di rumah kakek

34K 106 5
                                    

Bus yang Ana tumpangi bergerak lambat menyusuri tanjakan di lereng gunung Ceremai. Setelah perjalanan kira-kira empat jam, Ana mulai merasakan kelelahan. Kulitnya yang eksotis berkilau sedikit oleh keringat, pakaian sederhana yang dikenakannya memperlihatkan lekuk tubuhnya yang seksi. Rok mini jeans dan atasan ketat tanpa lengan menonjolkan payudaranya yang montok dan kencang.

Ana melirik ke luar jendela, menikmati pemandangan hijau yang kini semakin dekat dengan tujuannya. Sesekali, dia merasa beberapa penumpang lelaki melirik ke arahnya, mata mereka tak bisa lepas dari paha mulusnya yang terbuka setiap kali dia mengganti posisi duduk.
Setibanya di desa, Ana turun dari bus dengan tas ranselnya. Dia berjalan kaki menuju rumah kakeknya, yang terletak di ujung desa. Jalanan desa yang berbatu dan sedikit berlumpur membuat langkahnya harus hati-hati, tetapi ini tak mengurangi keanggunannya.

Rumah kakeknya tampak sederhana dengan dinding kayu yang sudah mulai lapuk. Ana mengetuk pintu. Tak lama, kakeknya yang berumur 63 tahun membuka pintu. Wajahnya terlihat sangat gembira melihat cucunya yang cantik dan seksi itu datang mengunjungi.

"Ana! Sudah lama kakek tidak melihatmu. Masuklah," sapa kakek dengan suara seraknya.

Ana memeluk kakeknya dengan hangat. "Kakek! Ana kangen sekali," ucapnya sambil tersenyum.

Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Di dalam, suasana rumah terasa sepi dan sederhana. Kakek menunjukkan kamar Ana. Ana meletakkan tasnya di samping tempat tidur dan melihat sekeliling kamar, mencoba merasa nyaman di tempat baru ini.

"Kamu pasti lelah setelah perjalanan panjang, Nak. Istirahatlah dulu. Nanti kita bicara banyak," kata kakek, meninggalkan Ana sendiri di kamarnya.

Ana mengangguk, kemudian membuka pakaiannya satu per satu, berdiri hanya dengan pakaian dalam. Dia merasa lelah dan memutuskan untuk mandi. Berjalan ke kamar mandi, dia melepas bra dan celana dalamnya, tubuh telanjangnya terpantul di cermin, memperlihatkan payudaranya yang besar dan kencang serta pinggulnya yang lebar.

Air hangat dari shower membasahi tubuhnya, mengalir turun dari kepala hingga ke seluruh bagian tubuhnya yang sensual. Ana memejamkan mata, menikmati sensasi air yang mengalir di antara payudaranya, menuruni lekuk pinggangnya yang ramping, dan akhirnya ke daerah intimnya yang sudah mulai terasa hangat.

Setelah mandi, Ana mengenakan pakaian yang lebih nyaman dan bersiap untuk menghabiskan waktu bersama kakeknya, berbicara, tertawa, dan menikmati waktu bersama selama liburan kuliahnya di desa yang tenang dan damai ini.

=====
Malam itu, suasana di meja makan rumah Kakek Sugiono terasa nyaman dan hangat. Ana dan kakeknya duduk berhadapan, di antara mereka terhampar hidangan sederhana dari ikan bakar dan sayuran. Cahaya lampu temaram menyinari wajah mereka berdua, menambah intim suasana pembicaraan.

"Ana, ingat tidak dulu waktu kita sering main di sungai kecil dekat sini?" tanya kakek sambil menyuapkan nasi ke mulutnya yang sudah tampak berkeriput oleh waktu.Ana tersenyum lebar, matanya berbinar-binar mengingat masa kecilnya. "Iya, Kek, Ana ingat sekali. Seru banget. Ana suka banget berenang dan bermain air di sana," jawabnya sambil mengunyah makanannya dengan gembira.

"Tempat itu sekarang masih bagus, lho. Airnya jernih dan sejuk. Mungkin besok kita bisa jalan-jalan ke sana," usul kakek dengan nada menggoda.

Ana tertawa kecil, "Aduh, seru juga nih, bisa nostalgia ke sana lagi."

Mereka berdua kemudian terlarut dalam obrolan tentang kenangan lama, sambil sesekali kakek memandangi Ana dengan tatapan yang berbeda. Mata tuanya itu seolah menyimpan ribuan kata yang tak bisa diucapkan, namun penuh dengan kekaguman terhadap kecantikan yang sekarang sudah matang dari Ana.

Selesai makan, Ana membantu mengangkut piring ke dapur. Kakek mengikuti dari belakang, matanya tidak lepas dari punggung Ana yang lentik, terbalut kaos ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang terbentuk sempurna. Ana, yang menyadari pandangan itu, hanya tersenyum malu dan berusaha mengalihkan pembicaraan.

ana dan kakek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang