Happy reading
*
*
*
Dengan langkah tegasnya, Gilang berjalan menyusuri lorong. Sembari menyugar rambut ke belakang, Gilang menatap layar ponselnya yang tengah menampilkan sebuah pesan yang baru saja dikirim seseorang.
Tungkainya ia bawa melangkah menuju parkiran. Bisa ia lihat salah satu temannya telah menunggu, dengan bersandar pada mobil miliknya.
"Sekarang?" tanya Gilang yang langsung dibalas anggukan Nolan.
Kedua pemuda itu segera masuk ke dalam mobil. Gilang sebagai pengemudi, menjalankan mobilnya meninggalkan area kampus. Nolan yang duduk di kursi penumpang, dengan iseng membuka dashboard mobil temannya.
"Camilannya bebas susu semua, ya?" tanya Nolan ketika mendapati beberapa bungkus buah kering dan permen bebas susu.
"Anak gue alergi susu sapi. Jadi, gue kasih dry fruit aja buat camilan," jawab Gilang dengan tatapannya yang lurus ke depan.
"Eum, agak susah juga, ya, berarti," celetuk Nolan.
Gilang tersenyum tipis sambil menjawab dengan santai, "nggak masalah. Mau sesusah apapun, selagi kita ikhlas, semua akan mudah."
"Widih, kok jadi bijak gini kaya Anang?" tanya Nolan dengan nada menggoda.
Kali ini, pria gemini itu terkekeh pelan. "Namanya juga udah jadi orang tua. Harus jadi panutan anaknya dong. Masa iya gue ngajarin Lio yang aneh-aneh?"
"Iya, deh, si paling orang tua," cibir Nolan. Untuk sesaat ia terdiam, kemudian kembali berujar, "nanti jangan sampai kebawa emosi, Lang. Lo dengerin dulu alasannya."
Kali ini Gilang tak menyahut. Ia hanya diam, fokus pada jalanan di depannya. Setelah beberapa saat melaju, mobil pun berhenti di depan sebuah cafe. Gilang keluar disusul Nolan tak lama kemudian. Mereka melangkah beriringan memasuki cafe yang tak begitu ramai itu.
Di depan pintu masuk, Gilang mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang ingin ditemui. Langkahnya kembali ia bawa menghampiri sosok gadis yang berada di ujung ruangan. Nolan sendiri pergi ke kasir untuk memesan. Diam-diam ia mengawasi Gilang yang sudah duduk berhadapan dengan seorang gadis.
Mendengar suara kursi berderit, gadis yang sedang fokus pada laptopnya itu mendongak. Kedua matanya terbuka lebar mengetahui siapa yang saat ini duduk di hadapannya.
"Gi-Gilang?" ucap gadis itu dengan terbata.
Gilang tak menyahut. Ia hanya diam, mengambil ponselnya dan meletakkan tepat di depan gadis itu.
"Jelasin," ucap Gilang dengan nada datar.
Gadis yang sempat tertegun itu kini kembali tenang. Ia dengan santai menatap Gilang sambil tersenyum. "Jelasin apa, sih, Lang? Gue nggak ngerti apa maksud lo."
"Jangan bohongin gue." Gilang sedikit menggertak. "Lo 'kan, yang nyebarin berita palsu di base kemarin?"
Masih dengan wajah santainya, gadis itu membantah tuduhan Gilang. "Jangan asal nuduh, Lang. Gue nggak tau apa-apa."
"Apa lo bakal tetep ngelak, kalo gue puterin rekaman lo sama si Teguh, admin base?" Kini wajah gadis itu mulai terlihat gelisah. Ia memalingkan wajahnya ketika tak sengaja melihat sesuatu di layar ponsel Gilang.
"Lo nggak bisa jawab 'kan?" Gilang kembali bersuara. Kedua tangannya mengepal, menahan gejolak emosi yang bisa pecah kapan saja.
"Maksud lo apa minta admin nyebar berita hoax kaya gitu, hm? Oke, gue terima kalo lo marah gara-gara kita putus. Tapi nggak gini juga caranya, Ta. Kenapa lo sampe bawa anak gue?" tanya Gilang bertubi-tubi dengan tatapan kecewa pada sosok gadis di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become A Papa||00Line
Teen Fictionpulang camping ketempelan setan ❌ pulang camping ketempelan bocil-bocil gemoy✅ Serba-serbi empat papa muda mengurus anak-anak mereka!! Not BXB Story only in wattpad Dilarang plagiat! Hargai pemilik ide!