🎀

157 15 5
                                    

Mengalami perasaan sedih setelah seseorang yang kamu sayangi meninggal adalah bagian normal dari pengalaman manusia. Bahkan ketika mengingat segelintir kenangan-kenangan  kecil yang masih tertinggal pun kadang bisa menimbulkan rasa rindu luar biasa. Tapi balik lagi, waktu tidak bisa diputar kembali. Tugas manusia hanya bisa menjalankan takdir dengan ikhlas.

"Keluarga kita hancur... " Ucap seorang pria paruh baya yang sedang duduk disamping sebuah makam yang terpajang sebuah foto wanita cantik.

"Aku merasa gagal mendidik putri kita" Ucapnya terus berbicara sembari menatap foto didepan makam yang sudah terdapat buket bunga yang ia berikan untuk memperingati kehilangan sang istri sejak 5 tahun ini.

"Apa aku menyerah saja hm? Aku juga ingin menyusulmu sayang" Ucapnya dengan tangisan sembari mengelus nisan dengan bertuliskan nama kim haera

Drtt...

Pria berusia 49 tahun itu segera menghapus air matanya, kala melihat panggilan dari salah satu maid di rumahnya. Ia sudah menebak apa yang akan terjadi jika sang maid menelponnya.

"Ya?"

"Maaf tuan, nona jisoo dan nona jennie bertengkar di rumah. Maaf, kami tidak bisa memisah-... "

Tut...

"Ayo kembali ke mansion" Ucapnya ke dua bodyguard yang menemaninya sedari tadi. Setelah kim so min berpamitan dengan tempat terakhir milik istrinya.

"Baik tuan" Ucapnya patuh sembari memayungi bosnya dengan payung hitam mewah untuk mengiringi sang tuan memasuki mobil.












🍒🍒🍒

"Jisoo, jennie" Teriak kim so min menggelegar ke segala penjuru mansion mewah miliknya. Semua maid yang tadinya ikut melerai pertengkaran antara dua saudara itu langsung memundurkan diri dan berbaris. Menunduk, dan menyerahkan urusan memisahkan kepada sang tuan besar.

"Berhenti ku bilang"

Dengan nada frustasi, kim so min menjambak rambutnya sendiri ke belakang sembari memperhatikan kedua anaknya yang baru saja melakukan pertarungan fisik yang sudah sering terjadi.

"Dia yang memulai dulu"

Seorang gadis bermata kucing dengan rambut yang acak-acakan langsung menunjuk gadis di sampingnya yang langsung berdecak dan bersedekap dada menatap sinis.

"Appa, jennie yang mer... "

"Stop... "

"Appa tidak menyuruh kalian melakukan pembelaan diri. Kalian berdua sudah dewasa, harusnya kalian bisa mengalah satu sama lain dan bukan bertengkar seperti anak Kecil." Ucap kim so min dengan nada tegasnya kepada kedua putrinya yang seketika menunduk takut.

"Appa lelah, putri-putriku sudah sangat berubah" Ucap kim so min menohok dan langsung berlalu melewati kedua putrinya yang menunduk dengan perasaan bersalah.

"Appa..." Panggil kim jisoo anak pertama yang langsung diabaikan oleh kim so min dengan mengangkat tangan kanannya tanpa menoleh sebagai tanda bahwa pria  yang tampak awet muda dan berparas tampan itu tidak ingin diganggu.

"Ini semua salahmu, kalau saja bukan kau yang memulai dulu. Semuanya tidak akan terjadi"

"Kau yang memulai dulu, siapa yang membakar sepatu kesayanganku hah?" Ucap kim jennie yang berapi-api dan melayangkan wajah masih marahnya

"Itu tidak seberapa, kau dulu yang memulainya kim jennie" Ucap jisoo juga tak terima.

"Yak kau... "

"Minggir..." Ucap seorang gadis yang tiba-tiba membuka jalan diantara kedua wanita yang akan kembali berseteru itu.

SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang