Hazel yang sedang membaca novel di halaman rumahnya itu cekikikan sendiri lantaran buku yang ia baca membuat seakan banyak kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya, novel itu adalah hadiah pemberian Dewa beberapa hari lalu.
Hazel teramat bahagia ketika Dewa tiba-tiba membawa novel yang sudah sangat ia dambakan, dan sekarang ia sedang menikmati setiap kata yang tertulis disana. Ntah lah Hazel tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat membaca novel, semuanya campur aduk menjadi satu. Intinya Hazel merasa sangat senang... "Akhhh, makasih ya kak Dewa."
"Kamu bakalan jadi list anak-anak aku yang selanjutnya, selamat bergabung ya," ucapnya berbicara pada buku itu sembari mengelusnya. Hazel ini memang suka mengoleksi buku-buku, terutama novel, benda itu sudah Hazel anggap sebagai anak-anaknya sendiri yang ia rawat sepenuh hati.
Ditengah kegembiraannya Hazel tersentak lantaran seseorang menepuk pundaknya. Badannya membeku kala melihat siapa yang tersenyum ke arahnya, buku novel itu menutupi wajahnya, jujur saja Hazel takut ia menggenggamnya erat-erat.
"K-kak Lauren," ucapnya berusaha menutup rasa takutnya. Jujur saja, Hazel masih trauma dengan kejadian beberapa minggu yang lalu. Ia takut akan ancaman yang Lauren berikan, bayangan itu terus menghantuinya.
"Hai," Lauren tersenyum, seketika bulu kuduk Hazel berdiri, seperti sedang bertemu dan mendengar suara setan yang bahkan lebih menyeramkan. "Apa kabar?" tanyanya dengan nada yang terdengar santai, tetapi Hazel merasakan bulu kuduknya berdiri seketika.
Hazel mencoba untuk tetap tenang, meskipun jantungnya berdebar kencang.
"Baik," jawabnya pelan, berusaha menghindari tatapan tajam Lauren. Ia ingat betul bagaimana Lauren bisa berubah dari sosok yang akrab menjadi ancaman yang menakutkan. Dalam benaknya, kenangan itu kembali muncul, saat Lauren berusaha mengintimidasi dirinya dengan kata-kata pedas dan tindakan kerasnya.
"Rajin banget baca buku. Itu yang beliin Dewa ya?" Lauren bertanya sambil melangkah mendekat. Hazel meneguk ludahnya, tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya mengangguk dan berharap percakapan ini segera berakhir.
"Ehh, ngomong-ngomong lama juga ya lo hidup, kirain udah mati. bukannya kemaren sekarat?"
"Belum takdirnya," balas Hazel seadanya.
"Lo tersiksa kan hidup di dunia? Orang-orang sekitar lo juga pasti nganggap lo beban, walaupun nggak terucap sama mereka. Gemes deh gue, pengen ngilangin nyawa lo. Boleh nggak?" Wanita itu seakan geregetan dengan Hazel yang berada di hadapannya. kata-kata yang Lauren lontarkan itu benar-benar di luar nalar.
Hazel tak menjawab, memang tidak ingin meladeni Lauren, ia berniat pergi pulang menjauh dari perempuan gila itu.
Namun, belum saja dua langkah Hazel melangkahkan kaki, Lauren sudah menarik baju Hazel dengan tarikan keras. "Mau kemana lo, huh?"
"Ternyata nyali lo boleh juga ya. Gue suka." Gerakan lambat dari Lauren membuat Hazel mengambil napas panjang. Mengapa orang ini sangat menyeramkan?
"Mau kamu apa sih?" bentak Hazel, walaupun ia takut, tapi ia harus menghadapi sikap Lauren yang semena-mena kepadanya.
"Simple kok, kalo lo nanya gitu."
"Gue cuman mau lo jauhin Dewa. Dan kalo bisa, lo lenyap dari hadapan gue sekarang juga."
"Kamu bukan Tuhan yang ngatur-ngatur semau kamu. Jadi tolong stop ganggu aku," lawan Hazel tak terima dengan ucapan itu.
"Nggak bisa. Semua yang gue mau harus terjadi."
"Lepasin!" sentak Hazel tak suka Lauren yang semakin kuat memegang tangannya, kulit putih itu memerah.
"Gue mau bilang baik-baik sama lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
9 Eternity || END
Romance"Dan bodohnya gue jatuh cinta sama orang yang udah mau mati." ••• Hazel tanaya.... Gadis cantik berwajah pucat. Cerdik, namun picik. Memanfaatkan seorang demi mendapatkan kekuasaan dalam dirinya, dengan cara apapun. Tapi... Bagaimana jika dia melaku...