Happy reading (◠‿◕)
**
**
**
**
**
**
**BRAK!
BRAK!
"Delon!! Cepat buka pintunya!!", teriak seorang anak laki-laki yang sepertinya berusia 11 tahun dengan tubuh yang menggigil karena badannya basah kuyup yang di sebabkan oleh hujan deras.
Ceklek!
Pintu tua yang terbuat dari kayu itupun terbuka dan menampakkan wajah terkejut dari anak laki-laki lain yang bernama Delon saat melihat saudaranya menggendong sesuatu. Bahkan ia tidak sadar saat saudara nya itu masuk ke rumah kecil mereka.
"Apa yang kau bawa?!", tanya Delon to the poin pada anak laki-laki itu yang terlihat sibuk mengganti kain yang menyelimuti sesuatu.
"Biru!", panggil Delon dengan suara yang menahan amarahnya, anak laki-laki ini memang sangat temperamental.
Setelah selesai dengan kegiatannya, barulah ia menatap bola mata Delon dan tersenyum. Ia kembali menggendong sesuatu itu yang kini di selimuti kain yang tidak beraturan dan menunjukkan nya pada saudara nya itu.
"Lihat! Aku membawa malaikat yang ku temukan di dalam gerobak kita tadi!", ucap Biru dengan antusias dan menahan kegemasan nya untuk tidak menyentuh pipi merah muda itu yang masih tertidur lelap.
"KAU BERCANDA!! Kenapa kau bawa dia kesini hah?!", marah Delon saat mengetahui sesuatu yang di bawa Biru adalah seorang bayi perempuan.
"Aku tidak tega, nanti dia kehujanan dan kedinginan, jadi aku bawa dia kesini dan kita akan merawatnya bersama-sama!", jelas biru dengan antusias nya sambil mencium pipi lembut milik bayi perempuan itu.
"Malaikat katamu!! Kau tidak bisa berpikir atau apa?! Kita itu udah susah! Dan kau ingin merawat bayi yang keperluannya sangat banyak itu!", ucap Delon dengan emosi.
"Bawa pergi bayi itu dari sini, lebih baik kau taruh di panti asuhan saja!", mendengar ucapan Delon membuat Biru menggeleng tidak terima.
"Tidak akan! Apa kau tidak kasihan dengan bayi ucul ini?! Dia juga di tinggalkan sama seperti kita!!", Biru yang biasanya tenang kini tersulut emosi dan berucap dengan keras hingga membuat buntalan di tangannya terganggu dan menangis.
"Oekkkkk! Wawawaawaaa oekkkkkk", Biru kembali tersadar dan menenangkan bayi mungil itu agar kembali tertidur, tapi sayangnya itu tak berhasil.
"Nang Ning Ning Nang ouy! Gadis manis jangan lah sering nangis kalau nangis nanti tambah jelek?!", senandung Biru yang membuat bayi itu terdiam sejenak.
Tapi tak lama kemudian, bibir mungil bayi itu melengkung ke bawah dan semakin mengeluarkan tangisan yang cukup nyaring.
"Uwaaaaaaaaa awawawawaw! Eng! Eng!", tangisan si kecil itu semakin menjadi, apalagi saat ini tangan mungilnya terangkat ke atas dan terkepal yang seolah-olah seperti ingin meninju wajah Biru yang mengejeknya tadi.
"Eng! Eng! Uwaaaa!", kal ini semakin membuat Biru kelimpungan. Apa yang harus ia lakukan?
"Lihat kan? Kau bahkan kebingungan menenangkan nya!", cibir Biru yang sedari tadi hanya diam tanpa ada niat membantu Biru sedikit pun.
"Diem kalo cuma mau nyinyir!", ucap Biru dan menuju meja kecil untuk menuangkan air ke dalam cangkir usang dan mengambil sendok.
"Ututututu! Aya lapar ya?! Nih kakak suapin!", ucap Biru sambil terkekeh saat menyebut dirinya kakak. Ia dengan telaten dan hati-hati menuangkan air dari sendok agar si bayi tidak merasa kehausan dan berhenti menangis. Dan benar saja bayi kecil itu berhenti menangis dan terus menatap gerakan sendok yang di pegang Biru dengan mata bulat indahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis 271 T
Teen FictionSeorang gadis dengan julukan 271 T di mata keluarganya ternyata tidak menyadari sebutan itu. Gadis polos yang sebatang kara itu hidup dengan kesendirian setelah dirinya di rebut paksa dari orang-orang yang menyayangi nya dengan setulus hati, tanpa a...