Prolog

1 0 0
                                    

Hujan selalu membawa kenangan tersendiri bagi setiap orang. Bagi sebagian, itu adalah waktu untuk merenung, bagi yang lain, itu adalah saat untuk melupakan. Namun bagi Aisyah, hujan adalah awal dari segalanya.

Sore itu, langit kelabu dan awan-awan gelap berkumpul di atas kampus, menandakan hujan yang segera turun. Aisyah, seorang mahasiswi tahun kedua, berlari kecil menuju gedung fakultas dengan payung kecil di tangan, mencoba menghindari rintik hujan yang mulai turun. Setiap langkahnya terasa tergesa-gesa, seolah-olah hujan bisa menghapus semangat yang selalu dia bawa.

Namun, takdir punya rencana lain. Di tangga menuju gedung, langkahnya yang terburu-buru membuatnya terpeleset. Dalam sekejap, dunia Aisyah berputar dan dia hampir jatuh, hingga sebuah tangan yang kuat menangkapnya tepat waktu. Saat itu, dalam hujan yang semakin deras, Aisyah bertemu dengan Arya.

Arya, seorang kakak tingkat yang selalu tampak tenang dan karismatik, memeganginya dengan lembut namun pasti. Senyum ramah terukir di wajahnya, membuat Aisyah merasa aman meski dalam situasi yang tak terduga.

“Hati-hati,” ucap Arya sambil membantu Aisyah berdiri tegak. “Hujan sering membuat kita lengah.”

Dalam hujan yang semakin deras, Aisyah dan Arya berbicara sejenak, dan pertemuan itu menjadi awal dari sebuah kisah yang tak pernah Aisyah bayangkan sebelumnya. Sebuah kisah tentang persahabatan, kehilangan, dan cinta yang tumbuh di tengah rintik hujan.

Hujan, yang sering dianggap sebagai simbol kesedihan, ternyata menjadi latar dari kebahagiaan yang tak terduga. Bagi Aisyah dan Arya, setiap tetesnya membawa kenangan, kebahagiaan, dan harapan baru. Di balik setiap rintik hujan, mereka menemukan alasan untuk terus tersenyum dan melangkah maju bersama

*******
To Be Continued

Tersenyum di Balik HujanWhere stories live. Discover now