2. Jati diri

60 2 1
                                    

     Geric pun hanya bisa melihat bangunan tua itu. "Jadi selama ini kita Hidup didalam pabrik tua itu!?" Tanya Geric dengan kebingunan.

     "Iya, kita selama ini tinggal di dalam sana." Sahut Via. "Dan tadi saat kita naik kesini, menanjaki anak tangga sialan itu, saat itu kita berada di cerobong asap." Fedric menambahkan, perkataan itu membuat Geric makin bingung.

     Bangunan itu sudah tua namun diperbaiki di beberapa tempat, di beberapa tempat yang dibutuhkan. Seperti penyangganya agar bangunan itu tetap kokoh dan menahan longsoran tanah yang menyelimuti bangunan tua itu. Kaca-kaca yang sudah pecah namun di tutupi rapat oleh besi-besi yang di las namun di beri beberapa rongga agar bisa melihat keluar. Tembok yang sudah hancur, terlihat terdapat retakan batu bata di tembok tersebut. Di beberapa tempat besi sudah di perkuat namun bangungan itu tetap seperti bangunan yang tidak layak untuk dihuni lagi.

     "Lihat, dia kebingunan sekarang! Lihat mukanya!" Teriak Sania. Dan Kitz juga mengejek dengan kata-kata konyol yang dia miliki, tapi Geric pun tidak menanggapi ejekan tersebut.

     Dia melihat kedua orang bodoh itu tertawa karenanya, Sania dengan mata coklatnya serta berkulit sedikit coklat, sedangkan Kitz dengan rambut panjang dan berbadan tinggi tapi bertingkah seperti anak kecil, padahal sudah berumur dua puluh empat tahun.

     "Sudah--perlu waktu untuk memikirkan semua itu." Ujar Via yang berada di samping Geric, mereka pun sudah sampai di depan pos utama.

     Fedric berteriak dengan keras. "Kita istirahat lima belas menit! Kita berkumpul kembali di dekat tower itu sepuluh menit kedepan! Jika ada perlu dengan aku, aku berada di camp tenda yang berwarna hijau yang berada di tenggara itu!" Kata Fedric pergi meninggalkan mereka, semua hanya diam dengan kata lain tidak membantah perkataan Fedric, istirahat dan menunggu sepuluh menit dan melanjutkan perjalanan.

     Geric mendekatinya. "Apa maksudnya tentang "hadiah" yang kau bisikan tadi?" Tanya Geric.

     "Aku tidak bisa berkata apa-apa," Fedric mengangkat bahunya.

     "Itu hanya permintan si Tua itu."

     "Kenapa? Kalau begitu antar aku kepadanya" Kata Geric dengan nada memaksa.

     Namun Fedric tidak menanggapi permintaan tesebut, mereka pun sampai di tenda berwarna hijau tersebut, dia pun berjalan dan membelah tirai sambil berkata. "Ikutlah denganku, akanku pertemukan dengan seseorang." Geric pun mengikutinya masuk kedalam tenda.

     Geric kaget, terlalu banyak orang di tenda itu, dia melihat orang sibuk dengan tugasnya masing-masing, ada yang mempersiapkan strategi, jadwa kegiatan di pos-pos, dan ada juga yang menjadi kurir mengantarkan sesuatu, yang sedang berlari kesana kemari. Dia pun terpaku melihat kesibukan di dalam tenda tersebut. "kesini." Kata Fedric sambil membelah tirai selanjutnya, Geric mendekatinya, masuk keruangan selanjutnya ternyata disitu terdapat ruang rapat. Yang dihadiri oleh sejumlah orang-orang penting, mungkin mereka ketua kelompok sama seperti Fedric, pikirnya. "Ah.. Ternyata kau sudah datang Fedric." Sapa salah ketua kelompok yang duduk.

     "Iya, aku disini, sekarang mulailah rapat ini." Kata Fedric.

     "Lalu dimana wakil kau?" Tanya seseorang di sebelahnya.

     Tiba-tiba Fedric menarik lengan Geric sambil berkata "Semuanya, perkenalkan ini Geric, Geric Ridwan Fellansyah, Dia sekarang menjadi wakil di kelompok yang baru ini, sekarang mulailah rapatnya." Kata dia.

     "Apa-apaan ini? Jadi kau kesini sengaja untuk menjadikanku wakil?" Bisik Geric.

     "Sudah ikuti saja, aku lupa akan hal ini, jadi turuti saja apa yang mereka mau." Desis Fedric.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang