Chapter 0: Interlude

9 0 0
                                    

Suara derit ban mobil yang beradu memecah keheningan malam di jalanan curam nan berkelok itu. Sebuah mobil berwarna merah tampak melaju dengan kecepatan tinggi, melewati jalanan yang itu. Sang pengemudi berusaha untuk menghindari dua mobil berwarna hitam, yang kini ikut mengejarnya dengan membabi buta. Suara tembakan mulai terdengar dari arah dua mobil yang berwarna hitam.

DOR! DOR! DOR!

"Sialan!" Sang pengemudi berusaha mengendalikan mobilnya agar ia terhindar dari tembakan yang beruntun itu. Jalanan didepannya semakin berkelok-kelok tajam. Bagaimanapun caranya, dia harus bisa hidup.

DOR!

Mobilnya berguncang kencang ketika ban bagian belakangnya meletus akibat terkena timah panas. Sang pengemudi berdecak sembari berusaha menyeimbangkan mobilnya yang mulai kehilangan kendali. Mobilnya mulai menabrak pembatas yang dipasang di jalanan itu. Sebuah jurang sudah menanti dibawahmya, jika ia terus membuat mobilnya berbenturan dengan pembatas jalan.

DOR! DOR!

BRAK!

"ARGH!" dia memekik.

Dua tembakan lagi membuat fokusnya hilang. Tak hanya itu, salah satu mobil hitam berhasil menghimpitnya dan mendorongnya mobilnya dekat dengan pembatas. Percikan api mulai terlihat bersamaan dengan suara decitan mengerikan yang diciptakan dari gesekan badan mobil dan pembatas besi. Dia berusaha untuk fokus menyeimbangkan mobilnya atau dia akan celaka.

DOR!

Sebuah tembakan mengarah kearahnya dari penumpang mobil hitam yang menghimpit mobilnya. Beruntung tembakan itu meleset dan hanya memecahkan kaca mobilnya. Sang pengemudi masih berusaha mengendalikan laju mobilnya yang sudah tidak karuan. Fokusnya kini terbagi. Dengan sisa kekuatannya, dia mencoba mengarahkan kemudinya kearah kiri dan balas mendorong mobil hitam itu. Mobil hitam itu kehilangan keseimbangan akibat serangan mendadak itu dan berhenti ditengah jalan menghalangi mobil

Sang Pengemudi berpikir ini sudah berakhir, tetapi ia salah besar. Dari arah berlawanan sebuah mobil truk telah menyambutnya di tikungan terakhir. Truk itu dengan sengaja langsung membanting stir ke arah mobil itu melaju.

Satu helaan napas mengantarkannya pada sebuah hantaman yang keras dan kencang. Mobilnya terguling berkali-kali di jalanan itu akibat dihantam sangat keras, sebelum akhirnya terbalik. Dia bisa merasakan darah memenuhi mulutnya. Tubuhnya terasa remuk dan pandangannya mulai kabur. Darahnya sudah menggenangi jalanan dan dia kini hanya bergantung pada napasnya yang semakin berat. Sebuah cincin menggelinding keluar dari balik kemejanya yang sudah berlumur darah. Dengan sisa kesadarannya, ia melihat sekaligus mendengar beberapa orang berbicara dengannya, termasuk si pengemudi truk tadi.

"Kau yakin dia sudah mati?"

"Tentu saja! Tidak ada yang bisa menandingi kehebatan trukku ini!"

"Bagus. Aku akan melapor. Bereskan kekacauan disini dan buat seakan-akan semua ini adalah kasus kecelakaan. Kemungkinan besar dia akan ditemukan besok siang."

Suara dan derap kaki mulai menjauh, bersamaan dengan terdengarnya suara mesin mobil yang dinyalakan. Mereka semua pergi meninggalkan sosok tubuh berlumur darah dibawah mobil ringsek itu.

Dirinya berada di ujung kesadaran dan seluruh anggota tubuhnya hampir tidak bisa lagi ia rasakan. Tubuhnya sudah tak sanggup lagi menopang jiwanya. Dengan sisa kesadarannya, ia mencoba menggerakkan tangannya yang mulai mati rasa untuk meraih cincin yang seharusnya, sudah melingkar di jari manis sosok yang sangat ia cintai. Dia seharusnya bisa bersanding di altar suci pernikahan bersama sosok hebat yang amat ia sayangi dan dia lindungi dengan segenap jiwanya.

Dia menyerah ketika air mata menetes diakhir kesadarannya. Dia mendesah lirih sembari berujar.

"Maafkan aku ...."

***

REAPPEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang