Angin malam berhembus melewati jendela yang terbuka, membawa kesejukan yang merayap perlahan ke dalam ruangan. Di dekat jendela, seorang gadis cantik terduduk sambil mengalunkan nyanyiannya, suaranya lembut dan merdu.
Eleonora memandangi rembulan yang menggantung di langit malam, matanya penuh dengan kerinduan. Rasanya ia ingin terbang, melepaskan diri dari segala beban yang menghimpitnya, setelah melewati hari yang panjang.
Suara langkah kaki di lorong mengaburkan pandangannya sejenak. Ketika pintu terbuka, Pangeran Alaric segera berjalan mendekat.
Ia terhenti, terkesima melihat Eleonora yang nampak begitu mempesona dalam cahaya rembulan. Dalam sekejap, Alaric merasa seperti melihat dewi yang turun ke bumi. Keindahan dan kelembutan Eleonora adalah alasan mengapa ia jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Eleonora," panggil Alaric dengan suara rendah, suaranya penuh kekaguman.
Eleonora berbalik perlahan, melihat Alaric dengan tatapan yang sulit ditebak.
"Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu, Eleonora. Kau adalah bintang di malam gelapku, dan aku ingin kau selalu di sisiku."
Eleonora menundukkan kepalanya, menyembunyikan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. Ia tahu bahwa di balik kata-kata manis Alaric, ada obsesi yang mengikatnya seperti rantai yang tak terlihat.
"Tapi kau harus mengingat," lanjut Alaric dengan nada yang lebih serius, "hanya aku yang boleh menikmati keindahan ini. Jangan biarkan orang lain melihatmu seperti ini. Senyum dan suaramu, itu hanya untukku."
Eleonora mengangguk pelan, merasa semakin terjebak dalam jerat Alaric. "Baik, Yang Mulia," jawabnya dengan suara yang nyaris berbisik.
"Eleonora, aku ingin mendengar suaramu memanggil namaku," ucapnya dengan suara lembut.
"Panggil aku, Alaric."
Eleonora menatapnya sejenak, merasa ragu. Namun, ia tahu bahwa menolak permintaan Alaric hanya akan menambah masalah. Dengan suara pelan, ia mengucapkan, "Alaric."
Senyum puas terukir di wajah Alaric. "Sekali lagi," pintanya, suaranya terdengar lebih lembut kali ini.
"Alaric," ucapnya sekali lagi.
"Begitu indah, Eleonora. Suaramu adalah musik di telingaku." Alaric meraih tangan Eleonora dan menggenggamnya dengan lembut.
"Aku ingin kau selalu memanggil namaku seperti itu, hanya untukku."
Eleonora merasakan sentuhan hangat di tangannya, namun ia tidak bisa mengusir rasa dingin yang menjalar di hatinya.
Alaric mendekat, menatap dalam ke mata Eleonora. "Ingat, Eleonora, kau adalah milikku. Dan aku akan memastikan kau selalu berada di sisiku," ucapnya.
Eleonora hanya bisa mengangguk. Namun, tiba-tiba Eleonora teringat sesuatu yang sangat penting. Dengan keberanian yang tersisa, ia memberanikan diri untuk berbicara. "Alaric," panggilnya pelan, matanya menatap penuh harap.
Alaric mengangkat alisnya, tertarik. "Ada apa, Eleonora? Katakan saja, apapun itu."
"Aku ingin meminta sesuatu," ujarnya perlahan.
"Aku ingin keluargaku dibebaskan. Aku tidak bisa tenang jika mereka terus ditempatkan di penjara bawah tanah seperti itu."
Mendengar permintaan Eleonora, ekspresi Alaric berubah sejenak. Ada sedikit kekakuan di matanya, namun ia segera menutupinya dengan senyum tipis.
"Keluargamu, ya?" gumamnya. "Kau sangat peduli pada mereka."
"Mereka adalah segalanya bagiku. Tolong, bebaskan mereka. Itu satu-satunya yang aku minta."

KAMU SEDANG MEMBACA
Love letter Eleonora || Tamat
FantasyEleonora Octavia, gadis cantik jelita dengan hati suci, tak pernah menyangka hidupnya akan terjerat dalam pusaran cinta terlarang. Kehidupannya yang sederhana dan damai seketika sirna saat ia diculik para prajurit istana dan dipaksa menjadi selir sa...