Tak jauh dibelakang kastil, sekelompok prajurit berdiri tegap, mata mereka menyapu sekeliling dengan waspada. Dinginnya udara tidak mengurangi kewaspadaan mereka, terlebih ketika suara roda kayu yang berdecit memecah keheningan.
Dari balik kabut tipis, sebuah kereta kuda muncul, bergerak perlahan di sepanjang jalan berbatu yang menuju kastil. Namun, ada sesuatu yang janggal.
Para prajurit segera menyadari bahwa kereta tersebut mencoba menerobos masuk ke dalam kastil lewat gerbang belakang. Gerak-gerik ini membuat mereka waspada, dan mereka segera mengepung kereta itu dengan senjata terhunus.
Prajurit-prajurit itu mendekati kereta dengan hati-hati, berusaha tidak mengundang perhatian yang tidak perlu.
Pemimpin mereka, seorang kapten berpengalaman, melangkah maju dan memerintahkan kereta untuk berhenti.
"Berhenti! Siapa kalian dan apa tujuan kalian mencoba masuk lewat gerbang belakang kastil?" seru kapten itu dengan suara keras dan tegas.
Kusir kereta menghentikan kendaraannya dengan tergesa-gesa. Pintu kereta terbuka perlahan, dan dari dalam keluarlah ibu dan saudara laki-laki Eleonora, wajah mereka penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan.
Sang ibu, Lady Octavia, melangkah maju dengan tangan terangkat, mencoba menunjukkan bahwa mereka tidak membawa ancaman.
"Kami keluarga Eleonora Octavia," ujar Lady Octavia dengan suara penuh kekhawatiran. "Putri kami, Eleonora, diculik dan dibawa ke dalam kastil ini. Kami hanya mencoba untuk menemukannya dan membawanya pulang."
Kapten itu mengernyitkan dahi, menimbang kata-kata Lady Octavia. "Bagaimana kalian bisa yakin bahwa putri kalian ada di sini? Kastil ini dijaga ketat, dan tidak sembarang orang bisa masuk."
"Kami melihat prajurit membawa Eleonora ke dalam istana ini. Kami tidak akan pergi sampai kami menemukan adik kami."
"Baiklah," tuturnya akhirnya. "Aku akan mengirimkan pesan ke dalam istana untuk membenarkan cerita kalian. Sementara itu, kalian harus menunggu di sini."
Lady Octavia mengangguk dengan cemas, sementara Henry tampak gelisah tetapi setuju untuk menunggu. Kapten itu memberi isyarat kepada salah satu prajuritnya untuk pergi dan mengirimkan pesan ke dalam. Prajurit tersebut segera berlari, menghilang di balik gerbang besar.
Saat prajurit itu hendak menyampaikan pesan kepada raja, Pangeran Alaric melihat prajurit itu nampak tergesa-gesa. Alaric menghentikannya dan bertanya, "Ada apa? Mengapa kau terlihat begitu terburu-buru?"
"Ada beberapa orang yang mengaku sebagai keluarga dari Eleonora Octavia. Mereka ingin bertemu dengan Raja Edmund untuk mencari putri mereka," ucapnya sambil membungkuk.
Mendengar nama Eleonora disebut, mata Alaric membulat. Sebuah senyum perlahan mengembang di wajahnya. Ia melihat peluang untuk mempermainkan situasi ini sesuai rencananya sendiri.
"Bawa mereka ke penjara bawah tanah," perintah Alaric dengan suara tegas.
"Tapi, Yang Mulia, mereka adalah keluarga dari-"
"Aku tahu siapa mereka. Ikuti saja perintahku. Aku punya rencana yang lebih besar untuk mereka."
Prajurit itu ragu sejenak, namun kemudian mengangguk patuh. "Baik, Yang Mulia. Akan saya laksanakan."
Dengan perintah dari Alaric, prajurit-prajurit lainnya segera mengarahkan keluarga Eleonora ke penjara bawah tanah. Lady Octavia, Hanry, dan Tristan merasa bingung dan cemas saat mereka dibawa ke tempat yang gelap dan dingin ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love letter Eleonora || Tamat
FantasyEleonora Octavia, gadis cantik jelita dengan hati suci, tak pernah menyangka hidupnya akan terjerat dalam pusaran cinta terlarang. Kehidupannya yang sederhana dan damai seketika sirna saat ia diculik para prajurit istana dan dipaksa menjadi selir sa...