ㅤㅤSuara isak tangis yang terdengar samar memenuhi ruangan kamar yang terlihat pada pintu menunjukkan nama sang pemilik kamar, 'Tahiya Jiah Inayaty' yang memiliki arti perempuan yang berhasrat, bijaksana, dan cantik.
Perempuan kelahiran sunda tersebut terlihat terus mengeluarkan cairan bening dari matanya sembari menatap layar handphone di tangannya. Air matanya terus mengalir membasahi bantal yang sedang ia pakai untuk berbaring diatas kasur, tarikan ingus yang tak terlalu bising karena takut membangun orang rumah terdengar samar-samar di kamar tidurnya.
"Padahal happy ending, tapi sedih banget... Akhirnya mereka bisa bahagia," Jiah, nama panggilannya, ia kembali terisak pelan dan tangisannya semakin deras saat mendengar salah satu lagu ost mengalun di telinganya yang terpasang oleh earphone sebagai tanda jika drama tersebut telah berakhir. "Kok tamat, mana episode selanjutnya, gue gak terima"
Layar handphone nya pun mulai mati, namun Jiah masih terus saja terisak pelan sembari terpejam. Pikirannya masih melayang mengingat momen-momen didalam drama tersebut, apalagi dia dengan sengaja memutar lagu ost yang berjudul 'Sudden Shower' yang membuatnya semakin galau dan menangis.
Namun acara menangisnya terhenti akibat alarm yang tiba-tiba saja mengejutkan dirinya karena suara nada dering tersebut sangat nyaring membuat telinga Jiah nyeri. Jiah segera mematikan alarm tersebut dan melihat jam pada handphone nya yang menunjukkan pukul 03.30 membuat nya langsung berhenti menangis dan berniat bangkit dari kasurnya dan menuju kamar mandi,untuk mencuci muka sebelum diketahui oleh kedua orang tuanya bahwa anaknya menangis seharian hingga wajahnya membengkak.
Memakan waktu 2 menit Jiah agar berhenti menangis, ia segera berjalan dengan sedikit lemas menuju pintu kamar. Saat ia memegang handle pintu kamarnya, Jiah merasa sangat dingin hingga membuat lehernya tergelitik geli dan bulu kuduk nya berdiri.
Namun niat Jiah menuju kamar mandi untuk bercuci muka tidak menghilang begitu saja, ia kembali melanjutkan membuka pintu tersebut dan whoosh- angin yang entah dari mana menerpa wajahnya yang membuat Jiah menutup mata, antara takut ini disebabkan oleh makhluk gaib dan juga reflek takut kelilipan.
Perlahan matanya kembali terbuka dan dirinya seketika tertegun. Dihadapannya bukan lagi lorong ruang kamar rumahnya yang merupakan jalan utama menuju ruang tamu, melainkan langsung berhadapan dengan dapur sekaligus ruang tv di sebelah kirinya.
"Haha, gue pasti diculik ke alam gaib," Gumam Jiah dengan tangannya yang gemetar dan matanya mulai memerah menahan tangis, namun dirinya tetap berusaha berani untuk melihat sekitar agar ia tahu dimana dirinya berada.
Matanya seketika menyipit mencoba menelisik lebih tajam saat melihat kearah ruang tamu, melihat banyak sekali foto foto terpajang dengan wajah yang sangat amat familiar di ingatannya. Kakinya perlahan berjalan mendekati foto tersebut dan benar, matanya tidak salah lihat, foto tersebut menampilkan lelaki yang membuat dirinya menangis 3 hari lamanya karena terus menerus mati.
Dengan nafas yang tiba-tiba saja sesak, Jiah mundur dengan gemetar dan terduduk di sofa yang tersedia di ruang tamu. Wajahnya menampilkan ekspresi terkejut dan tidak percaya, ia ingat sekali tata letak dan ruangan rumah ini, ini adalah rumah milik pemeran utama lelaki dalam drama yang ia tonton.
Ryu Sunjae, pemeran utama drama korea yang berjudul Lovely Runner yang baru saja ia tamatkan 3 menit lalu.
"Ji-Ah ya, mengapa belum tidur?" Suara yang lembut khas seorang ayah membuat Jiah tersadar dan menolehkan wajahnya menatap seorang pria paruh baya yakni Ayah dari Ryu Sun-Jae, Ryu Geun-Deok, mendekatinya dengan sembari menguap mengantuk.
Jiah tak menjawab, dirinya masih menatap Geun-Deok dengan tatapan tak bisa diartikan, wajahnya masih bengkak bekas menangis. Geun-Deok melihat wajah Jiah yang membengkak seperti habis menangis segera mendekatinya dan duduk disampingnya sembari menatap khawatir.
"Kau menangis? Ada apa? Apakah ada seseorang menyakiti putri kecil appa ini?" Tanya Geun-Deok dengan lembut, akan tetapi fokus Jiah bukan pada sikap lembut Geun-Deok melainkan ucapannya yang mengatakan bahwa dirinya adalah putrinya.
"P-putri kecil appa?" Jiah menatap Geun-Deok dengan tatapan tak percaya, mata coklatnya yang berair melebar dengan tangannya segera menutup mulutnya seolah tak percaya. Sedangkan Geun-Deok sendiri melihat anaknya yang terkaget seperti itu terlihat malu dan berdeham, ia selama menjadi ayah sedikit malu memanggil nama anaknya dengan panggilan seperti itu dan Geun-Deok merasa Jiah kaget karena hal tersebut.
"Jawab saja, kau ada apa nak? Wajahmu sangat bengkak, apakah kau menangis seharian sehingga tak keluar kamar dari siang hari tadi?"
Lagi-lagi Jiah tak menjawab, ia segera menatap sekitar. Ia mencari kalender di ruang tv namun dirinya tak menemukannya dan matanya kembali menatap Geun-Deok yang masih menatapnya lekat membuat Jiah berdeham dan bingung harus menjawab apa, ini benar-benar membuat dirinya canggung dan merasa idiot.
"A-aku menonton drama dan berujung menangis seperti ini, maaf telah membuat a-appa khawatir" Ucap Jiah dengan gugup dan memasang senyum kaku, dalam hatinya ia merutukki dirinya sendiri yang benar-benar sangat idiot, dirinya memang tak cocok berakting.
Sedangkan Geun-Deok terdiam sesaat menatap lekat anaknya tersebut dan menghela nafas pelan, tangannya dengan lembut menepuk kepala anaknya dan tersenyum, "Syukurlah jika tidak ada yang menyakitimu. Kembali lah ke kamar, sekarang masih terlalu pagi untuk terbangun, lanjutkan tidurmu nak"
Setelah mengucapkan itu, ayahnya saat ini- yaitu Ryu Geun-Deok pergi meninggalkannya sembari menguap mengantuk menuju kamar tidurnya yang berhadapan dengan ruang tidurnya. Terdengar pintu kamar tertutup, Jiah menghela nafas lega dan menyenderkan tubuhnya dengan rileks sembari menatap atap rumah dengan tatapan kosong.
"Ini benar-benar gila, sangat gila," Jiah tertawa pelan dengan tatapan matanya yang kosong, seperti orang stress yang terus tertawa hingga akhirnya ia segera bangkit dan menghentikan tawanya tersebut.
Jiah perlahan berjalan menuju kamar tidurnya, ia menutup dan mengunci pintu kamarnya tersebut. Matanya melihat sekitar kamar tidurnya yang memiliki tata letak seperti kamar tidur di kehidupan aslinya. Perlahan ia mendekati handphone miliknya yang berubah menjadi handphone model lama tahun 2009-an seperti milik ayah Sunjae, antena mencuat dari sana dengan layarnya yang masih menayangkan drama entah drama apa.
Segera Jiah keluar dari fitur khusus untuk menonton tv yang tersedia di handphone nya, jam menunjukkan pukul 03.50 pagi dan matanya teralihkan dengan kalender yang menunjukkan tanggal 15 Juni 2009, ia kembali tertawa dan menjatuhkan tubuhnya diatas kasur.
"Sepertinya aku benar-benar sudah gila, aku... Gila"
××☔⌚🌀××
Hai, dengan penulis disini yang baru saja bangkit dari hiatusnya entah sejak kapan ya, haha.
Aku terlalu bucin dengan Lovely Runner sampe otw 2 kali rewatch, aku benar-benar gagal move on dan jadinya aku buat ini deh, demi memenuhi dahaga ku yang gak pernah nemu fanfic drama korea ini.
Mungkin aku tidak pandai dalam membuat alur seindah dan serumit sang penulis aslinya, tapi aku mencoba berusaha dengan fantasi ku sendiri untuk menambahkan OC ku sendiri kedalam cerita ini. Semoga gak mengganggu dan mengecewakan para pembaca.
Sampai jumpa di part berikutnya, see ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
03.33 | Lovely Runner x OC
Fanfiction3 hari Jiah habiskan hanya untuk menuntaskan drama korea yang menarik perhatiannya yaitu 'Lovely Runner'. 16 episode ia lalui dalam 3 hari dan selama hari itu Jiah selalu mendapatkan wajahnya yang membengkak karena menangis sepanjang episode nya. Te...