Pagi yang cerah, Hazel tersenyum lebar melihat mobil Dewa terparkir rapi di halaman rumahnya. Dengan semangat, ia berjalan menghampiri lelaki itu. "Cepet banget, aku bilang agak siangan juga nggak apa-apa," ucap Hazel, mencoba menahan rasa gembiranya.
"Nggak tau, gue bangun kesubuhan tadi," jawab Dewa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia pun merasa heran, biasanya Dewa adalah tipe orang yang bangun siang. Mungkin rasa semangatnya untuk hari ini yang membuatnya terbangun lebih awal.
Di dalam mobilnya sudah penuh dengan bahan makanan pokok dan berbagai snack yang siap dibagikan kepada semua anak panti di sana. Hazel tampak sangat riang, matanya berbinar-binar, dan ia tidak sabar untuk bertemu dengan mereka. "Gak sabar deh, pengen lihat senyum mereka!" serunya penuh semangat.
Hazel sangat berterima kasih kepada Dewa. Sebenarnya, bahan makanan yang mereka bawa tidak sebanyak ini untuk disumbangkan. Ia tidak menyangka bahwa Dewa akan berkontribusi lebih banyak. Selama ini, Hazel sudah mempersiapkan uangnya dengan penuh harapan untuk membantu anak-anak panti, tetapi Dewa dengan tulus menambahkan lebih banyak sumbangan tanpa diminta. Hal itu membuat hati Hazel bergetar, dan ia semakin klepek-klepek dengan sikap Dewa yang baik hati.
Sebelum berangkat, Dewa dan Hazel mengecek satu per satu barang-barang yang mereka butuhkan. Mereka memastikan semuanya sudah siap dan tidak ada yang tertinggal. "Kita harus pastikan semua berjalan lancar," kata Dewa, sambil tersenyum penuh percaya diri.
Setelah sampai di panti asuhan, mereka disambut hangat oleh Bu Mirna, pengelola panti yang selalu siap menyambut para dermawan. Ibu itu tersenyum lebar, wajahnya bersinar dengan kebahagiaan. Hazel dan Dewa lalu menyalami Bu Mirna, merasakan kehangatan dan rasa syukur yang mengalir di antara mereka.
"Terima kasih sudah datang, anak-anak pasti sangat senang melihat kalian," kata Bu Mirna dengan suara lembut. Hazel dan Dewa merasa terharu, menyadari betapa besar makna dari setiap sumbangan yang mereka berikan dan betapa pentingnya kehadiran mereka bagi anak-anak di panti tersebut.
Bagian depan panti sudah di hiasi dengan balon-balon seadanya, Meja-meja kecil sudah tersusun rapi dengan taplak bunga yang menghiasi dan di susun memanjang untuk menyusun kue hasil buatan bu Mirna.
Kue yang lumayan cukup besar itu bertuliskan happy birthday. Mereka juga sekalian hendak merayakan tiga orang anak yang sedang berulang tahun.
Semua anak sudah memakai baju terbaik mereka. Meski baju-baju itu dari hasip donatur dan dari pemberian orang-orang, tapi tidak ada yang mampu untuk menghentikan wajah-wajah ceria itu.
"Kakak peri," Panggil seorang anak laki-laki yang berlari ke arah Hazel. Ia menyalami Hazel juga Dewa. Senyumnya terpancar, Hati Hazel sungguh riang melihat hal itu.
Dia bernama langit. Salah satu anak yang berulang tahun hari ini, dia dititipkan di panti asuhan karena kejadian kecelakaan yang menewaskan kedua orangtuanya, tanda luka yang dalam di kepala langit menjadi pertanda dengan adanya kejadian tersebut.
Hazel lalu menurunkan badannya untuk menyakan tinggi dengan anak berumur 6 Tahun itu. "Langit apa kabarnya?" tanya Hazel.
Mereka sepertinya memang sudah lama kenal, pikir Dewa. Karena memang tampak seperti kakak adik yang saling menyayanhi. Dan ketika baru sampai pun anak laki-laki itu yang menunjuk-nunjuk ke arah mobil mereka dan terlihat keriangan.
Dewa yang melihat mereka bercanda-canda lalu ia sembari membawa barang-barang yang ada di mobil keluar di bantu satpam dan ibu mirna tadi. Kedatangan mereka disambut dengan baik dengan anak-anak panti mereka terlihat sangat bahagia dan merindukan Hazel yang sudah lama tidak berkunjung ke panti mereka.
"Nggak usah. Lo temenin mereka aja disana. Biar gue sama yang lain angkat barang-barangnya." Perintah Dewa saat melihat Hazel hendak membantj mereak, dan hanya diangki saja oleh gadis itu.
"Hazel," Sapuan lembut terasa di bahunya. "Kamu sudah makan?"
"Sudah kok buk."
Bu mirna tersenyum hangat. "Gimana kabar kamu, nak? Ibu kangen banget kamu sudah lama tidak kesini. Anak-anak juga nanyain kamu mulu."
"Hehe, Hazel baik-baik aja. Masih barusaha buk, do'ain ya." Bu mirna lantas memeluk Hazel, mendoakan semua yang terbaik untuk gadis cantik itu.
Sembari menunggu mereka mengobrol dengan canda tawa untuk menghasilkan suasana yang meriah. Hazel sedang tidak ingin membicarakan soal dirinya, ia ingin melihat kebahagian yang ada di sekitarnya seperti sekarang.
Setelah semuanya tersusun rapi. Setelah semuanya tersusun rapi, mereka memulai untuk membuka acaranya. Hazel duduk berdampingan dengan anak-anak disana, terutama langit, ia tidak ingin jauh dari Hazel.
Yang Dewa lakukan saat ini membantu menyusun dan kadang-kadang ia juga menjadi pembawa acara. Tak tau kenapa hati lelaki itu terasa begitu penuh, rasanya tak pernah merasakan kebahagian seperti ini.
Mulai dari kata sambutan, ucapan terimakasih, meniup lilin dan penutupan sudah berjalan dengan lancar.
"Ibu sama anak-anak mau bilang terimakasih banyak atas acara yang buat. Berkat bantuan kalian anak-anak merasa senang, makasih atas bantuannya juga ya nak."
"Saya juga ikut seneng bu, bisa membantu." Mereka kemudian terlihat omongan ringan beberapa saat, sesekali Hazel menatap ke arah Dewa. Merasa senang melihat cowok itu yang tampak terbuka disini. Awalnya Hazel pikir Dewa tidak akan mau untuk datang kesini lagi. Namun hal itu salah, Dewa berkata mungkin ia akan sering berkunjung ke sini nanti, Dewa yang memang kudet seperti hal itu malah tidak tau jika boleh ada acara seperti ini.
Suara anak-anak panti yang sedang bermain di teras terdengar. Mereka berkumpul memainkan sisa balon dan hiasan tertas, ada juga yang langsung membuka snak mereka dan langsung melahapnya. Hazel tertawa melihat itu, mereka sangat menggemaskan, pikirnya.
Melihat mereka, Hazel merasa bersalah karena kadang ia juga sering mengeluh dengan kehidupannya, namun lihatlah anak-anak disini. Mereka ada yang lumpuh dan tidak memiliki orang tua sejak lahir ada juga yang memang sengaja di telantar oleh orang tuanya. Namun, mereka masih memcarkan kebahagian dan senyuman dengan tulus.
"Kamu tau? Panti asuhan seperti ini sebenarnya sulit untuk bertahan."
"Kenapa?" tanya Dewa seraya menatap Hazel lekat."Kamu lihat Kala? Anak kecil berbaju biru itu?" Dewa memgangguk.
"Dia berkebutuhan khusus, di biarin sama orang tua disini, bahkan dia sendiri nggak tau orang tuanya yang nama, siapa. Tapi harapannya selalu ada, dia memandang kekurangannya dengan syukur." Yaa, Dewa sedari tadi juga tak melepas pandangannya dari anak yang memakasi kursi roda itu, ia tertawa tak tampak kesedihan saat pertama kali dewa datang sampai saat ini. Tawanya seperti menukar ke anak-anak yang lain.
Dewa yang duduk di samping Hazel hanya menatap dan mendengarkan apa yang gadis itu ceritakan. Selama Hazel bercerita, salama itu juga Dewa memandang wajah cantik itu, ia tak pernah bosan melihat Hazel yang cantik.
Tiba-tiba, beberapa anak menghampiri mereka dengan wajah ceria, membawa dua kotak yang dibungkus dengan kertas kado berwarna-warni. Hazel yakin bahwa mereka yang membuatnya sendiri, karena tampak tidak terlalu rapi, namun justru itu yang membuatnya semakin manis. Dewa tertawa melihat betapa menggemaskannya mereka saat memanggil Hazel dengan sebutan "kakak peri."
Dewa dengan senang hati menerima bungkusan tersebut. "Ini buat kalian dari kami. Terima kasih ya, kakak peri dan kamu," ucapnya sambil menunjuk ke arah Dewa. Kebingungan.
"Namanya Om Tarzan," ucap Hazel sambil tertawa, melihat ekspresi Dewa yang sedikit terkejut mendengar sebutan itu.
"Ohh, Om Tarzan. Terima kasih ya, kami senang banget dapat jajanan sama baju baru ini," kata anak-anak dengan penuh semangat, wajah mereka bersinar ceria.
"Sama-sama," jawab Dewa, tersenyum lebar.
Setelah itu, mereka semua berkumpul dan mulai bermain permainan tradisional yang dikenal dengan nama ampar-ampar pisang. Namun, ada konsekuensi menarik jika kalah, yaitu harus melakukan hukuman lucu yang membuat anak-anak semakin terhibur.
Satu per satu, anak-anak bergantian bermain, dan suasana semakin meriah dengan sorakan dan tawa. Hazel dan Dewa melihat betapa bahagianya mereka, dan hati mereka dipenuhi rasa syukur bisa menjadi bagian dari momen indah ini. Setiap tawa dan senyuman anak-anak menjadi pengingat akan pentingnya kebahagiaan dan kebersamaan, meskipun dalam keadaan yang sederhana.
![](https://img.wattpad.com/cover/325074547-288-k597541.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
9 Eternity
Random"Dan bodohnya gue jatuh cinta sama orang yang udah mau mati." ••• Hazel tanaya.... Gadis cantik berwajah pucat. Cerdik, namun picik. Memanfaatkan seorang demi mendapatkan kekuasaan dalam dirinya, dengan cara apapun. Tapi... Bagaimana jika dia melaku...