Suara dentingan gelas beradu. Gulungan nikotin mengasap. Aroma alkohol mengudara. Lampu berwarna-warni yang menghiasi setiap penjuru menyorot para pengunjung yang menari seirama dengan ritme musik yang berputar. Bercampur bersama gelak tawa serta obrolan-obrolan dengan suara kencang memekak telinga.
Di antara riuh, di salah satu stool yang berhadapan langsung dengan meja bartender, tampak seorang pemuda yang menggoyang-goyangkan gelas kristal di tangan nya dengan bosan. Minuman memabukkan yang masih belum di tenggak habis olehnya itu tidak pernah bisa meredakan kacau nya.
Kacau nya yang dimulai sejak setahun lalu saat ia mengetahui bahwa kekasih yang telah menjalin hubungan selama delapan tahun dengannya, berselingkuh. Dengan sahabatnya sendiri.
Dia dicampakkan tanpa diberi penjelasan. Dia yang harus mencari pelarian dengan menikmati kehidupan malam untuk menjaga warasnya, sementara dua orang itu menikah dan hidup bahagia, pun sedang menanti kelahiran buah hati pertama mereka. Hanya dia yang terpuruk. Hanya dia yang terluka. Dia sendirian. Dia, Renjun.
Sungguh menggelikan.
Pria bernama Renjun itu mendengkus disertai senyum menghina pada dirinya sendiri.
"Senyum yang manis."
Suara seseorang secara samar masuk pada rungunya. Renjun menoleh untuk mengamati dengan pandangan menilai. Dia menyukai apa yang dilihatnya. Seorang laki-laki dengan setelan jas kerja berwarna abu yang tidak cocok dipakai ke night club. Tak hanya pakaian, bahkan rambut hitamnya yang dipotong pendek juga ditata rapi. Dan entah sejak kapan sosok itu sudah duduk tepat di sampingnya.
Renjun memperkirakan usianya beberapa tahun lebih tua daripada dia, tapi tidak lebih dari tiga puluh tahun. "Kau menggodaku?" katanya sambil menaikkan sebelah alis setelah spontan meletakkan gelas.
Lelaki itu terkekeh, "It's a fact tho. Kau sangat indah."
"Sebaiknya aku hati-hati. Kau punya lidah semanis madu."
"Rasakan saja sendiri," balas si pria seraya mengedipkan mata.
Sikap percaya diri yang cukup membuat Renjun terkesan. Renjun kembali mengangkat gelasnya, meneguk sisa minuman hingga habis. "Jadi begitu," kekehnya sembari menjilat tetesan sisa minuman di sudut bibir dengan pria itu yang jelas memperhatikan.
"Apa ini pertama kalinya kau melihatnya?" Mempertanyakan keberanian lelaki itu yang mengamati bibirnya terang-terangan.
"Tidak juga, tapi tak ada yang sepertimu."
"Dan dari mana kau tahu orang seperti apa aku?"
Meski baru bertemu, satu yang Renjun tidak ketahui, ia telah mencuri perhatian dan sudah diperhatikan gerak-geriknya oleh si pria sejak melewati pintu masuk, "Mataku bisa melihat wajahmu. Telingaku bisa mendengar tawamu. Dan milikku jadi sekeras batu untukmu." Jawabnya nyaris berbisik sambil memangkas jarak.
Sekali lagi Renjun terkesan. Tidak hanya karena lelaki itu sangat jujur dengan niatnya, tetapi juga karena parasnya. Saat kedua mata mereka bertemu, Renjun dapat melihat dengan jelas wajah laki-laki itu. Terlihat tampan dengan rahang tegas, hidung mancung yang tak terlalu tinggi, dan matanya. Renjun paling menyukai matanya yang menatap sayu.
Renjun mendekat dan menekankan satu tangan ke bagian depan celana si lelaki. "Yah, kau bukan pembohong," katanya sambil meremas dari balik kain. "Seberapa parah sakitnya?"
Senyum miring dipamerkan, sadar ajakan terselubungnya mendapat tanggapan, "Sakit sekali."
"Sungguh malang." Dia menjauhkan tangan dan mundur lagi. "Kebetulan aku tidak tertarik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Pena [HYUCKREN]
FanfictionBook ini akan berisikan kumpulan short story, oneshot, ataupun songfic dari kapal kesayanganku Haechan dan Renjun. Tapi, ini masih rencana 😶 *Setiap chapter yang berbeda judul tidak berhubungan. *Open request, tapi tergantung mood nulisnya :) 🐻🦊...