Bab 1 : Aneska

6 5 8
                                    

"Reno, duduk! Kegelisahanmu menabur ketegangan disini," tegur seorang pria tua yang hampir seperempat surainya tidak memiliki pigmen rambut.

"Maaf, ayah. Tapi aku tidak bisa tenang. Istriku sendirian di dalam sana. Berjuang melahirkan tiga anak kembar kami. Jadi wajar saja aku merasa takut dan cemas." ucap Reno kalut.

Raynar menghela nafas, dia lupa anak laki-laki satu-satunya ini sangat keras kepala dan risau.

"Semua orang juga sama. Mengkhawatirkan Tania. Bedanya kami tetap bersikap tenang dan terus berdoa untuk keberhasilan Tania. Sedangkan kamu, sedari tadi hanya bolak balik gelisah hinggah lupa meminta pada Tuhan untuk keselamatan istri dan juga anak-anakmu," sindir suara dingin yang menghujam tepat pada dada Reno.

Reno terdiam, dalam hati dia mengamini pamannya ini. "Ren, Tania akan baik-baik saja. Dia ditangani sendiri oleh ibumu. Kamu tahu betulkan bagaimana hebatnya ibumu sebagai dokter kandungan?" kata Kakeknya, Respati Adiwangsa.

"Aku tahu, Kek. Hanya saja aku sukar menghilangkan kalut dihati ini," Reno memelas mengutarkan sesak dadanya.

"Kami paham betul perasaanmu. Tapi sikapmu ini, bukanlah aksi yang benar. Kamu perlu mengesampingkan risaumu untuk fokus pada kesehatan mereka. Mengerti?" Raynar memberinya nasihat.

Reno mengangguk. "Bagus. Duduk dan panjatkan doa untuk mereka."

*******

"Ma, lihat. Jevan tersenyum," pekik Mike senang. Bayi itu akhirnya tersenyum setelah lima bulan kelahirannya.

"Benarkah?" tanyanya antusias. Wanita itu sempat khawatir perihal perkembangan si kecil yang terlihat lebih diam dibanding saudari kembarnya.

"Iya, Ma. Lihat itu," tegas Mike menarik pelan tangan sang Ibu agar mendekat ke arah mereka. "Tuhan, terima kasih banyak. Kami senang Jevan akhirnya bisa tersenyum," ucap syukur Yuna.

"Mike, bisa tolong Mama? Ambilkan kamera di kamar Mama dan segara bawa kemari, oke?"

Mike mengangguk. Dengan langkah kecilnya, dia segera melakukan perintah sang Ibu. Yuna menatap Jevano lagi, laki-laki kecilnya masih tersenyum dengan lebar. Seakan dia tengah mendapatkan hadiah besar yang luar biasa.

"Anak Mama tampan sekali!" gemas Yuna menciumi setiap sudut pipi gembul itu.

"Ini, Ma." ucap Mike sambil menyerahkan sebuah kamera pada Yuna.

Yuna menerimanya dengan gembira. Wanita itu kemudian menghidupkan kamera itu dan mulai memotret Jevano. "Adik kamu tampan kan, Mike?" ucap Yuna.

"Tentu saja. Aku ganteng, Jevano juga pasti ganteng," ujar Mike. narsis.

Yuna tertawa, Mike benar-benar mewarisi kepercayaan diri Jake yang begitu besar. "Iya, iya, kamu tampan. Adek juga tampan. Sekarang anak Mama yang rupawan ini harus segara mandi dan bersiap buat les musik." ucap Yuna pada anak sulungnya ini.

"Benar. Hampir saja lupa hari ini Mike harus les musik. Oke, Mike mandi dulu ya, Ma," balas Mike berlari menuju kamarnya. Yuna mengangguk kecil. Mike nyaris melewatkan les musiknya lagi.

"Menunggu Kak Mike mandi, kita juga mandi yuk, sayang. Hari ini Mama akan kedatangan tamu special," ucap Yuna mengajak anak kembarnya bicara.

Jevan sudah tidak lagi tersenyum. Dia hanya menatap Yuna lekat dengan mata bulatnya. Sementara Jeslyn, bayi perempuan itu tertawa gembira saat mendengar kata mandi dari mulut sang ibu.

Yuna bergerak ke kamar mandi. Menyiapkan bak dan air hangat untuk kedua anak kembarnya.

*******

Jejak AneskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang