Katarsis di Bawah Langit Perpisahan

2 2 0
                                    

Di bawah langit yang menjadi saksi,

Kita berdiri di ambang perpisahan,

Hati masih saling terikat,

Namun takdir memaksa kita berjarak.


Tanganku gemetar saat menggenggam tanganmu,

Merasa hangat yang segera pudar,

Setiap detik bersamamu terasa begitu cepat,

Seolah waktu mencuri momen-momen berharga.


Mata kita bertemu dalam hening,

Tak ada kata yang bisa menggambarkan,

Perih yang merayap di setiap helaan nafas,

Harapan yang harus terlepas tanpa kehendak.


Masih ku ingat janji-janji kita,

Yang kini hanya menjadi bayang semu,

Setiap rencana, setiap impian,

Hancur berkeping di bawah kenyataan.


Air mata tak terbendung lagi,

Mengalir deras menelusuri pipi,

Di setiap tetesnya ada cerita,

Tentang perasaan yang harus kita akhiri.


Kau dan aku, dua jiwa yang tersakiti,

Berusaha mencari jalan keluar dari nestapa,

Melepaskan beban yang menyesakkan dada,

Meski hati berteriak tak ingin berpisah.


Di malam yang sunyi ini,

Aku mengurai semua rasa yang terpendam,

Mencari kekuatan di balik duka,

Menemukan katarsis di dalam air mata.


Perpisahan ini adalah luka yang mendalam,

Namun juga awal dari penyembuhan,

Meski masih mencintaimu sepenuh hati,

Kita harus merelakan, demi kebaikan.


Di bawah langit yang penuh bintang,

Aku berjanji untuk tetap mengenang,

Kisah kita yang begitu tulus dan indah,

Sebagai bagian dari cerita hidup yang tak terlupa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CoretanKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang