After Life

1.9K 173 9
                                    

Pagi menjelang siang yang menyenangkan, keluarga kecil Uzumaki baru saja pindah kemari satu minggu yang lalu. Rumah yang tidak begitu besar namun hangat dan nyaman.

Begitu pernikahan digelar, sang pahlawan desa resmi memiliki satu anggota keluarga barunya, seorang wanita yang dia pilih menemani selamanya, tentu saja itu Hinata.

Kini keduanya tengah disibukan dengan berbagai urusan menyenangkan sepasang pengantin yang baru menikah.

Naruto nampaknya telah membagi begitu banyak energinya untuk Hinata dan begitupula sebaliknya sehingga Hinata menjadi lebih bersinar selepas pernikahan dan Naruto nampak jauh lebih tenang, setidaknya saat Hinata ada di sisinya.

Mungkin memang benar, pria perlu wanita yang bisa menghentikan kegilaan dalam kepalanya, dan Naruto telah memilikinya, bahkan seisi desa menyebutnya beruntung.

"Hinata." Naruto bergumam. Deritan ranjang masih terdengar meski menit menit panjang sudah berlalu sejak Naruto menginjakan kaki di rumah dan membawa istrinya melepas rindu.

Sebut saja Naruto berlebihan, tapi dia sangat rindu pada Hinata setelah empat hari tiga malam pergi menjalankan misi.

Dia bahkan memikirkan situasi ini di sepanjang perjalanan pulang. Hinata di atas ranjang tanpa pakaian, dipeluk hangat sambil tenggelam di dalammya. Oh, Naruto sangat tidak sabar, jadi dia mewujudkannya dengan segera begitu tiba di rumah.

Untungnya Hinata mengerti, wanita itu tersenyum kepada suaminya, memberi pria itu semangkuk nasi karage lengkap dengan sup, mengantarnya mandi, dan akhirnya bercinta di pagi menjelang siang hari ini.

Desah lembut itu masih bersahutan dari dalam kamar yang pintunya separuh terbuka.

Cahaya matahari menyelinap masuk melalui jendela-jendela yang tirainya terbuka, memberi hangat musim semi ke dalam rumah yang nampak lengang, sebab dua penghuninya sibuk di atas ranjang.

Vas berisi bunga segar, lantai kayu yang mengkilap, susunan piring di atas rak, semuanya hanya jadi saksi bisu betapa hangat dan romantisnya suasana.

Di sana kelopak mata keduanya terpejam, mengisi diri satu sama lain secara harfiah, menikmati hadiah pernikahan dari Kami-sama yang bisa dijejaki kapan saja berdua.

Hinata di sana, didekapan Naruto, dipeluk erat meski disentak kuat-kuat, bibirnya dikecup secara berulang, pipinya merah hingga ke telinga, dengan surai indigo tersampir di atas bantal, cantiknya pagi itu hanya Naruto yang boleh melihatnya, betapa beruntungnya.

Sedangkan Naruto berada di sana, tepat di atas Hinata, nampak tenang saat melakukannya, dia memang selalu begitu, selalu ingin memberi Hinata sebuah rasa aman dan tenang di tengah kegiatannya.

Maka tiap kali mereka menyatu Naruto selalu memeluk atau menggenggam tangan Hinata, kadang juga merangkul pinggulnya erat-erat, tergantung pada posisi apa mereka berada, namun yamg pasti lengannya selalu mendekap wanita itu, tak ingin jauh dan lepas darinya meski hanya sedetik saja.

Naruto tersenyum di tengah ciumannya saat merasakan isapan lembut di bawah perutnya serta desahan pelan yang tertahan di tengah kecupan bibir mereka, Hinatanya tiba di pelepasan lebih dulu.

Hinata membuka kelopak matanya dengan tatap sayu yang memikat dia lihat suaminya masih sama bersemangatnya, memasang seulas senyum simpul yang membuatnya jatuh cinta.

Naruto membelai kening Hinata seraya mengecup pipinya kemudian menghentak kuat-kuat dan mengunci tubuh wanita itu agar tidak ke mana-mana.

Hinata menahan napas selama beberapa detik, saat Naruto melesak begitu dalam seraya mengecup pipinya.

After LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang