Yuk dilanjut... agak panjang ini ya.... hehe...
Pagi itu, ketika fajar masih menyisakan semburat oranye di langit Jakarta, Gita sudah terjaga. Kamar mereka yang semalam penuh dengan desahan kenikmatan kini dipenuhi dengan kesibukan pagi. Dengan cepat dan cekatan, Gita mulai merapikan barang-barangnya. Dia membuka lemari dan mengambil beberapa set pakaian, pakaian dalam yang menarik, dan beberapa perlengkapan lain yang dia rasa akan diperlukan.
Semua barang tersebut dimasukkannya ke dalam koper berukuran sedang berwarna silver miliknya. Gita menutup koper dengan kuat, memastikan semua keperluannya sudah terkemas rapi.
Di sisi lain kamar, Rahman, yang sudah bersiap akan berangkat kerja, mengenakan kemeja biru muda dan celana bahan hitam yang membuatnya tampak rapi dan profesional. Walaupun masih merasa agak lelah dari aktivitas semalam, ia berusaha untuk terlihat segar dan siap untuk hari yang baru.
"Gimana, Sayang, aku keliatan cukup oke kan untuk hari ini?" tanya Rahman sambil berdiri di depan cermin, mengatur dasinya.
Gita, yang kini juga siap dengan pakaian perjalanannya, mengenakan celana leggings ketat warna cream, menampakkan bongkahan bokong, lekuk kaki serta ”cameltoe” yang sempurna. Sementara untuk atasannya Gita mengenakan t-shirt ketat warna hitam yang membentuk dadanya yang bulat menantang. Dia mendekati Rahman, memperhatikan penampilan suaminya dengan mata yang berbinar-binar. "Sayang. Kamu kelihatan ganteng banget! Pasti banyak yang naksir nih di kantor," godanya sambil tangannya dengan nakal menyelusup ke dalam celana Rahman, meremas kontol suaminya yang mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Rahman tersenyum, merasakan sentuhan istrinya yang penuh arti, "Haha, stop Git, aku harus ke kantor sekarang. Kamu juga jangan nakal-nakal ya di perjalanan." Rahman menepuk tangan Gita lembut, mencoba mengalihkan perhatian dari tindakan nakal istrinya itu.Mereka berdua tertawa, dan dengan ciuman singkat tapi penuh makna, mereka berpisah untuk memulai hari. Gita mengambil kunci mobil dan koper, berjalan menuju pintu rumah. Dia berhenti sebentar, menoleh sekali lagi ke arah suaminya yang kini sudah siap berangkat, "Doakan perjalanan aku lancar ya, Sayang."
Rahman mengangguk, "Pastinya, Git. Hati-hati di jalan, ya. Nanti malam telepon aku."
Gita mengangguk dan dengan langkah yang penuh semangat, dia berjalan menuju mobilnya, meletakkan kopernya di bagasi, dan menyerahkan diri ke dalam kursi pengemudi. Dengan hati yang berdebar karena rencana yang sudah tertata rapi di benaknya, dia menyalakan mesin mobil dan perlahan meninggalkan rumah menuju lereng Gunung Ceremai tempat ia dibesarkan dididik oleh ayahnya dulu.
===
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, Gita akhirnya tiba di halaman rumah ayahnya di lereng Gunung Ceremai. Panas matahari sudah cukup terik, tapi semangat Gita tidak sedikit pun luntur. Begitu mobilnya berhenti, dia segera melihat dua sosok yang sudah lama ditunggu-tunggunya, yaitu kakek dan Ana yang berdiri di teras rumah menunggunya.
Kakek, yang seusianya sudah cukup tua, masih terlihat gagah dalam balutan kemeja lengan pendek dan celana kolornya. Senyumnya lebar saat melihat Gita keluar dari mobil. Ana, di sampingnya, hanya mengenakan kaos oblong dan celana hotpants memperlihatkan lekuk kakinya yang jenjang.
"Selamat datang putriku, Gita! Kamu makin cantik aja!" seru kakek sambil berjalan mendekati Gita. Matanya tidak bisa berpaling dari pakaian Gita yang sangat menggoda, leggings ketat itu seperti mengukir setiap lekuk tubuh Gita dengan sempurna.Gita tersenyum mendengar pujian itu, "Ah, Ayah, kamu ini bisa aja deh. Lama nggak ketemu kok malah godain aku," kata Gita dengan nada manja. Kakek mendekat, dan tanpa ragu, tangannya meluncur ke pinggang Gita, kemudian turun ke arah pantatnya yang terbungkus ketat oleh leggings cream.
KAMU SEDANG MEMBACA
ana dan kakek
Romancebercerita tentang pengalaman seorang gadis bernama ana dan sang kakek