Jangan lupa vote and komen!!
●●●03. Adel pasrah.
Happy Reading~
Saat ini mereka, atau lebih tepatnya Adel dan Kathrina. Masih menelusuri area Mall, bahkan Adel hanya bisa pasrah ketika Kathrina menariknya kesana ataupun kemari.
Ting
Shamarsha
Semua keperluan, udah gua beli sama mplor. Selamat bersenang - senang dengan seorang kathrina ya, Adeeell^^
___Adel mengusap wajahnya prustasi, saat membaca pesan yang baru saja dikirim 'kan oleh Marsha lewat notifikasi.
"Kath? pulang, yuk. Semua belanjaannya udah dibeli sama Marsha, Flora," ajaknya kepada Kathrina yang sedanv sibuk memakan es cream seraya menggandeng lengannya.
Kathrina menoleh kearah Adel dengan mata yang berbinar, "Beneran?! Yauda, kalo, gitu lo temenin gua belanja, bentar kok." ia tersenyum lebar, membuat Adel menyipit 'kan matanya menatap dirinya penuh curiga.
Adel sontak menggeleng, "Enggak. Kalo. lo mau belanja ... silahkan pergi sendiri ya, Nona Atin." ujarnya seraya tersenyum paksa, sembari berusaha melepaskan gandengan Kathrina.
Reflex. Kathrina melepaskan gandengan lengannya, "What? Atin?" serunya seraya mengangkat sebelah alisnya bingung.
Adel memutar bola matanya malas, "Nama lo, Kathrina. Biar lebih gampang, gua panggil lo Atin, diambil dari Kathrina - Athrin - Atin. Ngerti?" jelasnya panjang lebar dengan penuh penekanan.
Sungguh, berpergian dengan Atin membuat Adel pegal pipi dan bibir. Karena harus banyak berbicara, meskipun tidak penting.
Atin hanya ber-oh ria seraya mengangguk - ngangguk 'kan kepalanya pelan. "Anter gua nyari sepatu sama baju pramuka, yang itu udah pada jelek." ujarnya seraya menarik Adel untuk mengikuti langkahnya.
Adel menghela nafas kasar. Okay. Untuk kali ini saja, ia menjadi teman belanja Atin. Selebihnya, tidak!!
Tadi, sebelum Marsha mengirim pesan. Adel dan Atin selama hampir 40 menit, menghabiskan waktu dimana? tentu saja direstoran. Karena si Atin bokem itu. terus ngerengek lapar, pengen makan Seafood.
"Tin, kita masih pakai baju sekolah, lho." bisik Adel saat beberapa para pengunjung Mall melihat kearah mereka berdua.
Kebetulan didepan mata mereka, terdapat toko baju. Tanpa berpikir panjang, Atin menarik Adel memasuki toko itu.
"Lo, mau pakai baju yang gimana?" tanya Atin seraya mengangkat sebelah alisnya.
"Yang simple aja, Tin." jawab Adel seadanya.
OKAY! entah ini salah siapa. Simple menurut Atin dan Adel ternyata sangat bertolak belakang.
Jika, simple yang di maksud Adel itu pakai celana, kaos pendek atau kemeja lengan panjang. Sedangkan, simple menurut Atin itu pakai dress.
Disini, Atin yang terlalu feminimnable atau Adel yang terlalu simplenable?
"Tin. Simple, maksud gua tuh pakai celana sama kaos pendek atau kemeja lengan panjang," jelas Adel yang sekarang seperti ingin menangis, karena Atin sibuk memilih dress yang cocok untuknya.
Atin menoyor kepala Adel sedikit kencang, "Makanya ngomong yang bener!" serunya dengan kesal. "Lo tunggu disini, gua mau ganti dulu. Berani kabur, bayar 1M sama gua!" sambungnya dengan sedikit ancaman.
Adel mendengus pelan. Gila aja ia menghamburkan 1M demi kabur dari si bokem. Mending duitnya pakai beli mobil, lagi. pikirnya.
Sibuk bermain handphone, Adel tak menyadari jika dia berdiri menghampiri beberapa orang untuk lewat. Seperti saat ini,
Bruk!
Seseorang menabrak Adel sehingga tas milik Atin jatuh."Sorry - sorry. Gua ga sengaja," ujar seseorang itu yang ternyata seorang pria.
"Gapapa. Salah gua juga, berdiri disini," ucap Adel. Ia menatap pria didepannya dengan dalam, bukan karena terpesona dengan wajahnya! Tetapi, pipi kiri lelaki itu diperban. Ia memicingnya matanya, tiba - tiba saja ingatannya ingat kepada kejadian 3bulan yang lalu. Dimana dirinya melukai pipi 'seseorang' yang hendak kabur, setelah mengacaukan kediamannya.
Ekhem
Pria didepannya berdehem lumayan keras, karena kurang nyaman dengan tatapan gadis didepannya. "Ada yang salah sama muka gua?" tanyanya pelan.Adel mengerjapkan matanya saat mendengar pertanyaan dari pria didepannya. "Pipi, lo?"
Pria didepannya tersenyum tipis, "Biasa. Sedikit kecelakaan, namanya juga cowok." sahutnya.
Adel mengangguk saja, ia tak mau ambil pusing.
"Zean." ujarnya seraya menyodorkan lengannya.
"Adel." ucapnya seraya menerima sodoran tangan pria didepannya yang bernama Zean ini.
Pria itu melepaskan lengannya, lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Sekali lagi sorry ya, Del. Gua ada urusan, duluan, ya!" setelah mengatakan itu, pria - Zean berlari begitu saja meninggalkan area toko.
Adel mengangkat bahunya acuh tak acuh, toh ia tidak mengenal siapa pria itu. Maksudnya tidak penting juga.
"Del," panggil Atin seraya menampilkan dirinya yang sudah memakai dress simple tapi elegan.
Sekarang bagian Adel yang mengganti pakaiannya menjadi lebih santai. Yaitu memakai celana dan kemeja lengan panjang.
"Pulang, yuk, Tin." ajak Adel setelah mereka menyelesaikan pembayaran.
Atin menatap Adel dengan tatapan tajamnya, "Kita belum beli baju pramuka sama sepatu, ya!"
Adel mendumel pelan. Namun, tak urung ia tetap mengikuti langkah Atin menjelajahi Mall untuk mencari baju pramuka dan sepatu yang dimaksud.
Sudah lebih dari 5 toko sepatu, Atin masih belum menemukan yang cocok juga.
Di toko pertama, modelnya terlalu jadul. Toko kedua, harganya terlalu murah + bahannya jelek. Toko ketiga, harga mahal + barang kw. Toko keempat, penjualnya ga ramah. Toko kelima, tempatnya ga bersih, banyak sampah berserakan dimana - mana. Toko terakhir, penjualnya kucel. Itu protes Atin, yang membuat Adel sudah lelah mendengarnya.
"Lo, mau sepatu model gimana sih, Tin? Mending mesen lewat online aja," gerutu Adel yang sudah kesal dan juga cape, bayangkan saja 1 jam lebih mereka mutar - mutar Mall yang se-luas lapangan merdeka.
Atin mengangguk saja, lalu memberikan satu minuman yang baru saja dibelinya kepada Adel. "Minum dulu. Mulut lo ga kering apa? dari tadi ngomel terus," ujarnya.
Adel menatap Kathrina dengan sinis. "Gua ngomel juga gara - gara lo ya, bokem!"
Atin menatap Adel seraya cengengesan, "Sepatu nanti aja dah. Mending sekarang kita ke toko seragam langganan gua. Yuk, Del!" ujarnya dengan semangat 45.
Adel mengangguk, "Dimana emang tempatnya?" tanyanya.
"Dilantai 5," jawab Atin seraya tersenyum lebar.
"Ya allah ... " pasrah Adel, mereka saat ini sedang berada di lantai 3.
"Ayo, Adelieeeeee ... "
"Haish. Iya - iya, nyusahin mulu lo bokem!"
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelie Raina Shafira
Teen FictionUpp 2 hari - 1 kali / sesuai mood^^ ●●● "Terkadang kita terlalu bersemangat untuk melangkah kedepan, hingga lupa bahwa disetiap arah jalan pasti ada penghalang." -Adelie Raina. Penasaran? ayo, tambahkan cerita ini ke perpustakaan anda😍🫵🫵🫵 ... pu...