"Kok ngelamun? Ayo foto" si bungsu merangkul abang tertuanya. Hari ini adik bungsu Rio wisuda.
Rio sebagai abang tertua akhirnya bergabung dengan kedua orangtuanya. Dua adik laki-lakinya juga hadir. Mereka saling merangkul dan tersenyum bahagia.
Senyum itu penuh arti. Bagi Rio yang sudah membiayai kuliah ketiga adiknya, turut bahagia. Rasanya tidak bisa diucapkan dengan kata-kata, hanya senyuman lebar dan mata yang berkaca-kaca saja yang bisa dia ekspresikan.
Rio tidak muliah, dia hanya tamatan SMK. Sejak sekolah dia sudah bertekat menjadi tulang punggung keluarga. Maka sejak lulus SMK dia langsung mencari kerja.
"Doakan aku ya" katanya pada Karina. Teman Tapi Mesra yang dimilikinya. Mereka berada disekolah yang berbeda. Kenal begitu saja dan menjadi dekat namun tidak pernah sampai terucap, "Aku suka kamu, mau jadi pacar aku?"
Rio sadar diri. Tidak mungkin dia berpacaran, membagi waktu dan cinta di saat fokusnya menjadi kepala keluarga.
"Sudah pasti" Karina tersenyum manis dan tulus. Rio bisa tau itu karena hatinya berdetak kencang namun mengirimkan sinyal-sinyal kehangatan hingga hampir melelh dibuatnya.
"Kalau aku diterima, kamu mau hadiah apa?" Tanya Rio pada Karina. Gadis itu berpikir sejenak. Namun caranya menggaruk-garuk kerudungnya begitu imut dimata Rio.
"Keycan aja. Gantungan kunci. Luffy" lagi gadis itu tersenyum. Dia suka Rio. Tapi juga sadar diri bahwa saat ini prioritas Rio bukan dirinya. Mereka hanya dua remaja yang sedang dimbauk cinta.
Romansa itu bukanlah segalanya. Ada masa depan yang harus dipersiapkan. Maka Karina tidak begitu memusingkan Rio yang tidak memperjelas status mereka. Lagipula mereka hanya belajar bersama. Makan bersama. Nonton bersama. Tidak melakukan skinship apapun karena mereka hanya berteman dan saling menghormati.
Karina juga tidak ingin hadiah yang aneh-aneh. Dia tau Rio pasti tidak keberatan apapun yang dia minta. Hanya saja Karina cukup tau diri bahwa Rio saat ini sedang tidak memiliki uang dan pekerjaan. Mereka baru saja melewati ujian, menunggu ijazah keluar barulah Rio bisa mencari kerja.
"Oke" jawab Rio dengan senyum lembut. Dia suka gadis ini. Dia ingin menjadikannya pasangan hidup. Haih, Rio... kau urus keluargamu dulu barulah kau ajak anak orang hidup bersama. Itulah pesan Rio untuk dirinya. Dia semakin semangat mencari kerja dan ingin menjalankan amanahnya sebagai anak perrama, kepala keluarga setelah ayahnya.
"Dih kakak ngelamun lagi. Mikirin apa sih?" Tanya Elina, adik Rio.
Rio hanya tersenyum sembari mengacak-acak kkerudung adiknya. Perbuatan iseng yang mendapat pukulan sebagai balasan.
"Ih rusak kak."
Bagaimana Rio tidak melamun. Kampus ini adalah kampus Karina, gadis yang sejak dulu dia kagumi. Gadis yang perlahan menjaga jarak darinya. Bukan karena Rio yang berubah menjadi super sibuk demi menyekolahkan adik-adiknya, akan tetapi karena sang gadis yang mulai merasa perbuatan mereka sallah.
Mereka memang tidak bertengkar seperti, "Maaf Rio, bisa kamu gak menghubungiku lagi? Aku gak mau kita berdua-duaan begini."
Padahal dia sudah gemas ingin menjawab dengan, "Kita kan memang gak ngapa-ngapain. Sekedar chat memangnya gak boleh?"
Tapi sayang, Karina tidak pernah menyuruhnya untuk berhenti. Dia yang perlahan-lahan mengurangi interaksinya hingga tanpa Rio sadari keberadaannya menghilang. Benar-benar menghilang.
Semua bisa dirasakannya saat gadis itu menunjukkan isi pikirannya yang mendadak menjadi lebih islami. Saat itulah Rio mulai menyadari bahwa Karina sedang berusaha meninggalkannya secara bertahap. Rio menghargai keputusan itu. Bagaimana pun dia mengenal gadis itu dengan baik. Dia tidak akan pernah meninggalkannya hanya karena Rio menjadi tulang punggung keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo Jodoh, Aku Menemukanmu
Short Storycover by canva @sudiasih_sudiono (penulis hanya edit judul) "Ah... selama ini aku sendiri. Ternyata hanya untuk menemukanmu"