🕵️♀️👨💼
Akhir pekan bagi Klarisa tak ada bedanya dengan hari lainnya. Ia punya banyak kegiatan yang sudah beberapa tahun dilakukan.
"Bu, jadi pergi?" tegur Klarisa ke Audrina yang sibuk menyiapakan keperluan jalan-jalan bersama warga.
"Jadi, dong. Eh kamu sendirian ke sananya? Ajak Ezio, bangunin sana!" perintah Audrina sambil menyiapkan dua kotak kue besar sebagai sumbangan dirinya untuk konsumsi warga di bis.
"Sendiri aja, Bu. Ezio baru pulang jam satu semalam. Yaudah, hati-hati ya, Bu." Klarisa cipika cipiki dengan Audrina.
"Kamu juga. Vitaminnya jangan nggak diminum, ya."
"Oke, Bu." Klarisa menyambar kunci mobil milik orang tuanya. Satu mobil dipakai bergantian, karena minggu pagi itu Ijal tak kemana-mana, jadilah Klarisa pinjam.
Tas ransel kecil tak ketinggalan dibawa, ia letakkan pada jok sebelah kiri bagian depan. Perlahan, ia mundurkan mobil keluar dari garasi.
Ijal sedang joging pagi keliling komplek, sudah kebiasaannya. Klarisa membuka kacamobil, "Ayah! Kla jalan ya!" teriaknya saat Ijal tengah mengatur napas.
"Iya, hati-hati!" Ijal melambaikan tangan ke Klarisa. Masih pukul setengah enam, Ijal sudah hampir selesai jogging.
Klarisa melesat meninggalkan area rumah. Berangkat memang sendiri, tapi di lokasi car free day ia janjian dengan Pipit.
Jalanan lancar, Klarisa parkir di gedung mal kawasan Senayan. Pipit sudah tiba dengan ojek online. Segera menghampiri Klarisa lantas memeluk sekilas.
"Bentar, gue pake sepatu," tukas Klarisa seraya membuka pintu belakang. Pipit berdiri menunggu Klarisa memakai sepatu.
"Kla, berisi badan lo sekarang, keren."
Klarisa berdecak, ia lalu berdiri, menutup pintu tak lupa mengunci dengan remote. Tas ransel dipakai, lantas keduanya melakukan pemanasan dahulu.
"Bukan gendut, kan?" lirik Klarisa sinis.
"Bukan, lah! Berisi! Gimana, ya, nggak begeng apa kelewat semampai, lah. Yuk!" Pipit sudah tak sabar ingin jogging tipis-tipis setelah itu cuci mata cari jajanan enak-enak.
Klarisa mencepol rambutnya yang kini sebahu, ribet jika masih panjang sepunggung rambutnya.
Keduanya berlari-lari pelan, Klarisa mulai tak selalu diam di rumah, melihat langit luas, banyak orang lalu lalang, menjadi terapi dirinya.
"Mau ikutan marathon nggak? Daftar, yok!" toleh Pipit.
"Kapan?" Klarisa terus berlari pelan.
"Minggu depan. Gue daftarin, ya."
"Yuk! Seru kayaknya!" seru Klarisa seraya tersenyum lebar. Sambil joging, namanya perempuan pasti sambil bergosip.
Terkadang keduanya berhenti berlari sekedar untuk tertawa lepas.Peluh mulai membanjiri tubuh, mereka duduk di trotoar, menyeka keringan dengan handuk kecil sambil minum air mineral.
"Kla."
"Apa?"
"Gue janjian juga sama Fauzan, lo nggak masalah, kan?"
Klarisa terkekeh, "nggak, lah."
"Aman ya, Kla. Ada gue." Pipit merangkul bahu Klarisa, memeluk lembut.
"I'm okey, darling," tukas Klarisa.
"I know. Lo hebat!" cicit Pipit. Tiga orang pria datang mendekat. Pipit dan Klarisa berdiri.
"Hai," sapa Pipit ke pacarnya, Fauzan, yang sudah enam bulan jadian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magnetize ✔
RomancePlayboy yang tidak mau menuruti kemauan orang tuanya untuk berhenti bermain-main dengan hidupnya terutama wanita. Usianya masih 21 tahun namun karena latar belakang keluarga pebisnis ulung, ia berhasil lulus kuliah lebih cepat dan sudah punya bisni...