This Book Belongs to A-Haves
Alyssa namanya.
Gadis berambut hitam legam itu turun dari taksi yang membawanya dan ibunya menuju rumah baru. Rumah bergaya Victoria bertingkat dua yang menurutnya terlalu besar untuk ditempati hanya berdua dengan ibunya.
"Apa nggak terlalu besar kalau cuma berdua, Ma?"
Yang ditanya hanya menjawab dengan senyum tipis.
"Bantuin Mama bawa barang-barang ke dalam, Lys."
Bibir Alyssa otomatis menekuk ke bawah karena merasa diabaikan. Dengan setengah hati dibantunya wanita itu membawa barang-barang mereka ke dalam rumah.
"Kamar Isa di atas ya, Ma."
Ibunya mengangguk.
"Nanti malam Mama mau bagi-bagi makanan ke tetangga baru. Kamu mau ikut?" tanyanya seraya menyusun buku-buku di raknya. Ibunya senang sekali membaca buku. Buku adalah pacarnya, begitu kata ayah Alyssa yang kini sudah tiada.
Alyssa menggeleng.
"Nggak, Ma. Mager," satu cengiran tak berdosa terpatri di wajahnya.
Tidak ada respon dari ibunya selain gelengan kepala. Alyssa membawa barang-barangnya menuju lantai dua. Terdapat ruangan berbentuk persegi yang tidak terlalu besar ketika sampai di anak tangga paling atas.
Di salah satu sisi terdapat lorong yang berujung pada tiga pintu dengan posisi melingkar. Alyssa memilih mengecek pintu yang paling kanan. Di dalamnya terdapat sebuah ruangan besar dengan kasur berukuran queen size.
Alyssa tidak memilih untuk tidur di kamar itu. Pemandangan yang terlihat di jendela tidak menarik, simpulnya.
Beranjak pada pintu yang terletak di tengah, Alyssa menemukan kamar mandi yang cukup besar dengan bath up di sisi kanan. Nyaman, pikirnya.
Di pintu yang paling kiri, Alyssa menjumpai sebuah kamar tidur–yang tidak lebih besar dari kamar yang pertama. Bercat abu-abu, kasur queen size, meja belajar, lemari hitam, dan dua jendela besar. Yang satu menghadap ke jalan depan rumah, dan yang satu lagi menghadap ke rumah tetangga.
Alyssa memutuskan untuk menempati kamar ini.
Tanpa menunggu lama, gadis itu sudah berada di atas tempat tidur empuk dan terlihat kokoh. Matanya tertuju pada lemari hitam yang berada di sebelah jendela.
Lemari itu terlihat antik sekali. Ia penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Siapa tahu terdapat lorong seperti di cerita-cerita fantasi?
Imajinasinya terlalu tinggi.
"Whoa!" setelah berteriak refleks, gadis itu terbatuk-batuk karena debu yang menempel di dalam lemari.
Sejenak diperhatikannya isi lemari.
Tidak ada yang aneh.
Tidak ada lorong yang membawanya menuju entah ke mana.
Tidak ada–Hey!
Sebuah buku dengan ukuran yang cukup besar menarik perhatiannya.
Tua sekali, pikirnya. Dibersihkannya debu yang menempel di cover buku yang berwarna abu-abu dengan tulisan berwarna hitam yang sudah mulai terkikis. Tidak terbaca.
Setelah menyiapkan mental, perlahan ia membuka buku di pangkuannya. Dirinya sudah bersiaga kalau-kalau sesuatu yang mistis menariknya ke dalam buku.
Khayalan tingkat tinggi.
Di halaman pertama Alyssa menemukan tulisan yang tidak asing baginya.
YOU ARE READING
Diary of Alexander Haves [On Hold]
Teen Fiction•On hold• Alyssa Na Haves tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Yang dia ingat, wanita bernama Ana adalah ibunya. Kepindahannya ke kota itu menakdirkan dirinya bertemu dengan seorang laki-laki yang memiliki hubungan secara tidak langsung den...