Chapter 2: The beginning

7 2 6
                                    

Jarviz masuk ke dalam ruangan Zola, kemudian duduk di sofa yang tak jauh dari keberadaan Zola yang sedang duduk di meja kerjanya. "Apa yang kau rencanakan kali ini, Zola?"

Sebuah bolpoin Zola, ia putar dengan jemarinya terhenti atas pertanyaan dari Jarviz, menyunggingkan senyuman. "Aku akan membuat dia tertarik kepadaku."

"Aku tidak yakin kau bisa membuat lelaki itu tertarik kepadamu."

"Kau sungguh meragukan ku, Jarviz?" tatapan tidak percaya terpampang di wajah Zola.

"Darel Vernon tidak pernah menjalin hubungan ataupun jatuh cinta semasa hidupnya, dia lelaki dingin, dan kasar terhadap siapapun tanpa memandang bulu." jelas Jarviz sambil menyesap secangkir kopi yang baru datang oleh sebuah pelayan.

"Mau bagaimana pun hidup, sifat, dan lainnya, aku tidak peduli. You know Jarviz, i am a Lion Charmer! "

"Singa pemikat mu tidak akan mempan di diri lelaki itu."

"What?! You still doubt me, Jarviz? ok fine! If the man falls in love with me, you have to give me Mauve Diamonds!" ucap Zola dengan sungguh sungguh.

"Ok fine, jika rencana mu gagal, kau harus mengikuti rencanaku, deal?"

"Deal!"

🕳️🕳️🕳️


Kali ini, Zola mengunjungi perusahaan Waves, perusahaan yang didirikan oleh Zen Aaron yang bergerak di berbagai bidang industri seperti energi, bahan kimia, telekomunikasi, hingga konstruksi.

Sekarang, Zola hanya menunggu targetnya menampakkan diri. Sembari menunggu, ia berkeliling sebentar di ruangan depan perusahaan. Setengah jam telah berlalu, tetapi targetnya belum muncul juga. Zola mulai lelah, dan bosan. Disaat ia terduduk di kursi, manik matanya melihat seseorang, ia bergegas menghampirinya.

Pria muda berjas abu abu dengan dasi berwarna senada tengah berjalan sambil menerima telepon. Langkahnya terhenti kala perempuan cantik ada di hadapannya.

"Hai," Zola melambaikan satu tangannya dengan senyuman yang memikat ditambah satu kedipan mata.

Pria muda tersebut sempat tertegun sebentar, lalu membalas sapaan Zola. "Oh! Hai girl, what are you doing here?"

"Aku hanya menunggu seseorang."

"Who?"

"You."

"Begitukah?"

Zola hanya membalas dengan senyuman. Manik mata Zola teralihkan oleh seorang pria tampan ber jas tengah berjalan menuju luar gedung. Dengan segera, Zola berlari menyusul pria tampan itu yang baru saja keluar dari gedung.

Pria yang tadinya ada di hadapan Zola memicingkan mata menatap kepergian Zola. Pria itu adalah Valden Roderick, direktur perusahaan Waves sekaligus anak dari pemilik perusahaan ini.

Satpam yang berjaga di luar gedung  membukakan pintu mobil Alphard hitam untuk pria tampan ber jas yang bernama Darel Vernon, kakak dari Valden Roderick. Walaupun mereka kakak beradik, tetapi sifat dan perilaku mereka bertolak belakang.

Kaki panjangnya yang dibaluti sepatu pantofel hitam mengkilat baru saja mengangkatnya, tetapi Zola mencegahnya dengan satu tangan menutupi pintu mobil, dan satu tangannya lagi bertengger di pinggangnya, di tambah senyuman jahil.

Zola kembali berdiri tegap, tangannya mengeluarkan sapu tangan biru polos yang ada di kantong bajunya, kemudian mengulurkan tangannya ke hadapan Darel berharap Darel mengambilnya, tetapi harapan Zola pupus, kala Darel masih menatapnya tanpa ekspresi sedari awal.

Zola mulai geram, langsung saja Zola masukkan sapu tangan ke saku jas milik Darel.

Darel menajamkan matanya ke Zola akibat perlakuannya tidak sopan main sentuh sentuh saja. Zola tidak mempedulikan tatapan Darel yang menajam.

"Kau sudah membasahi tanganku beserta gaunku kala itu. Sapu tangan saja tidak cukup!" ucap Zola sambil memajukan wajahnya ke arah Darel sambil menatapnya tajam.

"Apa mau mu?" tanya Darel masih dengan tatapan tajamnya.

Zola memundurkan wajahnya, lalu bersedekap dada. "Temani aku makan!"

Zola masuk kedalam mobil Alphard milik Darel tanpa izin. Zola beralih tempat duduk di samping pengemudi.

"Tunggu apa lagi?" tanya Zola dikarenakan Darel masih berdiri mematung.

Darel masuk ke mobil miliknya, kemudian mengemudi menuju restoran kemauan Zola.

Didalam mobil mereka hanya diam sampai ke tempat tujuan. Sebuah restoran bergaya Eropa. Mereka mengambil tempat duduk private.

Zola makan dengan elegan, sedangkan Darel hanya bersedekap dada dan pandangannya mengarah ke jendela tanpa melihat Zola. Dilakukan seperti itu, Zola merasa diabaikan membuatnya kesal, jika pria lain pasti akan memperlakukan Zola bagai seorang ratu, tetapi ini beda, pria dihadapannya adalah pria yang penuh dengan kemisteriusan.

"Apakah kamu yakin, jika mereka bukan orang tua kandungmu?" tanya Zola.

"Apa maksudmu?"

"Hanya dua pilihan yang perlu kamu jawab, iya dan tidak."

"Apa untungnya saya menjawab?"

"Kau pastinya tahu kasus pembunuhan keluarga Nebula 10 tahun yang lalu. Aku hanya perlu dirimu untuk mengungkap semuanya."

Kepala Darel menjadi pening, telinga berdengung, bayang bayang memori yang tidak jelas terlintas di otaknya.

Zola menjadi panik. "Kau tak apa?" Zola menyodorkan kartu nama milik dirinya. "Kita lanjutkan dikemudian hari." Zola mengedipkan satu matanya, kemudian berlalu pergi tanpa memperdulikan Darel yang masih kesakitan.

"Ingatan apa ini?"

"Siapa gadis itu?"

🌻🌻🌻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 Sea of Mystery; The Detective GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang