Sesuai rencana saat pertemuan hari itu,dua hari setelah perbincangan keluarga mereka sepakat untuk menetapkan hari bertukar cincin seminggu setelahnya,persiapan tersebut digelar dirumah Rei sebagai pihak lelaki. Meski sempat beradu mulut dengan Sheira yang terus-terang melontarkan penolakan,Rei tetap kekeh akan melaksanakan acara tukar cincin dirumah besarnya. Alasan Sheira bukan tak mau keluarga besar Khai melangsungkan acara dirumah,namun ada beberapa hal yang dia khawatirkan,terutama kondisi Rei yang mulai tak stabil beberapa hari belakangan ini.
"Sheira bukannya gak setuju,bahkan sekalipun pernikahan Khai dilangsungkan dirumah ini pun gak masalah."Sheira berkali-kali menghembuskan nafas,lelah berbicara dengan Rei yang tidak mendengarkannya sama sekali.
"Belakangan ini ayah sering sakit-sakitan,setiap hari Sheira harus mendengar ocehan Dokter supaya Ayah punya waktu istirahat cukup.Tapi apa ayah dengar? Gak kan? Sheira gak bisa terus mengunjungi rumah sakit menebus obat dengan dosis yang lebih tinggi!" gadis itu hampir berteriak kencang,segala emosi dalam dadanya hampir meledak jika tak mengingat banyak orang lalu lalang bekerja dirumahnya.
"Ayah ingin melihat Khai bahagia kan? Tapi lupa dengan Sheira yang ingin ayah hidup lebih lama. Khai punya Bunda dan paman,tapi Shei cuma punya ayah disini."
Semenjak hari itu Sheira enggan menginjakkan kaki ke rumah selama tiga hari dan menolak untuk bertemu Rei meski beberapa kali sang Ayah mencoba menghubungi gadis itu. Segala persiapan hampir rampung,dan empat hari kedepan semuanya akan benar-benar selesai. Lelaki dengan kotak setelan ditangan yang diantarkan oleh Rena-karyawan Sheira sedikit bingung karena dalam waktu beberapa hari ini dia tak menemukan keberadaan perempuan itu. Ingin bertanya langsung tetapi sepertinya Rei terlihat sangat sibuk.
Bunda menghampiri Khai lalu memakaikan jas ditubuh sang putra. Raya sedikit keheranan,agak ragu tentang pakaian yang dikenakan anaknya
"Bunda rasa jas nya agak kekecilan."khai setuju,ruang geraknya terasa sempit dan terlalu mencekik di area lengan."Pesanan Khai ada disini,jas nya gak sengaja tertukar dengan Klien yang lain"unjuk Sheira pada paperbag bewarna coklat ditangan. Perempuan itu mengeluarkan jas dari dalam kotak,sembari menerima jas yang sudah dilepas oleh Khai.
"Kelihatan lebih keren anak Bunda."puji Raya
"Bagaimana menurut kamu?"tanya Bunda seolah penting meminta pendapat darinya.
Khai terlihat berwibawa dengan setelan yang dipakai. Proposi tubuhnya juga pas "Sangat bagus"puji Sheira,tak lupa dua acungan jempol diberikan pada Ibu dan anak itu.
"Untuk dres pengantin belum Shei bawa, Miranda akan berkunjung ke butik sekalian ingin melihat-lihat dres yang dipilihkan Khai. Gak masalah kan Bun?"Reina mengangguk setuju,dia pikir Sheira lebih mengerti urusan seperti itu.
"Dan maaf beberapa hari ini Shei tidak ikut membantu,pekerjaan dibutik benar-benar membuat kelimpungan."sebetulnya itu hanya tameng supaya mereka tidak curiga tentang apa yang terjadi. Sepertinya memang begitu,mereka tidak tahu.
Setelah mempernak sedikit jas yang akan digunakan Khai dua bulan lagi,Sheira merebahkan tubuh dikasur empuk selama tiga hari dia tinggalkan. Ada beberapa hal yang mengusik,satu diantaranya mungkin harus benar-benar ia selesaikan.
Melangkah kaki menuruni anak tangga,tujuannya untuk menemui Rei yang asik berbincang dengan Khai diruang tamu. Gadis itu tak melihat paman dan Bunda,mungkin kedua pasangan itu sudah terlelap karena memang sudah terlalu larut. Namun sepertinya Rei tak mengindahkan larangan nya beberapa hari itu,lelaki itu harus benar-benar menjaga pola tidur.
"Ayah belum tidur?"Shei dengan baju kerja yang masih terpasang di tubuh menghampiri dua lelaki berbeda usia itu dikursi sofa,duduk di sebelah Rei dengan bola mata sedikit sayu.
"Ayah pikir kamu lebih baik istirahat daripada harus menghawatirkan ayah."
"Tiga hari lalu kamu gak tidur?"
Sheira bahkan lupa kapan terakhir dia istirahat total,perdebatan dengan Rei beberapa hari lalu mengambil jam istirahatnya ditambah dengan Miranda yang selalu komplain tentang gaun yang dipesankan Khai berbeda dari seleranya. Ia pikir Miranda ialah tipikal gadis penurut,apalagi itu memang pilihan Khai,dan dia pun ikut setuju sebab gaun yang dipilihkan untuk Miranda tidak terlalu buruk dan memang terkesan sederhana.
"Beberapa hari ini pesanan dress pernikahan lagi banyak-banyaknya Yah,Shei bahkan gak sempat tidur memastikan semuanya benar-benar selesai."dari sorot mata gadis itu tak bisa dibohongi,Rei dapat melihat bagaimana kerja keras anak satu-satunya itu dari dulu.Tipikal sifat Gina-Uminya yang turun padanya.
"Sekarang ayah istirahat,besok masih ada kerjaan kan? Kalau gitu istirahat dahulu,besok dilanjutkan."Sheira bangkit dari posisi duduk kembali ke kamar,rencana awal ingin mengatakan sesuatu pada Rei diurungkan,mungkin malam ini bukan waktu yang tepat.
Paginya Sheira benar-benar pusing,ternyata kepulangannya malam ini banyak menyita waktu tidurnya,ia pikir rencana kembali kerumah akan membuat dia beristirahat sejenak,namun beberapa klien ingin merombak sebagian pelintiran dress yang mereka pesan. Dia tidak cukup waktu untuk tidur.
Keadaan kamar Sheira sedikit berantakan,tinggal beberapa lagi yang harus diselesaikan hari ini termasuk dress yang akan dikenakan Miranda saat akad nanti. Dia sudah menghubungi gadis itu,katanya dia juga butuh saran dari Khai supaya dihari-H lelaki itu bisa puas dengan ide gaun pernikahan yang akan dipakai. Sebenarnya ia sudah mengatakan berulang kali,Khai akan tetap bahagia meski calon pengantinnya hanya memakai gamis putih seadanya,tidak perlu repot memikirkan bagaimana konsep gaun yang akan digunakan. Prinsip Khai hanya satu,sederhana yang penting enak di pandang.
Dan itu mau tak mau hari ini ia harus mengobrol panjang lebar dengan lelaki itu. Tetapi pagi ini ia belum menemukan Khai,bertanya dengan Rei itu akan membuat pria itu curiga,dan akan menceramahinya dengan panjang lebar dengan alasan lelaki itu akan mendekati pernikahan,sebisanya harus menjaga jarak dengannya. Jadi selama ini apa yang Sheira lakukan kalau bukan menjaga jarak dengan sepupunya itu.
Tak lagi membuat kepalanya pusing,Sheira meletakkan tab diatas meja,mengambil remote tv disebelah kemudian memencet tombol secara acak dengan beberapa penayangan drama lokal cukup membuatnya bosan. Tangan Shei bergerak mengambil tab,jarinya bergulir kekanan-kekiri memeriksa revisi gaun-gaun yang diperbaharui tadi malam sudah sampai pada pemiliknya. Dia cukup lega karena respon dari klien nya sangat memuaskan.
"Kata Bunda kamu lagi nunggu Khai,ya?"tanya Rei sambil duduk disebelah Shei yang tampak jenuh "Anaknya lagi ngajar,palingan nanti sore kesini."Shei mengangguk saja,berarti siang ini dia bisa pergi sebentar menemui Tama.
"Kalau gitu sampaikan sama Khai,Sheira ingin ketemu sama dia."kata Sheira "izin pamit dulu,Sheira ada janji sama teman."pamit Sheira setelah mencium takzim tangan Rei.
Gadis itu selalu sibuk dengan urusan-urusannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/367714703-288-k366981.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Untuk Khaizam
Novela JuvenilDikeluarga Allaric tidak ada namanya pernikahan sepupu. Nenek moyang mereka membuat aturan tersebut agar darah keturunan dapat terjaga dengan baik tanpa harus ada pertikaian didalamnya. Itu berlaku untuk siapapun dan tidak boleh di langgar. Kenyataa...