Pergi

878 127 16
                                    

🕵️‍♀️👨‍💼

Klarisa menutupi diri dengan selimut, ia terus menangis karena merasa kotor setelah Darka memperkosanya.

Lelaki itu duduk di tepi ranjang, ia merutuki diri bahkan menjambak rambutnya.

"Arghhh!" teriaknya penuh emosi.

Perlahan, sambil menahan rasa sakit. Klarisa turun dari ranjang, pakaiannya sudah berserakan di lantai. Dengan selimut ia tertatih menuju kamar mandi setelah memungut pakaiannya.

Air mata masih mengalir, bahkan isakan terdengar jelas di telinga Darka.

Ia menjadi bajingan hanya karena egonya tersentil saat Klarisa membahas Amora tanpa sengaja.

Klarisa membekap mulutnya menahan jeritan dibawah shower yang menyala.

Kenapa begini? Kenapa ia diperlakukan seperti ini oleh Darka. Wajahnya memar akibat tamparan Darka, belum lagi beberapa tanda kemerahan yang Darka berikan pada tubuh bagian atas Klarisa.

"Ayah ... Ibu ...," isaknya sambil menggosok tubuh dengan sabun cair. Ia berlutut, memeluk diri karena tak tau harus apa menanggapi reaksi Ijal dan Audrina jika tau.

Klarisa takut, ia juga merasa hancur berkeping-keping. Keperawanannya direnggut paksa Darka seenaknya. Ia tak bisa melawan karena tenaga Darka berkali-kali lebih kuat.

Klarisa berteriak kencang, membuat Darka panik. Ia menggedor pintu kamar mandi namun tidak dihiraukan Klarisa yang masih duduk lemas di bawah guyuran air shower.

Dini hari keduanya pulang ke rumah, Klarisa hanya bisa diam seraya berjalan pelan karena masih nyeri.

Ia bersingut juga menepis tangan Darka yang mencoba membantunya berjalan dengan merangkul.

Kamar Klarisa kunci, ia menangis lagi duduk merosot di balik pintu. Darka sendiri takut jika Klarisa buka mulut mengadukan hal ini semua ke Abdi dan Bellona. Jika sampai terdengar kedua kakak Darka, berkali-kali lipat kemurkaan akan Darka terima.

***

Darka bangun kesiangan. Mau tak mau ia meliburkan diri. Pintu kamar digedor kencang. Jantung Darka seketika berpacu cepat. Abdi kah, Bellona atau Klarisa.

Ia memilih dimaki-maki dan dipukuli Klarisa dari pada kedua orang tuanya. Pintu di buka ke dalam, sopir Darka menatap penuh arti.

Seketika Darka melihat pintu kamar Klarisa terbuka lebar. Ia berlari menuju ke arah sana. Dua asisten rumah tangga sedang membersihkan kamar dengan mengganti sprei.

"Klarisa mana?!" serunya.

Kedua asisten rumah tangga diam tapi tidak dengan sopirnya. Ia memberitahu jika Klarisa pergi jam empat tadi, minta diantar ke bandara oleh sopir itu.

"Darka, ada apa?"

Darka duduk di anak tangga paling atas. Ia meremas rambutnya erat.

Tak ada pertanyaan lagi hingga sopir juga dua asisten pergi dari lantai dua rumah.

***

Klarisa tiba di Jakarta, ia tak langsung ke rumah, bingung mau ke mana justru duduk bengong di lobby bandara.

"Lho, Ijal ...! Itu Klarisa!" pekik Audrina dari dalam mobil. Mereka seharusnya belok ke terminal keberangkatan, malah salah hingga berbelok ke terminal kedatangan saking buru-buru.

Ijal parkir, setelah itu turun dengan cepat, berlari menuju Klarisa. Ezio juga bolos sekolah karena minta ikut menjemput Klarisa.

"Kakak!" teriak Ezio.

Magnetize ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang