Chapter 2 : Kesempatan

18 0 0
                                    

Sinar matahari yang menusuk, Aroma rumput yang berterbangan, ditambah sorakan riuh penonton di stadion. semua tergambar dengan jelas di benakku kala itu.

"HARDIA.. HARDIA... HARDIA..." gema pendukung yang hadir menyorakkan namaku setelah aku mencetak gol kemenangan bagi tim nasional indonesia di final piala asia U-20. Terdengar juga sorakan dari para pemain lain yang ikut senang akan gol yang ku cetak. terlihat juga dengan samar samar sesosok wanita yang tersenyum bangga denganku diantara kursi penonton. Kuperhatikan kembali sosok tersebut, ku coba melihat sosok siapa itu hingga tiba tiba.

.

.

"HARDIA !!! MAU SAMPAI KAPAN KAU MALAS MALASAN SEPERTI INI. CEPAT BANGUN !!! ALISA SUDAH MENUNGGU DIBAWAH." Teriak ibuku yang membangunkanku dan menyadarkanku dari mimpi indah serta membawaku kembali ke realita yang ada.

Aku pun segera membuka mataku dan beranjak dari tempat tidurku untuk bersiap pergi ke sekolah. Sesampainya di bawah Alisa langsung menyapaku dengan ceria seperti biasanya. Tak terlihat sama sekali suasana muram seperti kemarin sore.

Kubalas juga sapaan darinya dan segera mengajaknya berangkat ke sekolah seperti biasa.

"Hardia, kudengar hari ini pelatihmu akan mengumumkan formasi untuk latih tanding minggu depan ya. Maaf sekali, sepertinya aku tidak bisa hadir kali ini. Kebetulan aku akan mengikuti kegiatan club dance nanti sore." ucap alisa kepadaku.

"Ya tidak apa apa. lagipula kau tidak harus selalu menemaniku kok." balasku sambil tersenyum menutupi rasa khawatir akan formasi yang akan diumumkan pelatih hari ini.

setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan hening tanpa pembicaraan apapun.

Sesampainya di sekolah, ku lihat akira sedang berbincang dengan kak dylan di depan kelas kami. tanpa menegur mereka, aku masuk kedalam kelas dan segera menuju ke tempat duduk ku berada. baru saja aku menaruh tas, kulihat akira berlari kearahku dengan cepat.

"Hardia, tumben sekali tidak menyapa. Kak dylan memberitahuku kalau pelatih telah menempelkan formasi untuk pertandingan selanjutnya di mading sekolah. mau melihatnya bersama ?" Tanya akira dengan ramah seolah tidak memedulikan kejadian kemarin. tentu saja aku segera menolaknya dengan alasan bahwa aku sangat mengantuk karena tidak bisa tidur dengan baik semalam.

jujur saja, melihat permainan kami kemarin aku sangat yakin bahwa akira lah yang akan dipilih menjadi penyerang utama tim. sedangkan aku mungkin hanya akan jadi pelapis atau lebih buruknya lagi di keluarkan dari tim karena Tingkah lakuku pada latihan sebelumnya.

"Yasudah kalau begitu aku akan mengeceknya duluan hahaha" Balas akira yang kembali berlari untuk melihat mading sekolah. aku pun hanya menghela nafas panjang dan merebahkan kepalaku di meja untuk menenangkan pikiranku yang masih kesal dengan pertandingan kemarin. Terdengar juga secara samar samar teriakan dari ketua kelas kami yang mengingatkan akira untuk tidak berlarian di dalam kelas. kucoba juga pejamkan mataku untuk mengalihkan pikiranku saat ini.

.

.

*Di Siang harinya

(Kriiing)

bel tanda jam istirahat berbunyi dengan keras menandai berakhirnya jam pelajaran kami saat itu. Bu sri selaku guru yang mengajar saat itupun beranjak keluar kelas tanda jam istirahat sudah dimulai.

segera saja aku pergi keluar kelas menuju mading menghiraukan ajakan akira untuk makan bersama di kantin dengan ayumi dan alisa. aku tau yang kulakukan salah, namun aku terlalu gelisah untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah saat itu. perasaan malu, takut, dan kesal bercampur aduk dalam pikiranku saat itu. bagaimana tidak, penampilanku kemarin masih saja kalah dari akira.

Beyond that LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang