1. Kebenaran

73 2 0
                                    

     Lima puluh menit lagi sebelum dia berangkat untuk tugas pertamanya. Dia cukup tegang dengan tugas pertamanya, beberapa kali dia mencoba untuk tidur namun tidak bisa. Saat itu dia sedang memikirkan hal-hal yang konyol dan tidak masuk akal dalam tugas pertamanya, terlalu banyak berkhayal karena aku takut? Ujarnya dalam kesendirian tapi dia tidak bisa memikirkan hal lainnya, hanya tugas itu yang di pikirannya. Seakan tugas itu adalah mimpi buruk yang diberikan oleh malaikat pencabut nyawa yang senantiasa selalu menunggu dan mencekam bila waktunya telah tiba. Akhirnya dia berbaring di kasur lalu mencoba tidur untuk sekian kalinya, namun tugas itu selalu membayanginya walaupun dia selalu berharap untuk dapat mengikuti tugas tersebut. Karena dengan tugas itu dia dapat keluar dari tempat kotor ini, tempat yang membuatnya muak walaupun tanpa tempat ini dia tidak akan bisa bertahan hidup diluar sana, rasanya ingin sekali melihat hal-hal menakjubkan yang berada di luar sana seperti semua orang bicarakan di tempat makan setelah mereka bekerja dari luar sana. Ada yang bilang indah, hangat, seperti api saat terkena kulit namun tidak seburuk itu. Tapi, dia ingin melihat dan merasakan hal-hal menakjubkan di luar sana bukan dari kata-kata yang di keluarkan dari mulut, melainkan dengan kedua matanya sendiri karena dia belum diperbolehkan keluar, dan ini adalah kesempatannya. Hal tersebut membuat dia sangat penasaran seperti apa diluar sana sekarang ini.

     Dia bangun dari tempat tidurnya dan mencoba memeriksa lagi perlengkapan sebelum berangkat, dia pun menarik tas, tas yang bentuknya seperti tas angkatan darat, besar, ringan, namun tidak bercorak apapun, hanya ada hijau tua. Entah tugas apa yang dia lakukan menggunakan tas besar ini, dengan tas yang berukuran dua kali bola basket. Dan dia melihat jam digital sudah 4 menit dia membuang-buang waktu.

     Akhirnya dari sekian kalinya dia bisa tidur, dia bermimpi saat umur berkisar lima tahun. Saat itu cuaca sangat indah cocok sekali untuk berjalan santai di sore hari, dia sedang bersama wanita yang berbadan tinggi, bukan,semua yang dilihatnya tinggi karena saat itu dia berusia lima tahun, lalu mereka berjalan menyusuri jalan hingga berhenti di sebuah pertigaan.

     Dia melihat arah sebelah kiri jalan terdapat banyak orang-orang berjalan kesana kemari karena disana terdapat sebuah toko-toko yang ramai di kunjungi. Ada tulisan besar yang bertulis 50% yang membuat dia bertanya-tanya apa arti angka tersebut. Lalu dia pun menoleh ke sebelah kanan yang terdapat jalan yang menanjak naik hingga jauh, entah sampai mana jalan itu akan turun karena jalan itu terus berliku-liku menuju atas. Dia rasa sangat jauh perjalanan untuk mencapai di puncak jalan tersebut. Tiba-tiba semua orang menjadi panik, semua barang dagangan mulai berjatuhan, berantakan kesana kemari, dia pun kebingunan dan bertanya kepada wanita tersebut.

     "Ibu....apa yang terjadi..?" ternyata wanita itu ibunya sendiri tapi ia tidak menjawab pertanyaan anaknya tersebut, lalu dia malah memeluk anaknya dengan erat-erat lalu menatap dia sambil berkata.

     "Geric sayangku.. inilah yang disebut gempa bumi, kamu tidak perlu khawatir karena ada ibu disini." Geric pun merasa kebingunan karena tidak mengerti apa yang di maksud dengan gempa bumi, ibunya tiba-tiba bangun, melepas pelukan itu lalu menarik Geric untuk berjalan ke arah kiri yang sedang terjadi keributan karena gempa bumi walaupun dia susah untuk berjalan lurus.

     Saat Geric menoleh ke arah belakangnya, tiba-tiba ada mobil dari melaju ke arah mereka. Ternyata mobil itu sudah memberi isyarat untuk menyingkir dari jalan tapi tidak di dengar oleh Geric maupun Ibunya karena kehebohan saat gempa bumi. Mobil itu melaju dengan cepat, sangat cepat seperti mobil-mobil di arena balap yang sering ditonton bersama omnya di malam hari. Geric pun terpacu diam karena kaget dan bingung melihat mobil itu melaju tepat dihadapannya, Ibunya tiba-tiba mendorong tubuh Geric hingga jatuh, luka di bagian kaki dan kepalanya namun.... "Geric,hei!" Kata seseorang berada di dekat pintu, Geric pun melihat seseorang tersebut namun masih pudar.

FAITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang