Chapter 2
Alyssa tersenyum senang. Hari ini, tidak ada pelajaran matematika dalam daftar pelajarannya, sehingga ia tidak harus bertemu dengan Gaza Adam dan tidak perlu mendengarkan ocehan Nami yang terus memuji laki-laki itu.
Hari ini, Alyssa juga sudah mendaftar di ekskul marching band dan paduan suara.
Alyssa berjalan keluar sekolah diiringi dengan hujan yang perlahan mulai turun. Awalnya hanya gerimis, tetapi lama kelamaan berubah menjadi hujan yang sangat lebat.
Alyssa berlari menuju halte yang berada di seberang sekolahnya. Dia lupa membawa payung, dan sangat tidak mungkin jika harus berlari menuju rumahnya. Bisa-bisa dia terserang flu, dan yang lebih parah, demam.
Saat sampai di halte, dilihatnya laki-laki itu baru saja ditinggalkan oleh seorang perempuan cantik dan tinggi semampai, layaknya model. Perempuan itu mengembangkan payung pinknya dan berjalan menjauhi Gaza Adam yang menunduk dengan tangan terkepal.
Alyssa menaikkan bahunya, berusaha untuk tidak peduli, kemudian duduk di bangku halte. Dipeluknya tubuhnya yang sedikit basah terkena air hujan.
Laki-laki itu duduk sejauh empat jengkal darinya, seperti belum menyadari kehadiran Alyssa.
Gaza Adam tiba-tiba menolehkan pandangannya ke arah Alyssa. Gadis itu kelabakan dan mengalihkan pandangannya.
"Ngapain liat-liat."
Mendengar nada bicaranya, Alyssa langsung mendelik.
"Jangan kegeeran ya! Gue cuma bersikap waspada. Takutnya lo berbuat yang aneh-aneh sama gue." Alyssa merutuki mulutnya yang berkata seperti itu.
Bodoh, dia guru lo, dan nggak mungkin berbuat macem-macem sama lo.
Gaza hanya memperhatikannya terang-terangan dengan tatapan angkuhnya.
"Ngapain liatin gue gitu?" tanya Alyssa berusaha galak.
Laki-laki di depannya hanya menaikkan sebelah alisnya.
"Liat ke arah lain bisa, 'kan? Hujan, mobil, sekolah, kucing, ke mana kek asal jangan ke gue!"
Kini, kedua alis Gaza terangkat.
Alyssa mendesis gemas seraya meremas tas yang kini berada di pangkuannya.
"Ngeselin banget jadi orang."
"Ternyata Alyssa cerewet juga," kata Gaza kelewat santai. Sementara Alyssa sudah mati-matian menahan keinginannya untuk mengubur Gaza hidup-hidup.
Alyssa menatap lurus ke depan, masih meremas tasnya.
"Ya Allah, kenapa ada makhluk yang nyebelinnya kayak dia, sih?"
Setelah satu jam menunggu, akhirnya hujan mereda. Alyssa terus-terusan mengusap bajunya yang sudah mulai kering. Angin kencang masih berhembus, menandakan bahwa hujan belum berhenti sepenuhnya.
Alyssa bangkit dan berjalan menuju rumahnya, sebelum hujan susulan kembali turun.
Saat di gerbang komplek perumahannya, sebuah sepeda berhenti tepat di depannya.
"Bareng?"
Alyssa terkejut dan memperhatikan Gaza dari atas sampe bawah.
"Nggak berniat macem-macem, 'kan?" tidak ada salahnya dia menolak penawaran Gaza. Toh, rumah mereka searah, dan Alyssa bisa lebih cepat sampai ke rumah. Gadis itu harus segera mandi dan mengganti baju, sebelum flu dan demam menyerangnya.
Gaza hanya menaikkan jari telunjuk dan jari tengahnya yang dibentuk menjadi huruf 'V', tidak lupa dengan tatapan datarnya.
Alyssa memutar mata sebelum duduk di boncengan.
YOU ARE READING
Diary of Alexander Haves [On Hold]
Novela Juvenil•On hold• Alyssa Na Haves tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Yang dia ingat, wanita bernama Ana adalah ibunya. Kepindahannya ke kota itu menakdirkan dirinya bertemu dengan seorang laki-laki yang memiliki hubungan secara tidak langsung den...