"Anak-anak, ayo makan!!" teriak lantang sang wanita yang berambut Cepol. Mendengar itu, kelima anak laki-laki tersebut berlarian ke arah meja makan.
"Wah! Ibu membuat sop daging sapi!" Seru anak berpipi tembam dengan matanya yang sipit.
"Aku tidak sabar, aromanya begitu menggoda indra penciumanku" ucap anak laki-laki yang berhidung mancung begitu tajam, mereka berdua begitu sibuk memuji masakan ibunya.
"Sudah cukup bicaranya, berdoa lah lalu makan tanpa ada suara" tegas anak laki-laki ber alis tebal.
Dia anak tertua, anak yang begitu tegas terhadap adik-adiknya. Seakan tersihir, mereka langsung berdoa dan makan tanpa bersuara.Semuanya hening, hanya ada dentingan sendok yang beradu dengan garpu di atas piring. Anak berkacamata dengan wajah yang dingin telah selesai makan kemudian, ia mencuci piring nya. Lalu, disusul oleh kakak tertuanya.
"Kak William!" Teriak anak berhidung mancung dari meja makan ,"kita jadi tidak battle game nya?!" Lanjutnya dengan lantang, kedua telapak tangan ada di sisi bibirnya.
Anak berpipi tembam itu langsung memukul pundaknya, "Setyo, jangan berteriak, nanti kak Surya marah" bisik nya dengan wajah yang cemas.
Setyo tersenyum dan memperlihatkan gigi rapinya, "maaf kak hakim, aku hanya ingin memastikan janji kakak kepada kita tentang game tadi" ucap Setyo sambil mengelus pundaknya.
"Jovian," panggil sang ibu. Ia menoleh saat hendak mencuci piring. Lelaki bermata rusa dengan kantung mata yang besar, serta senyuman yang manis begitu enak dipandang.
Ia menaruh piring itu di wastafel, lalu dia mendekati dirinya kepada sang ibu. "Ada apa ibu?" Nada tanya nya yang begitu lembut.
"Tolong berikan lauk ini kepada tetangga kita, nak" perintah sang ibu, jovian menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Jovian melangkahkan kakinya keluar dari rumah dengan baju kaos hijau dan celana pendek coklat.
Rumah jessa sangat dekat, hanya perlu melewati tiga rumah saja. Jovian berjalan sambil bersenandung kecil, langkahnya sudah berhenti tepat di depan pintu pagar rumah jessa.
"Jessa!" Teriaknya, pandangannya melihat sekeliling. Dengan sedikit berjinjit, matanya memandang pintu yang masih tertutup. Tidak lama kemudian, pintu itu terbuka dan menampakkan jessa dengan buku di tangannya.
"Apa?!" Sungut jessa dengan wajahnya yang datar, kedua alisnya bertaut dan mata kucingnya yang tajam. Kemudian, ia membukakan pintu pagarnya untuk jovian, walaupun dengan hati yang tidak ikhlas.
Jovian terkekeh, "ibu memasak sop daging sapi, ini untuk kamu" Jovian menjulurkan tangannya yang memegang rantang untuk diberikan kepada jessa. Sambil tersenyum dan alis yang naik turun memberikan kode kepada jessa untuk segera menerimanya.
Walaupun dengan wajah yang tidak setuju, jessa langsung saja mengambil rantang itu dan menutup pintu pagarnya tanpa berbicara sedikit pun dengan jovian. Jessa masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya.
"Kenapa tidak Surya saja yang mengantarkan rantang ini?, kenapa harus dia?, kapan Surya akan berkunjung kerumah ku?, selalu saja si pria aneh itu yang datang" jessa berbicara sendiri di balik pintu masuk, kemudian ia melangkahkan kakinya menuju dapur.
![](https://img.wattpad.com/cover/372905937-288-k770259.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINTYA (2007) [Hiatus!]
Teen FictionJia jenica adalah anak kecil yang mencintai seseorang dari usia 6 tahun, ia memendam rasa itu sendiri. pria yang dia kagumi tidak peka terhadap dirinya selama bertahun-tahun. Berawal dari menolong Jia jatuh saat belajar bersepeda di lapangan, sehing...