Diego bergegas membawa Tsanna ke rumah sakit, sekalipun pendarahan Tsanna telah berhenti. Wajah cemas terlihat dari lelaki bersurai ginger tersebut, bersama dengan keringat dingin yang berkumpul di pelipisnya. Takut. Ia jelas takut kehilangan buah hati yang tidak mudah untuk mereka dapati.
Menunggu cukup lama, pada akhirnya mereka dipanggil setelah Diego lelah berjalan mondar-mandir ratusan kali, untuk menghalau kegusarannya.
Dokter melakukan USG pada Tsanna, dengan Diego yang tidak lepas memandang layar monitor yang menunjukkan gambar hitam putih, dengan titik janin yang membuat jantung Diego semakin berdegup cepat.
"Gimana dok?" Tanya Diego sudah tidak lagi menahan rasa sabarnya, untuk mengetahui keadaan buah hati kedua mereka.
"Kandungannya sehat, janinnya berkembang dengan sangat baik. Usia kandungannya sudah menyentuh angka enam minggu," ucap dokter Yui tersenyum, kemudian menoleh kepada Diego dan Tsanna bergantian. "Tapi tetap diperhatikan sex lifenya ya, boleh cari posisi-posisi yang aman, seperti misionaris, WOT atau reverse cow girl. Untuk belalang kayang, dan komodo nemplok di dinding bisa nanti kalau sudah lahir bayinya," ucap dokter Yui ramah.
Diego menelan ludahnya kasar, begitu juga dengan Tsanna.
"Satu lagi, seperti yang saya bilang waktu hamil anak pertama, jangan buang didalam apalagi untuk trimester pertama."
Mereka berdua mencatat didalam kepala mereka masing-masing, apa saja yang dikatakan oleh dokter Yui, kemudian pulang setelah menebus resep obat.
Berbeda dengan kehamilan pertamanya yang biasa saja, kali ini ada yang berbeda dari Tsanna, yang cukup membuat Diego kewalahan. Tsanna terus saja menggoda Diego setiap hari, tidak ada hari yang mereka lewati tanpa bercinta.
Sepertinya setelah anak kedua mereka lahir, studio Diego terancam bangkrut. Sebab Tsanna selalu datang kesana setiap hari, dan membayar klien untuk melakukan re schedule, sebab Tsanna yang selalu menculik Diego saat jam bekerjanya.
Seperti saat ini...
"Ahhngh—maa... pelan—pelan..." Diego khawatir sekali, sekaligus keenakan, sebab Tsanna yang memompa miliknya di usia kandungannya yang ke tujuh bulan.
Jemari Diego mengusap lembut perut Tsanna yang sudah cukup besar, sesekali meraba halus pada payudaranya yang kini terlihat sedikit membesar dan memadat.
"Nngh... Ego... tangan yang kanan, dibawah dong—" pinta Tsanna.
Ditengah sesaknya pernafasannya, Diego tergelak juga mendengar permintaan sang istri, "yang mana—hm?" Jawab Diego menggoda.
Tsanna tak suka berbasa-basi, ia menarik tangan kanan Diego yang sibuk meremat payudara kanannya, untuk ia bawa menyentuh daging merah jambu yang membengkak— mengusaknya— "lebih cepat—eghhh..." lirih Tsanna gemetar, memompa kejantanan Diego semakin cepat, dengan tubuh yang gemetar dan liur yang berjatuhan.
Diego santai menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, membiarkan Tsanna berbaring di dadanya yang lebar, merasakan lincahnya ibu hamil itu memompa, dan keenakan karena miliknya penuh dengan milik sang suami yang tak memberi ruang bahkan sedikit untuk udara bisa memasuki miliknya.
Jemarinya yang berpartisipasi memijat payudara sekal dan ikut memainkan daging membengkak menonjol dibawah sana, kian cepat bergerak, hingga Tsanna semakin mendongak. Diego menyesap jenjangnya leher putih Tsanna, mempercepat jari-jarinya, lalu—
"Egooo!! Nghh..."
Bukan hanya squirting, asi Tsanna pun ikut menyembur dari kedua puting payudaranya. Diego menjulurkan lidahnya, dan menyeka sudut bibirnya yang megeluarkan liur. Netranya menyendu menatap banjir di lantai parket studionya, kemudian membawa sang istri untuk ia baringkan di atas sofa.
Gantian. Kini Diego membuka lebar kaki Tsanna, melesakkan kembali miliknya pada lubang hangat yang masih berkedut hebat, basah, dan berlendir.
"Ego..."
Tsanna kegelian setengah mati, namun Diego tidak peduli, ia terus memompa mengejar ketertinggalannya. Tubuh Tsanna melenting dan meliuk, ia kegelian namun tidak meminta Diego berhenti.
Ibu hamil kelebihan hormon. Bahkan jika ia tidak kuat, ia akan terus menguatkan diri untuk tetap menerima penis suaminya yang menggagahinya tanpa ampun.
Dan itu berlangsung, hingga hari kelahiran tiba.
🦩🦩🦩🦩🦩
Yuga Putera Dewa
Putera pertama mereka lahir kedunia setelah bertapa selama sembilan bulan di rahim sang ibu. Berbeda dengan Hugo yang berambut ginger seperti sang ayah, Yuga berambut hitam legam.
Banyak yang salah menebak akan seperti apa kedua bocah ini akan tumbuh besar. Sebab mereka memiliki jiwa yang tertukar, dari visual sebenarnya.
Berbeda dengan Hugo yang pintar dalam segala hal, teratur dan juga lurus-lurus saja, justru Yuga sudah menampakkan kenakalannya sejak ia masih balita— sampai ia dewasa.
Jadi, sudah mengerti sekarang, jiwa siapa yang ada didalam tubuh mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Crumbs of Hello! Badboy
Short Story21+ || Explicit Oneshot slice of life Tsandiego💋