2

57 11 3
                                    

Nungguin ga nih??

🫣

Happy Reading 🤭

Masa sekarang, si kembar kelas XI SHS

Author POV

Brian berjalan menuju ruang makan dengan seragam yang tidak begitu rapi dan tas yang bertengger di bahu kirinya. Ia juga tidak memakai almamater sekolahnya, melainkan jaket kulit hitam kebanggaannya. Di ruang makan sudah ada seluruh anggota keluarganya, ada Ayah, Bunda, dan Dean.

"Pagi Yah, Bun." Sapa Brian sambil jalan

Regan dan Aruni tersenyum hangat, "Pagi juga, Sayang."

Tatapan Brian beralih pada abangnya, "Pagi De." Sapa Brian dengan nada jahil.

"Heh? Kok De sih?" Protes Dean pelan karena mulutnya masih penuh sereal yang belum sempat dia telan.

"Loh benerkan? Nama lo kan Dean." Brian menjawab sambil menarik kursi dan duduk disebelah Dean tanpa permisi, lalu tangannya dengan cekatan mengambil roti, mengolesinya dengan selai kacang serta meses yang ditaburkan diatasnya. Ia menikmati sarapannya dengan tenang.

"Ya iya sih. Cuma feel-nya kaya gue yang jadi adek lo."

"Halah, cuma beda menit doang."

"Kan biasanya panggil abang."

Brian melirik Dean dengan mata menilai, melihat dari atas sampai bawah, lalu kembali ke atas lagi.

"Cocokan gue yang jadi abang."

"Mana ada."

"Ada, lah. Nih liat," Brian menunjukkan lengan kekarnya, "Badan gue aja lebih keker dari lo."

Dean mencebikkan bibirnya kesal, meski begitu wajahnya malah terlihat makin imut. Benar apa kata Brian, kalo Dean itu lebih cocok jadi adiknya.

"Body shaming lo!"

Brian tertawa puas melihat ekspresi kesal kakak kembarnya. Inilah salah satu alasan kenapa dia merasa Dean itu seperti adiknya, bukan kakaknya.

Regan dan Aruni tersenyum bahagia melihat kedua anaknya begitu akrab. Mereka berharap, kedua anaknya bisa selalu akur dan saling melindungi.

Deheman sang kepala keluarga menghentikan perdebatan mereka. Regan menatap kedua putranya yang kini sudah tumbuh menjadi remaja, meski begitu, mereka tetap seperti balita 5 tahun di mata Regan dan Aruni.

"Brian, Dean." Panggilan Regan mendapat atensi penuh dari kedua putranya.

"Masih ingat yang sering Ayah katakan soal panggilan?"

"Masih, Yah." Jawab keduanya kompak.

"Kalau begitu biasakan panggil abang dan adek seperti biasa jika di rumah. Paham?"

Keduanya mengangguk kompak. Setelahnya mereka kembali melanjutkan acara sarapannya.

"Kegiatan kalian hari ini apa saja?" Aruni bertanya dengan semangat, itu adalah kebiasaannya setiap pagi. Ia hanya ingin tahu apa yang akan dilakukan anaknya setiap hari.

"Biasa Bun." Jawab Brian seadanya.

Aruni mendengus, "Masa setiap ditanya begitu dek, rinci dong apa aja kegiatannya."

Brian memutar bola matanya malas sebelum menjawab, "Ikut pelajaran, latihan karate, nyelesein tugas, tidur."

Aruni mengangguk puas, sedang Dean melirik tak yakin jawaban Brian.

"Kalo Abang?" Aruni beralih ke Dean

Dean tersenyum manis sebelum menjawab, "Ikut persiapan olimpiade, masuk les, belajar mandiri, ngerjain tugas, baru tidur."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SI ANAK SPESIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang