Bab 9

64 7 9
                                    

Pharita

Bel pulang sekolah yang ku tunggu-tunggu akhirnya bergema. Setelah 8 jam sudah menahan kantuk yang teramat berat, selesai sudah pembelajaran untuk hari ini. Semenjak menginjak kelas 3 SMA, baru juga semester 1 aku sudah banyak di cekoki berbagai macam tugas yang tidak henti-hentinya. Otakku benar-benar sudah berasap, karena full dengan di adakan ujian praktek dari pagi hingga jam terakhir.

Ini baru permulaan, belum lagi nanti kalo sudah menginjak semester 2. Aku yakin pasti akan lebih banyak dari yang sekarang. Di tambah dengan ujian nasional dan ujian sekolah, semoga saja otak yang berkapasitas 3 Gb ini masih sanggup menampungnya. Secara aku akui, aku tidak begitu pandai dan handal dalam mengingat. Jadi ya seadanya saja, yang terpenting rajin berangkat saja sudah jadi nilai bagus untuk lulus.

Makanya karena sadar akan kekurangan ku itu, aku mulai menyicil tugas-tugas dari sekarang agar tidak ada hutang ke guru.

Ngomong-ngomong soal hutang, aku jadi ingat satu hal. Aku kemarin transfer uang ke bang Jaehyuk. Aku membayar coklat yang pernah ia belikan untukku dan sisanya sebagai bentuk rasa terimakasih ku karena akhir-akhir ini dia sering nongol dan membantu ku. Aku sempat berpikir, apa dia itu titisan jin atau bagaimana?. Aku heran, setiap aku kesusahan dia kaya cling. Tiba-tiba sudah ada di depan mata saja.

Jumlah uang yang ku transfer memang tidak banyak dan itu sebagian kecil dari tabungan ku. Aku berharap dia bisa menerima dengan lapang dada dan tidak lagi meminta ku untuk meminta imbalan. Ya walaupun ia hanya meminta semangkuk seblak, tetap saja bagi ku itu tidak sebanding dengan apa yang dia lakukan pada ku.

Aku hanya membalas budinya, bukan karena aku sok hedon ya.

"Kak Ritha, lo pesen gojek?".

Aku dan Asa yang tengah berjalan di koridor menghentikan langkah saat Rami, adik kelas sekaligus teman satu komplek rumah ku itu tiba-tiba muncul.

Komplek rumah kami memang kebanyakan di huni oleh orang-orang yang mempunyai anak perempuan.  Dan itu masih menjadi pertanyaan bagi kami kaum penghuni komplek itu yang tidak terjawab. Kata bapak-bapaknya sih, komplek Dewi Kwangin.

Meskipun ada perbedaan umur, tapi kami semua sangat dekat.

"Gue gak ada pesen gojek tuh". Kata ku menggeleng sambil mengerutkan dahi karena bingung, nih anak tiba-tiba banget tanya soal gojek.

"Ada abang-abang gojek ganteng di depan nyariin lo tuh. Katanya lo yang pesen dia di aplikasi gojek".

Aku semakin bingung, gojek apaan?. Beneran deh aku gak pernah pesan ojek online dari aplikasi itu. Lagi pula aku juga biasanya di jemput mama, gak pernah yang namanya di jemput gojek.

Aku curiga, Rami itu otak rengginang. Yang paling pinter banget ngelabuhi orang. Makanya aku gak percaya sama dia.

"Ngaco ah lo kalo ngomong". Sahut Asa, dia juga sama halnya dengan ku tidak percaya dengan penuturan Rami.

"Dih, ayok dah kalo gak percaya. Ikut gue".

Rami menarik pergelangan tangan ku menuju gerbang depan. Aku cuman pasrah, toh ini anak kalo gak di ikutin kemauannya bakalan tantrum. Dan aku akan sangat sulit untuk mengendalikannya.

"Oalah bang Jaehyuk, Tha". Seru Asa menunjuk orang yang sedang duduk santai di atas motornya.

"Lah lo kenal kak?". Rami bertanya ke Asa.

"Kenal lah. Dia abangnya Jeongwoo, teman kelas gue. Dia juga gebetannya Pharita kok".

Reflek aku langsung menabok lengan Asa. Dia meringis dan melirik sebal pada ku. Asal ceplos emang dia kalo ngomong. Untung tidak aku lakban mulutnya.

"Kalo ngomong gak di filter lo ah". Protes ku.

"Gue kan cuma becanda". Elak Asa. "Lagian lo baperan amat, baru di ledek gitu langsung salting. Suka beneran lo ya sama bang Jaehyuk? Cie cie..".

Mata ku mendelik, melihat mata Asa yang menggoda-goda ku. Aku kembali melayangkan pukulan di lengan Asa.

"Gak papa kali kak, cakep juga tuh cowok. Harusnya lo tunjukkin kalo lo juga lagi deket sama Abang-abang mahasiswa. Biar gak kak Yunjin aja yang punya pacar mahasiswa. Jadi gak nyudutin lo terus, yang katanya kecentilan ke pacar dia. Siapa tuh?. Bang Yeonjun apa ya?".

"Nah bener kata Rami. Panas bikin panas sekalian Tha, gue gak terima lo di kata centil perihal lo liatin bang Yeonjun lewat doang". Asa ikut menyahut.

"Dih lo berdua tuh kompor banget mulutnya". Aku menggelengkan kepala heran dengan tingkah dua orang di samping ku ini.

Eh tapi kalo di pikir-pikir emang bener kata mereka, akhir-akhir ini aku sedang di landa gosip tidak mengenakan dari kelas sebelah. Yang katanya aku sok centil sama yang namanya bang Yeonjun, padahal sumpah deh aku reflek natap dia pas lewat. Dan itu hal yang biasa terjadi kan?. Tapi kenapa ceweknya nggak terima, dan bilang kalo aku lagi kecentilan goda-goda pacarnya. Dasar ya, orang kalo otaknya di dengkul kalo ngomong asal ngelantur.

"Eh orangnya nyamperin". Bisik Rami membuatku menoleh ke arah orang yang berjalan ke arah kami.

"Lama bener lo bocil suruh manggilin".

Si pemilik suara itu kini menghadap ke Rami yang justru memamerkan deretan giginya. Padahal, bang Jaehyuk menatapnya dengan kesal. Tapi emang dasar si Rami, dia emang orang yang sukanya nyengir.

"Sorry bang, salahin Kak Rithanya tuh. Kagak percayaan gue bilangin". Rami menggerutu menunjukku.

Aku hanya menganga, sepenuhnya bingung sebenarnya apa maksud dan tujuan bang Jaehyuk mencari ku. Mana ngaku-ngaku jadi gojek pula, membuat ku kembali memasukkannya di list kerandomannya setiap kali bertemu.

"Ada apa ya bang nyariin gue?". Kali ini aku berani bertanya.

Oh my god. Apa maksudnya?. Kenapa tiba-tiba dia tersenyum manis padaku?. Dan shit!. Jantung gue, kok jadi nervous gak karuan gini jadinya?. Oh Tuhan, ketampanannya benar-benar nyata.

"Gue mau ngajak lo jajan seblak, yok!". 

Aku membulatkan mata, saat tangannya kini dengan santai merangkul pundakku. Jantungku seakan berhenti berdetak, saat aku mendengar suara nafasnya yang sangat dekat di sebelah ku.

Dan, lihat juga. Bagaimana kini Asa dan Rami histeris tidak karuan membuat aku kini menjadi pusat perhatian anak-anak yang belum meninggalkan sekolah. Karena posisi kami yang memang di luar gerbang, dan masih ramai-ramainya siswa siswi untuk pulang.

Aku malu, dan ingin sekali rasanya mencomot satu-satu mulut mereka berdua. Tapi aku urungkan karena tidak enak dengan bang Jaehyuk. Apa yang akan di pikirkan bang Jaehyuk, kalau aku bisa bringas juga.

Perlahan aku melepas rangkulannya. "Ta-tapi bang. Kenapa gue yang di ajak?". Tanya ku kebingungan.

Oh, tidak!. Jangan hanya karena permintaan imbalannya kemarin yang memintaku untuk mentraktir seblak. Kini dia datang untuk menagihnya?.

"Ya mau ngajak aja. Lagian lo gak ada yang jemput juga kan?. Mama lo kan masih di Thailand, terus bokap lo jam segini masih di kantor".

Aku speechless. Kok dia bisa tau tentang keluarga ku?. Padahal aku juga baru mengenalnya beberapa waktu terakhir ini. Aku juga tidak pernah menceritakan apa pun tentang ku ke dia. Wah, jangan-jangan dugaan ku dia titisan Jin itu memang benar.

"Iya tap-tapi—".

"Udah sana Tha gak papa. Jalan aja sama bang Jaehyuk. Gak bakalan kok gue cepuin ke nyokap lo..". Asa menyahut, dia tersenyum menggoda lagi.

"Iya kak. Penting mah, kagak lupa pajak jadiannya". Tambah Rami juga yang kini tergelak bersama Asa.

Aku mendengus kasar. Ingin rasanya memaki keduanya. Tapi lagi-lagi aku urungin karena gengsi di depan ada cowok. Gak kebayang reaksi bang Jaehyuk di balik pribadi ku yang kalem ini, ada sisi buruknya.

"Udah yok cepet".

Aku kembali membulatkan mata lagi, ketika cowok ini menarik tangan ku dan berjalan menuju motornya.

Ku lihat, Rami dan Asa dadah-dadah dengan tawa yang puas.

-Tbc-

Berjamur gak tuh nih lapak?😂


Nervous (Jaehyuk X Pharita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang