04. Perfect Lady

6 2 0
                                    

~Happy Reading~

  Baskara yang aswara akan berganti dengan candra nandikara. Dikala baskara akan tenggelam disebelah barat cakrawala maka tercipta mahakarya Tuhan nandikara.

Entah sudah berapa ribu orang yang menggambarkan keindahan corak jingga di atas cakrawala sana, Akira tetap terpesona kala melihatnya. Begitu indah lukisan yang diciptakan Tuhan lewat alam.

Senja, objek indah yang Akira tunggu setiap hari. Walau daerah sekitar bibir pantai sudah sepi pengunjung, gadis itu justru ada disana sendiri dengan kamera yang mengambil gambaran senja. Ditemani dengan ombak kecil dari laut yang memantulkan cahaya orange.

Delapan belas menit lalu ia memutuskan bekerja kelompok dipantai. Tentu saja Akira yang memaksa karena ia jarang senggang. Tugas sejarah yang nantinya harus Akira presentasikan sebagai perwakilan kelompok. Itu tugas pertama mereka diawal semester ini. Dan sialnya ia sekelompok dengan Arkael.

Gadis itu menurunkan tangannya yang semula mencari posisi pas untuk menangkap gambar senja dengan hati-hati. Lengannya masih terasa pedih. Padahal luka itu sudah dua hari yang lalu ia dapatkan. Dari sang Ayah tentu saja.

Senyum kecut terpasang diwajah gadis itu. "Berharap apa sih gue?" monolog nya seraya menghela nafas.

Bisakah gadis itu menyalahkan Arkael untuk semua ini? Jika Arkael tak menarik nya ke toko itu mungkin luka ini tak akan ada di lengan nya. Gadis itu menepis jauh-jauh pikiran yang sempat hinggap sejenak itu.

Arkael menatap Akira dari posisi yang agak jauh. Manik coklat terang itu tampak terpaku pada gadis berambut hitam itu.

Arkael tanpa sadar berjalan kearah Akira. Sorot mata pemuda itu tampak ragu-ragu. Cowok itu berhenti tepat dibelakang Akira. Setelah memantapkan niatnya Arkael memanggil Akira dengan suara berat yang rendah.

"Akira." Akira tetap pada posisi nya walau mendengar orang itu memanggilnya.

Melihat Akira tak menoleh membuat Arkael ragu-ragu sejenak. Dalam benaknya ia bertanya-tanya apakah gadis itu marah akibat kejadian kemarin? Kenapa hatinya tak tenang? Seharusnya ia senangkan karena ini salah satu rencananya menghancurkan Akira.

"Akira, gue minta maaf." kata itu entah mengapa keluar begitu saja dari mulut Arkael.

Arkael sekarang frustasi, cowok itu tidak pernah merasa setidak tenang ini. Hatinya seolah terganggu oleh sesuatu. Pikiran nya sejak kejadian di taman itu hanya terfokus pada gadis didepannya.

"Kenapa minta maaf?" suara yang datang dari gadis bermanik hitam itu membuat Arkael menghela nafas lega.

"Ayah lo marah ya? Karena gue semalam? Gue minta maaf." ucap Arkael dengan raut wajah yang tampak bersalah.

Melihat gadis itu terdiam, Arkael menggigit bibir bawahnya. Rasa bersalah semakin memenuhi dadanya melihat sorot dingin gadis itu.

"Ga usah minta maaf bukan salah lo." ucap Akira singkat sebelum berlalu dari hadapan Arkael yang menatapnya dengan sorot tak terbaca.

Melihat kepergian Akira, sosok lelaki yang sedari tadi mengikuti Arkael keluar dengan senyum lebar. "Wah, gue nggak nyangka seorang Arkael Mahaputra bisa sebrengsek ini." seusai mengatakan itu cowok itu menyeringai lebar.

"Gue nggak nyangka rencana lo bahkan lebih kejam dari dugaan gue." cowok itu melanjutkan dengan senyum yang berubah sinis.

"Lo ingat kan? Karma itu berlaku Ar, gue cuma peringatkan. Jangan sampai apa yang lo lakukan karena dendam ga jelas lo itu berbalik ke lo sendiri." cowok itu menasehati Arkael diselingi kekehan sinis.

Mendengar nasihat dari cowok itu Arkael berdecih. "Ck! Dengar Askala Abimanyu, lo nggak berhak menasehati gue. Sejak kapan lo suka ikut campur urusan orang lain?" Arkael bertanya dengan alis terangkat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang