Lulus dari SMP Kunogigaoka? Kami masih tetap bersama sebagai murid dari Koro Sensei!! Kami tetap tumbuh di bawah didikan koro sensei, sekalipun ia sudah tiada untuk kami. Ini beberapa kisah kami anggota kelas E, setelah kami lulus dari didikan koro...
“Apa benar pecundang cenderung tidak menghargai hidupnya?”
Masa SMA ku ini berlangsung dengan begitu damai, saking damai nya si rambut orange sialan itu sampai kalap menerima masukan dariku. Dirinya sendiri yang meminta metode belajar Koro Sensei. Yah aku sih masa bodo. Oh ya, Tak terasa ya, Koro Sensei meninggalkan kami sudah 2 tahun yang lalu. Bagaimana kabar mereka ya?.
“Karma, istirahat makan siang nanti bisa bertemu denganku sebentar?,” ucap Asano.
“Haaa? Melihat muka mu saja sudah membuatku muak, harus berapa kali aku menjelaskan sesuatu pada anak kolot sepertimu?,” aku merasa Asano hanyalah anak papi yang ingin ku permainkan hidupnya. Dia menginjakku kemarin, kali ini aku yang akan menginjaknya.
“Bukan membahas tentang mantan guru gurita mu itu, aku ingin berbicara sebagai pembunuh dan target,” ucapan Asano benar benar membuatku kesal. Ia tidak mengetahui apa apa yang berkaitan dengan pembunuhan, tidak berhak dengan enteng berbicara sebagai pembunuh dan target.
“Kau menjadikanku target?,” tanyaku. Sungguh tak kuasa aku menahan tawa.
Ahahahaha..
“Boleh saja, coba saja serang aku dengan anak buahmu, pemikiranmu, kau takkan pernah menang dariku jika berpendirian teguh kolot keras kepala seperti ayahmu,” ucapku.
“Temui aku di kelas jika kau berani!,” ucap Karma.
“Percaya diri sekali kau,” Asano menyipitkan matanya. Itu membuatku ingin tertawa lebih keras.
Selepas jam pelajaran ke enam aku menunggu kedatangan anak papi dengan santai. Sembari aku membaca buku kewarganegaraan. Koro sensei mengajarkanku untuk mengoleksi senjata sebelum ujian. Tako (bhs Indonesia: Gurita) sialan.. Jikalau bisa ingin rasanya orang itu kuubah jadi takoyaki.
Bayangan besar berdiri di hadapanku. Aku dengan tenang menanggapinya.
“Hoiyya hoiiyaaa.. Tumben sendiri,” mataku melihat dia sekilas. Yah sekilas doang, karena aku muak dengannya. Kalau ingin bertemu denganku biasanya ia mengajak teman lainnya. Anak papi banget, minta di kawal. Tapi jujur saja kuakui walaupun anak papi, di beberapa materi pelajaran ia lebih pandai dariku.
“Aku mengetahui kita akan satu kelas saat kelas 3 nanti, apa kau mengingat sesuatu?,” Asano memancingku dengan pertanyaan aneh.