Berkemah di Hutan

2.2K 35 7
                                    

Hutan adalah tempat dimana kamu bisa menemukan begitu banyak hal yang belum pernah di bayangkan sebelumnya.

Masing-masing hutan juga beragam ekosistemnya. Tergantung oleh lokasi geografisnya, setiap makhluk hidup yang hidup di dalam tiap hutan juga sering berbeda, walaupun masih di dalam negara yang sama.

Beberapa jenis makhluk, baik itu flora ataupun fauna hanya bisa di temukan di hutan pada pulau satu ini, sedangkan beberapa jenis lainnya hanya bisa di temukan di hutan pada pulau lain.

Menjadi pemandu sudah sebuah kewajiban untuk menguasai cara bertahan, serta menghindari bahaya demi menjaga keselamatan diri dan turis yang di pandu. Aku yang tumbuh dewasa di pulau ini, serta sudah menjelajahi hampir setiap inci dari pulau ini, serta tahu betul akan kondisi pulau ini, baik dari kearifan lokalnya hingga keberagaman sumber daya alamnya. Membuatku tumbuh dewasa menjadi seorang pemandu yang handal.

Sekarang turis yang sedang kupandu adalah seorang pria dari ibukota, namanya Kelvin. Nama lengkap Kelvin Tanady, umurnya masih muda 26 tahun.

Wajahnya tampan, dan matanya sipit. Oriental sekali pokoknya, aku pun memanggilnya dengan sebutan Kokoh karena dia berketurunan tionghoa. Selain tampan Kelvin ini juga sepertinya sangat rajin melatih otot tubuhnya, terlihat dari bentuk badannya yang kekar itu.

Tapi walau gemar mengangkat beban, sepertinya Kelvin juga tipe yang kuat makan. Jadi walaupun bertubuh kekar, tubuhnya yang tebal itu memberi kesan empuk. Bisa di bilang gempal, tapi juga berotot. Untung Kelvin bertubuh tinggi sehingga bentuk badannya yang kekar-montok dan putih itu masih terlihat proporsional.

Perjalanan dengan Kelvin untuk menyusuri kedalaman hutan belantara ini sebetulnya tidak di rencanakan. Awalnya Kelvin dan teman-temannya hanya bertujuan untuk menikmati pesisir pantai yang ada pada bagian selatan pulau. Lalu bagaimana bisa Kelvin sekarang ini sendirian ikut denganku?

Awal pertemuanku dengan Kelvin ada di sebuah bar, tempat dimana orang lokal dan beberapa turis minum-minum di malam hari. Kala itu dia sedang bersama beberapa temannya, tepatnya mereka bertiga. Duduk pada meja di pojok dekat jendela, mengobrol dengan sok asik hingga suara mereka memenuhi ruangan bar tua yang mungil dan kecil itu.

"Tapi pantai di sini masih belum ada apa-apanya di banding sama pantai di Hawai Bro!" Ujar Kelvin. Yang dimana kalimat itu terasa sangat menusuk bagi kami yang tumbuh dewasa dan bangga akan pulau ini.

"Lah justru yang tersembunyi dan belum gitu terkenal macam pulau ini yang lebih autentik dong. Gimana sih lu!" Timpal temannya terlihat sedikit kesal dengan kesombongan Kelvin.

"Dari segi alam iya, maksudku segi hospitality-nya."

"Kalau mau cari cafe, hotel, dan tempat hiburan mah lu mending ke Macau aja anjing. Kita kesini karena alamnya yang autentik, yang masih belum banyak di jamah sama turis-turis nyeleneh."

"Kalian dua dari tadi sibuk autentik-autentik mulu, pernah ga lu pada ke Amazon? Gue uda tuh kesana kelilingi sungainya. Itu baru autentik! Belum lagi pengalaman gue ke Peru, lihat peninggalan dari suku Maya di tengah hutan. Kalian pernah ngga? ngga kan? Kalau cakap traveling ga usah sama gue lah kalo ga pernah."

Kedua temannya langsung tersenyum masam. Suasana berat yang tidak mengenakan dari meja itu pun terasa begitu kentara sehingga sepertinya satu bar pun ikut merasakannya. Terutama aku yang sedang menguping dari meja di sebelah mereka.

"Iya deh kita ga sekaya lu, dan sebebas elu... orang tua kita masih nuntut kita buat kuliah sama kerja bro, jadi maap-maap yeh kita ga bisa di sandingkan dengan pengalaman traveling mu itu." Jawab salah satu temannya yang duduk di depan Kelvin setelah menenggak gelas bir yang sudah mengembun dan meleleh di atas meja.

Menipu Turis Elite!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang