Prologue

15 5 5
                                    

Suara bising sirine mobil polisi memecah malam yang tadinya hening  saat itu, lampu, dan sorot kamera berkedip cepat, memenuhi seisi lingkungan rumah sakit malam itu. Malam itu, segala suara yang ada memekakkan telingaku, dan membuat semua orang tak terkecuali, semua yang ada di rumah sakit itu terjaga sepanjang malam.

"Putra ku... "

"... ANAKKU!, Ahh...."

"... AAAHHH!!!"

Wanita tua itu meringis kencang, merintih dalam tangisnya yang dahsyat terdengar sangat menyayat hati, jangankan mata, bahkan tubuh ini tak bisa mengendalikan diri untuk menahan kesedihan yang ada, air mataku tumpah, setiap mendengar teriakannya.

Tubuhku tepat membeku saat itu, betapa terkejutnya aku hingga sama sekali tak bisa memikirkan apapun lagi... Tatapan ku kosong, dadaku mulai sesak... Dengan bercak darah yang melumuri kedua tangan ini....

"Ka-kamu... KAMU!!"

Mata keriput yang terlihat menyedihkan itu kini mengintimidasi dengan sangat cepat, menatapku tajam, penuh rasa kebencian. Dengan rasa murka dan amarah yang meluap-luap, wanita itu terbawa kendali emosinya yang membabi buta, beberapa kali nada suara nyaring keluar tercetus dari lisan rapuhnya, mulai meneriaki ku.

"KAU MONSTER!! Kamu adalah kesalahan besar.... Kau telah menyakiti anakku... kau membunuhnya... PUTRAKU!!! KAU MEMBUNUH PUTRAKU!!!"

"Tidak..."

Air mataku jatuh, tak henti tersedak di ujung nafasku, aku ketakutan hingga Isak tangis pun tak sanggup kerongkongan ku keluarkan.

Tangisku menjadi-jadi saat itu... Apa yang telah terjadi...? Tubuhku gemetar, aku merasa mual... Apa yang aku lihat... Kenapa pria itu tergeletak tak berdaya...? Aku tidak tahu apa yang terjadi... Aku tidak tau apapun... Sungguh... AKU TIDAK MELAKUKAN APAPUN..

"B-bukan aku..."

"BERHENTI BERBOHONG!!! Anakku... Ia telah tiada, karena dirimu!!!!"

Wanita itu terus menerus meneriaki ku berkali-kali, lagi dan lagi. Suara teriakan nyaring nya bergema hingga ke ujung sudut-sudut ruangan, bercampur dengan raga gemetaran dan mata keriput tuanya yang berlinang air mata, ia memaksaku mengakui kejahatan yang tidak pernah aku lakukan... Mengapa orang ini sangat keras kepala... Mengapa tidak ada satupun orang yang percaya!?.

"Itu bukan aku!!"

Luahku, ku katakan dengan lantang pada mereka semua. Aku terpaku dalam kericuhan, menumpahkan semua rasa sesak ini, rasa tertusuk, rasa sakit hati... Aku... Aku... Tidak bersalah... Ini semua bukan salahku.

"AAAAKHHH!!!!"

Wanita itu jatuh tersungkur ke tanah, tak kuasa menahan kesedihannya yang menghantui, lantas kesal dan mulai berteriak-teriak tak karuan, suara meringis dan isak tangisnya semakin keras, air matanya mengalir deras, suaranya seperti orang yang sesak nafas, sekarat... Ia sekarat dalam rasa penderitaan. Seorang pria tua memeluknya erat, ikut menahan Isak tangis penuh kesedihan saat itu.

Seseorang berdiri disamping kumpulan dokter senior, masih mengenakan baju bedah nya... Ia melihatku gemetaran... Dia hanya diam berdiri disana... Dia... Dia... BAJINGAN.

"BISA-BISANYA... Kau... KAU AKAN MEMBAYAR UNTUK INI!!!"

Tubuhku ambruk ke tanah, berhadapan dengan wanita itu, dengan paksa aku diseret sekumpulan polisi yang mendobrak masuk ke ruang operasi.

Orang-orang melihatku, mereka melihatku dengan sorot mata yang jelas mengujarkan ketakutan, kebencian, dan rasa jijik.

Bajingan itu terus melihat ke arahku saat tubuhku terseret, menangisiku tanpa berbuat apa-apa. Hingga di ujung pintu... Aku melihat wajah si brengsek itu...  di tengah rekayasa tangisnya, telapak tangan yang menutupi garis bibirnya tak berguna, terlihat sekilas senyum kejinya yang terkekeh puas, seketika menusuk jiwaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang