hana dan Silvi.

"Iya-iya, take care ya sayang. Kabari mamah kalo kamu udah sampai di bandara. Nanti Pak Tirto yang jemput kamu. Bye!" Budhe Rum yang tengah berbincang telepon dengan Raza tiba-tiba muncul dari balik pintu dapur.

"Loh, kamu ini lelet ya. Opor sama rendangnya belum juga jadi?" teriak Budhe Rum saat melihat sosok Hana yang masih berkutat mengaduk sewajan bakal rendang.

"Buruan speed kamu ditingkatin. Ini lontongnya belum diapa-apain loh!"

"Iya budhe, nanti Hana usahakan selesai sebelum isya" Hana menimpali seadanya. Iapun berharap pekerjaannya cepat selesai. Tubuhnya butuh diistirahatkan.

"Mah, Silvi mau sarapan nasi goreng ya!" Silvi adik perempuan Raza datang dari kamarnya, tiba-tiba bergeyut manja pada sang ibu.

"Kamu dengar kan Hana? Buruan buatkan Silvi nasi goreng. Nanti bawakan ke kamar,"

"Iya Budhe," tidak ada pilihan lain bagi Hana selain menuruti perintah Budhe Run. Bergegas, ia mempersiapkan bumbu untuk list masakan selanjutnya.

Hana sampai lupa, dia sendiri belum sarapan sejak tadi pagi.

...............

"Gimana sayang?"

"..........."

"Oh okay, ini mamah, papah, adekmu, sama nenek udah nungguin kamu di rumah,"

".............."

"Ga, gausah ngebut. Santai aja. Asal selamat sampai rumah!"

Budhe Rum sekeluarga tampak bersantai dan semangat menunggu kepulangan anak pertamanya di ruang tamu. Sedangkan Hana, ia sibuk menata masakan di atas meja makan.

"Hana! Raza udah di jalan bareng Pak Tirto, kamu segera siapkan teh ya!" Budhe Rum berteriak dari ruang tamu.

"Aku jus jeruk aja ya Han!" kali ini giliran Silvi yang berteriak memerintah Hana.

..............

Deru mobil terdengar dari dalam rumah. Sebelum Raza turun, Budhe Rum sudah terlebih dahulu berlari bersama Silvi, sedang Pakdhe hati-hati memapah nenek.

"OMG KAK RAZA! Kamu makin mature aja!" histeris Silvi saat melihat kakaknya turun dari sedan.

"Hahaha, bisa aja kamu. Assalamualaikum Mah!" setelah mengelus lembut puncak kepala sang adik, Raza bergegas mencium tangan sang ibu.

"Waalaikumsalam!. Iya loh Za, kamu makin keliatan gateng dan berduitnya,"

"Kak Eaza ga lupa kan oleh-oleh buat silvi?" tak ingin kalah dari Budhe Rum, Silvi bergegas menggandeng lengan kanan Raza.

"Hemmm,,, tentu saja!"

"Hanaa! Oh ini, anaknya dateng juga!" Budhe Rum berniat memanggil Hana untuk segera menyajikan kue dan teh, tapi Hana berinisiatif sebelum disuruh.

"HANA! Kamu ga kangen sama sepupumu yang ganteng ini?" seperti biasa, Raza selalu begini jika bertemu Hana.

"Kamu udah gede aja Han. Keknya baru kemaren kamu nangis-nangis minta es potong Pak Muh. Kabar baik kan Han?" ucap Raza sembari menerima segelas teh hangat dari Hana.

"Iya alhamdulillah baik," Hana mengangkat wajahnya, berusaha mengintip wajah masa kini Raza. Pandangan mereka bertemu. Hana sedikit terpukau dengan kulit tan Raza, diple di pipi kirinya, hidup lancip, gigi rapih, dan perawakan sehat.

"Oh Allah, andai bisa, hamba mau yang seperti ini!" ucap Hana dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang