Rahasia

859 138 20
                                    

🕵️‍♀️👨‍💼

"Silakan anda cerita jujur. Saya dampingi." Klarisa menyiapkan buku catatannya. Penyidik bisa mewawancarai Darka sambil ia menyimak, jika ada pertanyaan yang Darka enggan menjawab, maka Klarisa yang akan mewakili.

"Sudah lama kenal pelapor?" Penyidik bertanya sambil siap mengetik.

"Tiga bulan." Darka tampak santai, bulu-bulu halus pada wajahnya dibiarkan tumbuh, rambut Darka juga acak-acakkan walau tetap pendek.

"Kenal di mana?" Penyidik menatap sekilas sebelum kembali ke layar laptop.

"Tempat kerja."

"Kerja yang mana. Dari keterangan kamu semalam saat kami tangkap, kamu kerja di dua tempat. Restoran itali dan cleaning service perkantoran."

"Jasa cleaning service kantor. Saya dan Nabila kenal begitu aja karena saya bekerja di hari sabtu dan minggu di kantor itu." Darka menatap datar ke penyidik.

"Bukan yang suka bersihin kaca gedung?"

"Bukan. Kerjaan saya lebih ke ruang kerja, membantu membersihkan karpet atau ganti baru, memasang partisi dan--"

"Oke saya paham. Lalu Nabila, apa kalian pacaran?"

Darka tertawa sinis, ia menekan sudut mata bagian dalam sedikit kencang. "Pak, saya sudah bilang. Saya dan dia nggak ada hubungan apa-apa."

Penyidik tak percaya, ia menunjukan dua alat bukti berupa video saat Darka berjalan ke kamar hotel tempat Nabila menginap dan beberapa foto saat keduanya mabuk di dalam kamar.

"Pak. Di kamar itu ada lima orang. Saya akui saya mabuk tapi nggak sampai hangover banget.  Do you know what i mean? I met this women--"

Penyidik tak suka dengan cara Darka yang bicara campur bahasa. Klarisa berbisik, "bahasa yang wajar."

Darka menoleh, Klarisa memundurkan wajahnya. "Kami kenal, berteman, dia asik orangnya, apa salahnya saya ikut saat diajak dia kalau mau rayakan ulang tahun dia, Pak."

"Kejadian ini kapan? Di hotel ini?" Penyidik bertanya lagi.

"Dua minggu lalu. Kenapa dia baru lapor sekarang kalau saya perkosa dia! Bapak tau nggak kalau saat itu nggak cuma saya cowoknya, ada dua lagi dan satu temannya Nabila. She is crazy, sir, come on!" Darka menggebrak meja saking kesalnya.

Penyidik hendak menghajar Darka tapi Klarisa halau dengan memajukan tubuhnya di depan Darka.

"Maafin klien saya, Pak. Saya akan menjamin klien saya tidak akan kasar."

Wangi parfume Klarisa ditangkap Darka melalui indra penciumannya begitu menenangkan. Wangi yang sama seperti dulu. Bertahun-tahun lalu tepatnya.

"Baik. Saya mohon ada tidak emosi, Darka." Raut wajah penyidik sangat serius. Setelah Darka menjawab panjang pertanyaan selama empat jam pemeriksaan, ia tetap dibawa ke dalam sel tahanan.

Klarisa bicara dengan penyidik dan Adi yang menyarankan untuk Klarisa bertemu dengan pelapor, mencari tau dari sisi lain.

"Boleh minta kontak pengacara Nabila, Pak?" Klarisa masih di dalam ruangan itu.

"Ini," ujar penyidik. Klarisa menyimpan nomor pada ponselnya kemudian ia hubungi sekaligus pamit pulang.

Ia bicara di depan pintu ruangan penyidik, sempat ia membalas sapaan kepala polisi karena kenal Ijal.

"Salam buat Ayahmu, Kla," katanya.

"Siap, Pak." Klarisa lanjut bicara dengan pengacara Nabila, tapi tak mau diajak bertemu sekedar mediasi intern.

Magnetize ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang