"Gue malah lebih curiga ke Davira, dari tadi geter mulu tangan lo. Karena setau gue kalau orang lagi panik atau takut pasti tangannya geter kayak gitu" ucap Zero.
"Gue vote Davira" lanjut Zero.
Davira seketika panik saat mendengar penuturan dari Zero, "Mau gue vote balik?" tanya Davira yang berusaha untuk menutupi rasa paniknya.
"Silahkan, lo punya hak buat vote gue, dan gue juga punya hak buat vote lo" jawab Zero dengan santainya.
"Gue vote Zero" ujar Davira tanpa melanjutkan perdebatan kecilnya dengan Zero.
Karena sudah 3 orang, Ivora pun kembali mengangkat suaranya, "Yang vote Kayra, kalian bisa angkat tangan."
Varen mengangkat tangannya, lalu disusul Erina, Aron, Arthur, Felix dan Christian. Melihat banyak yang memilihnya membuat Kayra sangat-sangat panik dan takut.
"Oke, 6 orang. Davira?"
Zero, Melody, Kayra dan Gerald langsung mengangkat tangan mereka, "Zero?"
Dengan tangan yang cukup bergetar, Davira mengangkat tangannya untuk memilih Zero, lalu dia disusul oleh Grace, Rona dan Cheryl, "Oke, Kayra, dia Detektif."
"Anj*ng" umpat Varen karena salah tuduh, dia malah menuduh Detektif yang seharusnya membantu mereka untuk mengetahui siapa Mafianya.
"Maaf karena ngga bisa hantu, guys" ujar Kayra sembari menundukkan kepala yang lalu berjalan keluar menyusul Ervino.
"Kayaknya Mafianya lo deh, Ren. Lo selalu ngevote seenak jidat lo, kenapa? Berlindung agar lo ngga divote?" ujar Melody.
Mendengar itu membuat Varen langsung melihat ke arah Melody, "Ada bukti?"
"Buktinya lo selalu ngevote orang seakan-akan bener banget. Dipikir dulu dong" jawab Melody seraya memutar bola matanya.
Brak!
"Udah!, kita lanjut. Ini permainan, guys. Jangan dibawa ke hati dong" ujar Ivora yang menengahi perdebatan kedua temannya itu.
Lalu Arthur yang duduk di samping Varen langsung menahan temannya itu yang hendak berdiri dan menyuruhnya untuk duduk kembali.
"Malam kembali tiba."
"Mafia."
Putaran ke-3 kembali berlangsung, para Mafia kembali memilih dan mereka memutuskan untuk memilih Varen, dengan dalih agar tidak ada yang menuduh laki-laki itu lagi.
Dokter lagi-lagi salah sasaran, dia malah memilih Arthur. Karena kedua Detektif sudah tidak ada, malam pun langsung berubah menjadi siang setelah Dokter kembali menundukkan kepalanya.
"Tadi malam lagi-lagi Mafia menemukan Varen yaitu warga sipil yang sedang sendirian di dalam mobil, mereka pun membakar mobil Varen hingga dia mati."
"Apa ada kata-kata terakhir, Ren?" tanya Ivora.
Mendengar namanya yang dipanggil membuat Varen langsung memukul meja untuk kedua kalinya, "Fu*k lo Mafia. Terakhir, percaya ngga percaya, Davira salah satu Mafianya" ucap Varen.
"See, Melody?. Bukan gue" lanjut Varen yang lalu keluar dari kelas itu dengan penuh emosi.
Melody yang mendengar itu hanya diam. Dan Davira, siswi itu terus melihat Varen berjalan hingga pergi dari kelas mereka, "Oke, gue vote Davira lagi."
"Sialan" desis Davira saat melihat Zero yang lagi-lagi memilihnya.
"Gue kayaknya juga setuju Davira salah satu Mafianya" timpal Cheryl sembari menunjuk Davira dengan jari telunjuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Game
Mystery / ThrillerIni adalah cerita yang bermulai setelah siswa siswi kelas 11 Ips 4 melakukan sebuah permainan yang banyak dimainkan orang-orang pada saat itu, permainan itu dikenal dengan nama Game Mafia. Mereka semua tidak menyangka bahwa karena permainan itu, du...