BAGIAN 03

296 36 22
                                    

JANGAN LUPA BERI BINTANG DAN TINGGALKAN KOMENTAR YA!

.

.

.

Araz dan Callavel mempunyai agenda wajib yang harus dilakukan, yaitu donor darah. Mereka akan mendonorkan darah setiap dua bulan atau tiga bulan sekali, agenda ini sudah mereka lakukan selama hampir dua tahun sejak kelas sepuluh.

Awal mereka mau mengikuti kegitan ini karena pada saat itu Araz sedang berada di rumah sakit untuk mendonorkan darah darurat untuk pasien abinya, setelah itu Araz mencari informasi mengenai kegiatan donor darah di rumah sakit tempat abinya bekerja. Berhasil mendapatkan informasi, tanpa basa-basi Araz mendaftarkan diri dan juga mengajak Callavel untuk ikut.

Begitu pulang sekolah mereka langsung ke rumah sakit, karena antrian yang cukup panjang mereka bisa beristirahat sebentar. Callavel menatap Araz yang berada di sampingnya dengan pandangan heran, Araz terlihat sangat santai bahkan terkesan tidak sabar menunggu gilirannya sedangkan dirinya masih sedikit takut padahal sudah dilakukan beberapa kali.

"Araz," panggil Callavel dengan suara pelan.

"Iya, Vel?" jawab Araz lembut seraa menoleh pada Callavel.

"Kaki kamu udah baikan?" tanya Callavel melirik kaki Araz yang keseleo, dirinya sempat mogok bicara dengan Araz selama dua hari setelah Araz bercerita permasalahannya dengan Khail.

"Udah kok, mereka gak berantem Vel jadi cepat baikan," balas Araz bergurau dengan kekehan kecil.

"Ih, bukan itu maksudnya." Callavel mendengus pelan.

Araz tertawa melihat raut wajah Callavel yang cemberut lalu berkata, "Iya, iya, paham kok. Udah sembuh Vel, kalau belum gak mungkin kan aku bawa motor sambil bonceng kamu."

"Terus, hukuman kamu sama kembaran masih belum selesai?" tanya Callavel lagi.

"Belum." Araz menggelengkan kepalanya. "Sisa sedikit sih, dua lembar lagi kita khatam hafal juz 20, sama beberapa surah lagi."

"Nanti balapan lagi ya," ucap Callavel tersenyum tipis.

"Okey!" jawab Araz ceria lantas menoleh pada Callavel yang memasang raut wajah sinis. "Hehehe, enggak kok, bercanda."

Tak lama kemudian, giliran mereka tiba, Araz dan Callavel berbaring dibrankar yang bersebelahan. Araz memberikan senyum pada Callavel agar cewek itu tenang, tidak panik ataupun tegang.

Sebelum itu, petugas mengkonfirmasi identitas mereka, juga menjelaskan tindakan yang diambil dan kemungkinan kegagalan dalam penusukan vena, termasuk potensi untuk penusukaan vena kedua. Setelah itu, lengan mereka dibersihkan dan langsung melakukan prosedur pengambilan darah, proses ini memakan waktu kurang lebih 10 menit.

Callavel enggan menatap lengannya, ia memilih memalingkan wajah dan menutup mata. Araz terkekeh, memperhatikan Callavel yang keningnya mengerut padahal mereka sudah berulang kali melakukan ini. Selain pengambilan darah, petugas juga melakukan pengambilan stampel darah. Setelah itu, mereka dipersilahkan untuk tetap berbaring selama kurang lebih 5 menit untuk memastikan apakah ada reaksi.

"Aman ya, silahkan bangun dan istirahat di rest area," kata si petugas sambil tersenyum ramah.

"Makasih," ucap Callavel seraya bangun dan berdiri dari brankar. Ia bergeser sedikit lantas berbalik memandang Araz yang telah menunggunya dengan wajah ceria.

"Ayo istirahat dulu," ajak Araz sembari menghampiri Callavel.

Araz dan Callavel pun berjalan keluar dari tempat pendonoran, mereka mendapat kotak snack yang memang di sediakan bagi pendonor darah. Araz mengajak Callavel menuju rest area yang ujung, dekat dengan pohon rindang agar suasananya sejuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret IssuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang