10. BP [ Sepuloh ]

49 4 0
                                    

Monggo, divote dulu✌🏻😁

👁👁
Busung_Pocong

***

Karena sudah beberapa hari warungnya tidak laku, Narsih memutuskan untuk tidak jualan. Sepulang subuhan dari masjid, dia berjalan menuju pos kamling yang mana digunakan untuk berjualan sayuran.

Dari jauh lapak sayur tersebut sudah banyak ibu-ibu yang berdesakan. Pemilik lapak adalah Endang, anak dari Mbok Nur. Dia juga teman sekolah Narsih, mereka tidak terlalu dekat. Namun, ketika Narsih melihat Endang pun, dia tidak segan untuk menyapa.

"Kangkungnya habis, to, En?"

Endang tampak tidak menggubris pertanyaan Narsih, gadis itu sibuk meladeni beberapa ibu-ibu yang membayar belanjaannya.

Narsih memaklumi, meskipun dia berada di dekat Endang melihat temannya yang sibuk dia pun beralih ke sayuran lain.

Dia mengambil buncis yang sudah dibungkus, wortel, tempe juga sekeranjang pindang.

"Endang," panggil Narsih lagi.

Mirah mendengar Narsih memanggil Endang, tetapi tidak digubris oleh gadis itu. Agak jengkel dia menatap anak Mbok Nur lalu berkata, "Ndang, dipanggil Narsih sejak tadi, tuh, masa ndak dengar!"

Endang menatap Mirah, kemudian beralih ke Narsih. "Eh, kamu manggil aku, Nar? Maaf, yo, aku ndak dengar."

"Ndak apa-apa, ini aku mau tanya, pindang sekeranjang berapa?"

Endang menunjuk keranjang ikan pindang yang dibawa Narsih. "Itu lima ribu, yang besar isi dua tujuh ribu."

"Oh, yo, wes, Aku ambil ini, yo, sama ini," kata Narsih sembari menyerahkan sayuran yang dibeli.

"Ini saja?"

Narsih mengangguk, tidak menunggu lama Endang menyerahkan belanjaannya sembari menyebutkan total.

Setelah berbelanja Narsih pulang, berjalan santai sembari menghalau hawa dingin yang cukup menusuk. Sampai di depan toko haji Ilyas, tampak Irul tersenyum menyapa.

"Habis belanja, Nar?"

"Enjeh, Mas," jawab Narsih membalas senyuman Irul.

"Narsih!"

Narsih menoleh ke belakang, dia melihat Wati berjalan mendekat sembari membawa tas belanja.

"Mbak Wati dari pasar, jalan kaki, to?"

"Endak, tadi diantar Cak No, dia mampir ke rumah temennya. Tumben kamu ndak ke pasar?" tanya Wati kembali.

"Endak," sahut wanita itu. "Lagi males aku hari ini, Mbak."

"Oalah, ndak popo leren sek diluk, eh disambi melaku, ayo," ajak Wati.
(Gak apa-apa istirahat dulu sebentar, sambil jalan, ayo)

Narsih mengangguk, sebelum pergi dia memerhatikan Irul yang sibuk dengan burung peliharaan. "Monggo, Mas Irul."

"Oh, iya, Nar."

Wati ikut memerhatikan anak haji Ilyas, lalu kembali melihat Narsih. "Sejak kapan kamu dekat sama Irul?"

"Maksud Mbak Wati opo, to?"

"Ya, ndak apa-apa, cuma tumben saja kamu nyapa Irul," ungkap Wati.

"Biasa saja, to, Mbak. Lagian Simah 'kan temenku, dulu waktu sekolah aku sering main ke rumahnya jadi, yo, kenal."

"Loh, kamu sama Simah konco sekolah, to?"

"Enjeh, dari Ibtidaiyah sampai sanawiyah," jawab Narsih santai.

***

Suasana cepat berubah, gelapnya subuh telah tergantikan dengan pesona mentari yang terang menerobos sela pepohonan. Irul sejak tadi masih sibuk dengan burung-burung peliharaannya.

Setelah membersihkan kotoran, dia kemudian membawa ketiga sangkar untuk di letakkan di dahan pohon jambu.

Di tangannya siap semprotan yang berisi air, memandikan burung biasa Irul lakukan seminggu dua kali.

Tampak burung-burung tersebut lincah menggerakkan badannya sembari berkicau, menerima bulir-bulir air yang disemprotkan majikannya dengan senang hati.

Simah berjalan mendekat, dia berhenti di belakang Irul sembari memanggil lelaki itu. "Mas."

"Opo," jawab Irul tanpa menoleh.

"Aku minta, Sampean jangan dekat-dekat sama Narsih."

Mendengar itu Irul menghentikan kegiatannya sejenak, menoleh ke samping memerhatikan adiknya yang tampak mengerutkan kening.

"Sek, balenano olehmu ngomong."
(Sebentar, ulangi apa yang kamu katakan)

Simah mendengkus, dia pun kembali berkata dengan menekan setiap perkataannya. "Ojo idek-idek Narsih! Aku ndak sudi sampean seneng karo bocah kui."
(Jangan mendekati Narsih, aku tidak sudi kamu suka sama dia)

Setelah mengatakan itu, Simah masuk ke toko. Kebetulan sekali ada Wati yang baru saja memanggil dirinya.

***

👁👁
Busung_Pocong

Busung Pocong || Ketika Narsih Dipaksa Melakukan Sumpah PocongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang