Pagi itu matahari bersinar cerah, memandikan seluruh kamar dengan cahaya keemasan. Burung-burung berkicau riang di luar jendela yang sedikit terbuka, membawa suasana pagi yang menenangkan. Di atas ranjang, seorang pria bernama Ghossan terbaring setengah terlelap, menikmati detik-detik terakhir tidurnya. Namun, ketenangan pagi itu tiba-tiba terganggu oleh dering telepon yang nyaring.
Ghossan terbangun dengan mata masih setengah terpejam, menggerakkan tangan ke arah meja di samping tempat tidurnya. Dengan gerakan yang malas, ia meraih teleponnya dan melihat nama yang tertera di layar. "Karina," gumamnya dengan suara serak, mengenali nama yang tertera dilayar.
“Halo?” Katanya, dengan suara serak
“ada kasus. Aku Sherlock. 30 menit aku tunggu di lokasi. Aku kesana sama forensik” kata suara di seberang.
“Hm…” jawabnya, masih belum sadar.
“Pembunuhan. Seorang wanita.” Katanya lagi.
“Oke. Aku mandi dulu.Tempatnya jauh?” kata Ghossan, masih dengan kesadaran yang tidak sempurna
“Lumayan, 30 menitan dari kantor.” Jawabnya lagi “gak usah mandi lah. Cepetan!”
“Iya. Setidaknya biarkan aku basuh muka.”
Ghossan berdiri, dengan malas menuju kamar mandi kosannya.
***
“Aku telat?” Tanya Ghossan kepada seorang wanita yang memberinya sepasang sarung tangan lateks begitu sampai di lokasi kejadian.
“Nggak. Aku baru datang 3 menit yang lalu sama forensik.” kata Karina menjelaskan
Ghossan dan Karina segera menuju ke sebuah warung kecil yang dikelilingi garis polisi. Disana sudah banyak anggota tim forensik yang tengah mengumpulkan bukti, Beberapa polisi yang menjaga ketertiban, serta warga yang penasaran, mencoba menerobos penjaga. Ghossan dan Karina masuk tanpa halangan ke dalam warung setelah menunjukkan kartu identitasnya.
“Identitas?” Tanya Ghossan
“bu Halimah. Pemilik warung. Semua warga sini mengenalnya.” Jelas Karina
Ghossan mendekat pada mayat, melihatnya dari dekat. Ada bekas cekikan di leher korban.
“Dicekik.” Kata Ghossan
“sepertinya pelaku cukup pintar. Dia tidak meninggalkan jejak sidik jari. Dan lihat sekeliling, sangat rapi bukan?” kata salah satu anggota forensik disana.
“berarti ini bukan pembunuhan pertamanya" Tukas Ghossan "Kenapa mulutnya terbuka?”
“Kamu tidak pernah melihat korban yang dicekik sebelumnya? Mereka selalu membuka mulutnya, itu cara mereka survive untuk terakhir kalinya” kata anggota forensik itu lagi
“Tidak. Sepertinya bukan hanya karena dia dicekik. Ada sesuatu yang dimasukkan ke mulut korban.”
Anggota forensik tadi langsung melihat ke dalam mulut korban dan melihat sesuatu di tenggorokan.
“Hey, ambilkan aku forceps, cepat!” katanya pada anggota forensik lain
Dia segera memasukkan forceps itu kedalam mulut dan berusaha mengambil apapun yang ada di tenggorokan si mayat.
Begitu benda tadi dikeluarkan, bau tak sedap memenuhi sekitar, Ghossan dan Karina spontan menjauh dan menutup hidung mereka.
“Apa itu?” Kata Ghossan.
“Pantas saja mayatnya lebih bau dari biasanya.” Lanjut Karina
“Ini seperti daging. Tapi, aku tidak yakin. Kenapa daging ada di tenggorokan dia? Kita akan menyelidiki lebih lanjut nanti.” Kata anggota forensik itu, seraya memasukkan daging tadi ke dalam pipet.