━━━━━━━━━━━━━
(Name) menuruni tangga dengan cekatan. Ajakan dari tiga pemuda tersebut membuatnya ngeri, jadi dia ingin menghindar dulu sebisa mungkin untuk kesehatan fisik dan mentalnya sendiri.
Untuk anak 15 tahun dibawa ke distrik merah, itu agak ekstrim. Kenapa tidak sekalian saja bawa dia ke klub malam?
Buk.
Perawakan laki-laki asing menghalangi jalannya di anak tangga terakhir. (Name) terlalu larut dalam pikiran sendiri hingga tak menyadari tatapan permusuhan yang ditujukan padanya.
"Hm?" (Name) mendongak, mendengar orang itu menggeram. Dia, Sugishita, memicingkan mata dan menatap gadis itu tajam.
Mereka saling adu tatap selama beberapa saat. Yang satu menatap heran, sedangkan pemuda di depannya menatap (Name) sengit. Melihat Sugishita yang menatapnya begitu serius, membuat (Name) ikut terdiam di tempat sambil menatap balik, pemuda itu seolah mengirimkannya sengatan listrik.
"..."
(Name) memiringkan kepala, membuat antingnya berdering. "Apa lihat-lihat?"
Hening sebentar sebelum pemuda gondrong itu mendecih, dia jadi jengkel karena beradu jalan dengan sosok yang selalu merepotkan Umemiya.
"Huh." Ketus Sugushita melanjutkan langkah.
Sementara (Name) menaikkan alis, mengernyit dengan seribu satu tanda tanya di otak.
Tidak jelas. Misterius. Angkuh. Mood breaker. Lengkap sudah. Tidak mungkin ia akan mendekati orang seperti itu di masa depan. Untunglah mereka tidak saling kenal.
"Bofurin memang aneh." Cibirnya beranjak pergi. Ia masih kesal dengan taiyaki nya yang diembat habis. Yah, walaupun sebenarnya itu efek dari kesalahannya juga.
"Lebih anehnya lagi, aku yang bisa berhubungan dengan mereka."
Menghela napas panjang, gadis itu menyugar rambut. Tujuannya kali ini adalah pulang ke rumah dan melakukan hibernasi hingga zaman Reiwa tamat.
Hoho.
***
"Terimakasih banyak, bibi!"
"Ya, sama-sama. Sekarang pergilah."
"Osu!"
Tangan (Name) menenteng satu plastik monja hangat yang sudah siap santap. Aroma harum menyeruak keluar sepanjang gadis itu melangkah, menyerbak hingga membuat mulutnya berair tak tahan ingin langsung 'hap'. Tak disangka perjalanannya pulang menuju rumah bisa mendatangkan rezeki secara cuma-cuma.
Ini benefit dari menjadi anak baik-baik nan imut, pikirnya, mendengus sambil tersenyum songong.
Dia sering pergi ke sekitar distrik perbelanjaan untuk mencari pekerjaan secara rambang sekaligus membantu banyak orang untuk berjualan atau mempromosikan barang. Dan sebagai upah, (Name) akan diberi banyak uang serta oleh-oleh dari toko.
Tak jarang orang-orang yang kenal dengan (Name) selalu suka memberikannya makanan saat melihat gadis tersebut lewat di depan pandangan mereka.
"Eh, dimana dompetku?"
(Name) meraba-raba tas kesayangan miliknya, menilik dengan teliti sembari memutuskan untuk berhenti di tengah jalan. Tidak ada. Benda berbentuk kotak kecil itu sama sekali tidak ada, seperti hilang.
Panik. (Name) langsung berbalik sambil mengeluarkan ponselnya dari saku, mencoba menghubungi siapapun yang ada di Furin. Mungkin dompet itu tak sengaja terjatuh saat mereka menyabotase massal tas miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐑𝐄𝐄𝐙𝐄 [Wind Breaker] ━━━━━━━━━━━━━━━
Fanfiction❝𝘆𝗼𝘂'𝗿𝗲 𝘀𝘂𝗰𝗵 𝗮 𝗰𝗮𝗿𝗲𝗳𝗿𝗲𝗲 𝘀𝗰𝘂𝗺 𝘁𝗼 𝘁𝗮𝗸𝗲 𝗰𝗮𝗿𝗲 𝗼𝗳.❞ - Bofurin ━━━━━━━━━━━━━ ↻ 29.6.2024 | fem!reader insert. ♡⸝⸝ fluff + gore + romance + comedy + school life + violence + action ᝰ °˖ ⵌ harsh word(s) and spoilers warni...