Bab 13. Aruna Menghilang

124 6 0
                                    

Sebelum baca, akan lebih baik vote dulu ya, karena vote dari kalian sangat berharga buat DS. Jangan lupa komen juga ya, terima kasih.

—oOo—

—oOo—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—oOo—

Hari sudah semakin sore, semua santri bahkan sudah banyak yang pergi ke kamar mereka masing-masing, tetapi Aruna sama sekali belum muncul untuk setoran hafalan. Hal itu cukup membuat Arshaka sedikit khawatir, ia mencoba mencoba menunggu kedatangan Aruna dan sesekali ia menatap ke arah pintu aula takut jika Aruna datang. Namun, istri rahasianya itu sama sekali tidak muncul-muncul juga. Sampai akhirnya seorang samtri mendekat ke arah Arshaka. "Nunsewu, Gus. Sudah hampir waktu shalat maghrib, nopo Gus Shaka belum mau ke masjid?"

Arshaka mengangkat tangan kirinya dan menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia mendesah pelan, lalu beranjak dari duduknya. "Iya, terima kasih sudah diingatkan."

"Sama-sama, Gus," sahut santri itu.

Arshaka kemudian berjalan keluar aula bersama santri tadi. Mereka berjalan menuju masjid, di mana mereka setiap harinya melakukan shalat berjama'ah.

Beberapa saat kemudian Arshaka sudah selesai shalat. Ia lalu keluar masjid cukup awal dari biasanya, ingin mencari tahu ke mana Aruna sampai-sampai tidak datang kepadanya saat waktunya setoran. Di saat Arshaka keluar dari masjid, tanpa sengaja ia mendengar ucapan santri dengan santri lain.

"Memangnya Mbak Aruna ke mana, Mbak?" tanya salah satu santri yang bernama Ifah.

"Aku juga nggak tau, padahal tadi siang kita sama-sama."

"Aneh."

"Makanya itu."

Arshaka mendekat ke arah dua santri itu. "Maaf, tadi saya dengar Aruna menghilang dari tadi, apa itu benar?"

"Inggih, Gus. Kata Mbak Icha, tadi mereka bersama tapi tadi berpisah saat waktu mau mandi, Gus," jawab Ifah sembari menundukkan kepalanya.

"Lalu ke mana Aruna pergi apa dia juga langsung ke masjid?" tanya Arshaka.

"Maaf, Gus. Kami juga tidak tau, karena itu kami sedang bingung. Paling kalau nanti Aruna belum ketemu juga, kami akan laporkan hal ini ke kantor.

Arshaka mengangguk pelan. Terlihat raut kekhawatir dari wajah Arshaka, ia mendesah pelan. Setelah itu, ia pergi dari sana tetapi sebelum itu ia berterima kasih pada Ifah dan Icha.

"Eh, kamu liat nggak tadi wajah Gus Shaka. Dia kayak khawatir banget sama Aruna, ya," ucap Icha.

"Iya, Mbak, aku juga liat."

"Jangan-jangan Gus Shaka suka sama Aruna?" tebak Icha.

Ifah menatap Icha, lalu memikirkan apa yang teman satu kamar Aruna itu. "Mungkin juga sih, apalagi tiap hari mereka 'kan ketemu. Tapi apa iya, Gus Shaka suka sama Mbak Aruna? Mengingat sikap dan perilaku Mbak Aruna yang kayak gitu."

Suamiku Gus GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang